Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

29 Desember 2009

Anti Sistem Demokrasi Produk Indonesia

Sebenarnya sejak lama uneg-uneg ini ingin kutulis. Tapi mungkin baru kali ini saya siap mempertanggungjawabkan pemikiran saya.

Demokrasi, kata-kata ini sudah sejak kecil ditanamkan kedalam otak kita melalui pendidikan sekolah. Biasanya bapak atau ibu guru sering mencontohkan dalam mengambil keputusan di suatu forum rapat desa maka dilakukan dengan musyawarah desa, ini adalah salah satu contoh demokrasi. Benar, nggak salah, sistem demokrasi adalah kegiatan untuk menentukan arah keputusan berdasarkan pencapaian kata mufakat, secara jujur, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Yang jadi masalah, apakah penentuan pendapat dengan musyawarah atau voting telah mencerminkan kebenaran? Jawabannya TIDAK atau kalau ragu-ragu, bilang saja BELUM TENTU.

Kadangkala kita lupa, sebenarnya hal terpenting untuk berdemokrasi kita perlu meninjau satu landasan/ dasar, dimana keputusan tersebut akan diambil. Jadi hendaklah orang yang melakukan ini berilmu, paham dan bisa mempertanggungjawabkan dihadapan masyarakat dan Tuhan,serta mengerti baik buruknya keputusan yang terjadi.

Di dalam agama Islam ada Majelis Syura yang lebih kompleks mengatur demokrasi yang baik dan benar, yaitu harus berpegang teguh pada beberapa prinsip, antara lain:

1. Prinsip Syura Pertama: Musyawarah hanyalah disyariatkan dalam permasalahan yang tidak ada dalilnya.
Sebagaimana telah jelas bagi setiap muslim bahwa tujuan musyawarah ialah untuk mencapai kebenaran, bukan hanya sekedar untuk membuktikan banyak atau sedikitnya pendukung suatu pendapat atau gagasan.

2.Prinsip Syura Kedua: Kebenaran tidak di ukur dengan jumlah yang menyuarakannya.
Oleh karena itu walaupun suatu pendapat didukung oleh kebanyakan anggota musyawarah, akan tetapi bila terbukti bahwa mereka menyelisihi dalil, maka pendapat mereka tidak boleh diamalkan. Dan walaupun suatu pendapat hanya didukung atau disampaikan oleh satu orang, akan tetapi terbukti bahwa pendapat itu selaras dengan dalil, maka pendapat itulah yang harus di amalkan.

Bukan seperti demokrasi yang terjadi sekarang, seolah olah suara rakyat adalah suara Tuhan. Hmm... keblinger kok bareng-bareng.

28 Desember 2009

Pelanggaran dan Budaya Berlalu Lintas

Saya menulis ini, karena terus terang sudah jengkel dengan perilaku masyarakat Indonesia. Selain itu Pemerintah melalui Polri dan Dinas Lalu Lintas dan Jalan Raya belum saya lihat peran aktifnya dalam menegakkan budaya tertib dan disiplin berlalu lintas di jalan raya.

Padahal, hal ini berbanding lurus dengan tingkat kecelakaan di jalan raya. Harus diakui bahwa tingkat kecelakaan berlalu lintas di negara Indonesia ini sangat tinggi, tiap hari pasti ada korban tewas dalam kecelakaan lalu lintas (saya belum dapat angka pasti, nanti nyusul).

Kembali pada topik permasalahan, bahwasanya masyarakat dan pemerintah ini rendah perhatiannya dalam menegakkan aturan-aturan berjalan raya. Beberapa contoh di bawah ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang biasa terjadi di sekitar kita, antara lain:

1. Menyalip/mendahului kendaraan di depannya di garis lurus (tidak putus-putus).
Barangkali tidak semua pengguna jalan tahu arti garis putus-putus dan garis lurus. Padahal pada soal tes untuk mendapatkan SIM, pertanyaan itu selalu ada (nggak tahu kalau cara mendapatkan SIM dengan ’jalur lain’). Garis lurus (tidak putus-putus) biasanya ditandai pada tikungan, daerah yang sempit dan rawan kecelakaan. Oleh karena itu kendaraan tidak boleh menyalip kendaraan di depannya pada marka jalan ini karena akibatnya fatal.
Pelaku: Hampir semua jenis kendaraan melakukannya.

2. Berhenti pada perempatan/tikungan jalan raya.
Tindakan berhenti mendadak di tikungan/perempatan ini bisa mengakibatkan kemacetan yang luar biasa. Padahal biasanya halte umum berada tak jauh dari lokasi tersebut. Ealah... kok ya nggak berhenti disana toh? Parahnya hal ini sangat rentan mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
Pelaku: biasanya mikrolet/angkot, tukang ojek, atau bus sering melakukannya. Hal ini dikarenakan pula sikap (calon) penumpang untuk naik atau turun di tempat yang ’strategis’ ini.

3. Memotong laju kendaraan lain untuk kemudian berhenti atau belok kiri.
Seringkali ngalami tuh, apalagi lagi enak-enaknya menikmati jalanan lempeng mulus dengan memacu kendaraan sedang-sedang. Tiba-tiba didahului oleh angkot yang kemudian minggir dan minggir lalu berhenti dengan tempo yang cepat. Grrh... mangkel nggak sih!!! Ini kan berbahaya, coba kalau seandainya pengendara yang didahului itu nggak cepat menghindar, bisa tabrakan tuh.
Pelaku: biasanya sepeda motor, kendaraan umum seperti mikrolet/angkot dan bus kota, tapi tak jarang kendaraan pribadi juga sering memotong dengan tiba-tiba ketika hendak belok kiri.

4. Melawan arus lalu lintas.
Perbuatan melawan arus itu sama saja dengan menantang maut. Hal ini bisa mencelakai diri sendiri dan pengendara lain yang sudah benar di jalurnya. Biasanya para pengendara yang melakukan perbuatan ini dikarenakan ingin mengambil lintasan terpendek menuju tujuannya atau menuju U turn.
Pelaku: biasanya motor, becak, sepeda angin, bajaj, angkot dan kadang-kadang mobil pribadi.

5. Menerobos lampu merah
Pengendara yang melakukan ini pasti kebelet pipis atau eek. Perbuatan ini selain berbahaya bagi diri sendiri juga berbahaya bagi pengendara lain yang sudah taat lalu lintas. Namun bagi mobil Pemadam Kebakaran, Ambulance, atau mobil Polisi yang mengejar pelaku kriminal, perbuatan ini halal hukumnya karena alasan yang sangat mendesak.
Pelaku: semua pengendara jenis apapun pernah melakukannya.

6. Menyeberang Jalan Raya Sembarangan
Tidak hanya pengguna kendaraan yang mendominasi pelanggaran lalu lintas, pejalan kaki juga mengambil peran penting. Heran aku, sudah disediakan zebra cross atau jembatan penyeberangan kok ya nyebrangnya masih sembarangan. Jadi pejalan kaki kok ya nanggung, tinggal jalan bentar naik jembatan, atau bareng-bareng lewat zebra cross kan enak, daripada membahayakan nyawa sendiri.
Pelaku: semua pejalan kaki

Ya, sebenarnya masih buanyaaaak sekali pelanggaran lalu lintas yang terjadi di sekitar kita. Saya melihatnya itu bagian dari budaya bangsa Indonesia (dalam hati ngenes banget). Pemerintah lewat instansi yang terkait seharusnya mengambil peran aktif untuk memberi pengarahan dan sesekali atau memberikan hukuman atau peringatan untuk shock terapi. Hal ini tentunya menuntut konsistensi Pemerintah agar tertib hukum di masyarakat ini terjadi. Selain itu kita yang sudah mengerti cara berlalu lintas baik tidak terbawa budaya jelek lalu lintas kita.

Ketika saya jalan-jalan ke Singapura, rasanya senang banget lihat lalu lintas jalan raya yang tertib. Membandingkan ketertiban berlalu lintas disana dengan Indonesia, ibarat membandingkan Bumi dengan Langit. Pejalan kakinya bisa enjoy jalan di peditsrian, menyebrang jalan menunggu walking lamp menyala, dan tidak ada PKL jualan di trotoar. Coba bandingkan itu dengan Surabaya atau Jakarta!

Lagi-lagi saya harus mengakui bahwa bangsa Indonesia memang pantas ketinggalan jauh dari negara lain yang lebih berbudaya tinggi. Padahal displin diri adalah cermin dari sikap dan perlaku bangsa. Hmm..... kapan kita mau berubah maju kalau aparat Pemerintah selaku pembina perilaku masyarakat tidak memberikan contoh yang benar? Dari situ seharusnya timbul upaya bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun disiplin nasional dalam berlalu lintas.

27 Desember 2009

Transeksual Lagi, Semakin Menuju Akhir Zaman

Hmm... habis baca-baca berita, jadinya cuma bisa ngucap istighfar saja. Gara-garanya terjadi lagi peristiwa yang sangat memalukan. Kenapa saya bilang memalukan karena ini terjadi di Indonesia, apalagi pelakunya juga mengaku memeluk agama Islam.

Kali ini pelakunya bernama, Agus Wardoyo yang nekad berganti jenis kelamin jadi wanita yang sekarang bernama Dea (Nadia). Sistem Pengadilan Indonesia di kabupaten Batang pun akhirnya mengesahkan dia jadi wanita. Wah... wah pengadilan sok jadi Tuhan nih? Gak bener ini. Tapi saya paham, masalahnya nih kasus bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Jauh tahun 1970-an seseorang yang bernama Vivian Rubianto telah melakukannya. Jadi mungkin saja pengadilan tinggi Indonesia cuma refer to .... saja. Kok ya, gak ada improve gitu lho.

Lalu mengapa Majelis Ulama Indonesia tidak bertindak? Sebenarnya sudah, bahkan saya respek melihat MUI menanggapi. Melalui wakilnya, KH Ali Mustafa Ya'kub dengan tegas menyatakan bahwa merubah status gender itu haram hukumnya. Lha wong orang laki-laki pakai pakaian atau meniru gaya wanita itu sudah haram apalagi merubah kelamin. Masya Allah! Tapi suara keras MUI itu sayangnya seakan-akan cuma membentur tembok hukum Indonnesia tak bisa menggelitik telinga pemerintahan.

Hehehe.... sebenarnya saya sendiri kasihan lihat MUI, sepertinya nggak punya taring di negeri ini. Maklum di negara yang mengaku demokrasi, republik, bukan negara Islam, dan berdiri di atas hukum. Ternyata justru dimanfaatkan menjadi tameng oleh umat-umat Islam yang nambeng, mbalela pada agamanya sendiri. Dengan berlindung di atas negara hukum, kesetaraan gender, HAM, apalah... waduh piye karepe? Diatur para ulama saja susah, lalu apa sebenarnya sih yang dicari?

Menurut si Agus eh... Nadia seh, bahwa dia merasa selama ini jiwanya ini terperangkap pada tubuh seorang laki-laki padahal sebenarnya dia itu lemah lembut dan merasa wanita. Hahaha... lucu-lucu, sik tak ngguyu sampai terpingkal-pingkal. Coba berpikir, sifat yang diturunkan itu sebagian besar fisikal, sedangkan yang bersifat emosional itu dibentuk dari pergaulan dan lingkungannya.

Para dokter kandungan kayaknya sepakat sama saya, lha wong untuk tahu di USG bayi itu berjenis kelamin wanita atau laki-laki itu kan dilihat dari kelaminnya. Wah...wah lha ini kok nyalahi kodrat.

Sebenarnya sih aku sebagai umat Islam juga pingin njewer orang-orang yang diajak lurus susah, tapi kan MUI seharusnya punya kekuatan untuk itu paling tidak menekan DPR dan Presiden, untuk dibentuk Undang-Undang Syariah yang ngatur kehidupan umat Islam itu sendiri dan tidak overlapping dengan hukum Indonesia yang kacau ini.

Ya... mungkin ini tanda-tanda akhir zaman yang tak bisa dicegah, jadi selamat datang akhir zaman.

23 Desember 2009

Aku Pingin Kurus

Kalkulasi Diri
Sesuai dengan keyakinan kita, tentunya meski menjadi hal yang sangat tabu kalau menjadi jauh dari sempurrna. Hahahah ngomong opo toh aku ini, sebenarnya sih yang ingin aku bahas Cuma satu sih... yaitu pingin kurus lagi. Stop, awas kalau ketawa!

Ya sih, rasanya aku sudah jauh dari normal (termasuk gila tentunya). Tapi yang mau kusoroti adalah makin melarnya tubuh ini alias makin genduuut. Ya, lah semua orang pasti ngerti dan nggak perlu perbandingan lain untuk mengatakan aku ini memang gendut.

Masalahnya sih, perut sudah gak nyaman lagi dibuat jalan atau duduk, seolah ada yang mengganjal. Hmm... beda banget sama keadaan beberapa tahun yang lalu saat masih jadi pelari (cielah..... maksudnya pelari dari cewek satu ke cewek yang lain). Yalah... kini bobot sudah sangat-sangat tidak ideal dengan tinggi tubuh. Dengan berat 85 kg dan tinggi sekitar 169 cm, mari coba kita hitung BMI-nya? Dan hasilnya adalah 29.8. Sudah terlalu jauh dari bentuk tubuh ideal yang kudambakan, harus berubah nih.

Historical Review
Pertama kali masuk kuliah berat badan masih 55 kg, masih sangat ideal nih. Kira-kira itu sekitar tahun 1997 atau 1998, walah 10 tahun yang lalu. Itulah dulu mengapa aku juga sempat tes masuk AKABRI tapi gagal deh. Hehehe... kembali ke topik, saat itu ukuran celana mungkin masih 28 atau 29 tapi lama kelamaan, perubahaan terjadi sejak tiap hari aku sering mengonsumsi minuman bersoda dan kurang menjaga pola hidup. Hal ini akhirnya aku harus bekerja ekstra keras untuk menurunkannya lagi, dengan jadi pelari kepagian, karena di saat orang-orang masih terlelap aku musti berlari setiap hari. Hasilnya sih lumayan bisa turun sampai 60 kg.

Tapi nyatanya konsistensi diperlukan untuk menjaga tubuh agar tidak makin subur saja. Dulu sekitar 6 tahun yang lalu takut banget lho berat mencapai 70-an kg, tapi sekarang lha kok malah nembus angka 80. Pertama datang ke batam sekitar 4,5 tahun yang lalu masih 75 kg.

Gara-gara kurang aktifitas karena mungkin cuma otak saja (eh.. aku punya otak ya??), jadinya makan terus deh....

Counter Measure

Untuk mencapai bentuk tubuh atau berat ideal maka diperlukan target dan tindakan-tindakan yang realistis. Target, nggak perlu perut sampai six pack, cukup berat badan turun sampai sekitar 70 kg, artinya menghilangkan 15 kg.

Program latihan yang kujalani sit-up, push-up, lari tiap habis subuh, terus skipping-an. Nggak perlu banyak-banyak dulu awalnya, ntar langsung muntah, MC lagi heheheeh.....

Selain itu tidur cukup, makan dikurangi porsinya, hindari ngemil, dan banyak-banyak minum air putih (mineral). Oke dah.. kita lihat 3 bulan lagi, apa ada perubahan.

22 Desember 2009

Kalau Berkerudung Mengapa Harus Pakai Legging?

Siapa sih yang tidak kenal dengan celana legging? Celana tipis yang press body dan berbahan elastis seperti kaus kaki panjang yang lazim digunakan penari balet.

Legging memang terkesan santai dan nyaman digunakan, bahan yang lentur, dan bagus seakan membuat kaum hawa tergila-gila untuk memilikinya. Apalagi warna hitam/ gelap dan berbagai corak seakan membuat legging menjadi asyik bila dipadu-padankan dengan atasan (baju) apapun yang berjumbai.

Banyak artis-artis penyanyi Indonesia yang lebih suka memakainya dan memadankan dengan atasan (pakaian) yang terkesan mini (sepangkal paha). Tampak sah-sah saja dan terlihat ’menyenangkan’ dan ’lebih sopan’ dibanding buka-bukaan menonjolkan pahanya. Jadilah trend legging menjadi mode yang in saat ini, kira-kira ini adalah langkah yang aman daripada membuka bagian pahanya.

Namun era legging ini tampaknya mulai menyentuh pada berbagai macam kaum dan golongan. Celana yang lebih pantas menjadi celana aerobik itu ternyata banyak dipadu-padankan oleh para wanita di sekitar menjadi celana santai. Mereka banyak memakainya untuk jalan ke tempat mall-mall, arisan atau ke tempat rekreasi bersama keluarga. Celakanya wanita muslim yang berkerudung / berjilbab yang mengaku trendi tak mau ketinggalan pula berpartisipasi memadu-padankan legging. Benar memang legging menutupi sampai mata kaki wanita tapi lihat dulu penampilannya?

Pernah nih, suatu hari aku bertemu dengan mahasiswi di salah satu Universitas di Batam. Pertama sih aku kagum lihat jilbab atau kerudungnya yang panjang menutupi bajunya, tampak panjang namun modis (ada bordirannya). Kemudian dia keluar mobil, .... bajunya sih memang panjang, tidak press body bercorak bagus menutupi sampai pangkal pangkal paha... tapi astaghfirullah, mengapa harus pakai legging? Aurat kaki ke bawah sih memang tertutup tapi bentuk lekuk tubuh dari paha sampai betis terekspos lho! Bagi pria normal tentu langsung cleguk... hehehe...

Sebenarnya hakekat dari berkerudung sendiri itu kan menutupi semua aurat dari pandangan pria yang bisa menimbulkan syahwat. Lah ini, sudah bagus-bagus kerudungnya, bajunya, lah kok harus pakai legging. Sebenarnya nggak ada salahnya bagi golongan tertentu untuk mengenakan pakaian model ini dan sah-sah saja. Tapi wanita muslim pada khususnya, tentu akan lebih bijak menghindari memakainya kecuali di rumah bersama keluarga dan sang suami tercinta. Ataupun kalau ingin memakainya mungkin bisa memadu padankan dengan pakaian muslim yang panjangnya lumayan (kira-kira sebetis-lah), sehingga konsep. hakekat pakaian berkerudung atau berjilbab tetap terjaga dengan indah.

21 Desember 2009

Kontroversi Film Suster Keramas

Video Hot Rin Sakuragi di Film Suster Keramas

Maxima Pictures kembali membuat kontroversi dengan akan merilis Film Horor Suster Keramas. Yang menjadi kontroversi adalah film ini dibintangi oleh Rin Sakuragi. Siapa dia? Artis pendatang barukah? Sama sekali bukan, dia adalah artis film porno asal Jepang.

Walaupun dulu sempat gagal untuk menghadirkan bintang film porno asal Jepang Maria Ozawa alias Miyabi dalam film Menculik Miyabi rupanya Maxima Pictures tak putus asa dan kembali mencoba menghadirkan bintang porno lainnya asal Jepang yang lain, yaitu Rin Sakuragi dalam film Suster Keramas ini.

Film Suster Keramas ini sebenarnya tak lebih dari tipikal film bergenre horor yang berbau seks lainnya. Sama seperti kebanyakan film horor di Indonesia yang dibintangi oleh Julia Perez, Dewi Perssik atau lainnya. Memang banyak mengumbar adegan buka-bukaan dalam film ini dan ini formula yang biasa dan sama yang dipakai kembali produser Ody Mulya untuk menggaet penonton lebih banyak lagi. Trik mengumbar tubuh cewek seksi seakan menjadi kunci keberhasilan bagi Maxima Pictures untuk terus membuat film yang berbau esek-esek.

Film Suster Keramas mengisahkan seorang wisatawan Jepang (Rin Sakuragi) yang mencari saudaranya yang berprofesi sebagai suster di Indonesia. Ironisnya, saudaranya itu ternyata sudah meninggal. Dari situlah kemudian alur cerita itu mengalir dan kejadian-kejadian aneh lainnya terjadi.

Rencananya film Suster Keramas ini akan diputar pada tanggal 31 Desember 2009 nanti. Mungkin film ini akan lebih hot dan kontroversial dibandingkan film garapan Maxima Pictures yang saat ini masih laris manis ditayangkan dibioskop-bioskop di Indonesia, yaitu Air Terjun Pengantin yang dibintangi oleh Tamara Bleszynski dan artis seksi lainnya.

Hmm... lalu apakah film yang disutradarai Helfi Kardit ini nantinya akan menuai kontroversi karena banyak mengumbar adegan porno seperti film ML???? Kita tunggu saja....

Sekilas Tentang Rin Sakuragi

Bintang AV Idol, bintang film porno di Jepang yang laris manis bahkan lebih terkenal dibanding Miyabi. Wajahnya cantik dan masih muda, kelahiran tahun 1989. Kurang lebih 20 film porno ia geluti dan bahkan diantaranya menduduki peringkat 2 japanese AV Idol. Juga membintangi beberapa serial drama, Rin Sakuragi memang artis serba bisa.

Profil Rin Sakuragi:
Birthdate : March 3, 1989
Zodiac : Pisces
Birthplace : Hyogo, Japan
Blood type : B
Height : 158 cm (5 ft 2 in)
Measurements : 83-57-82 cm (33-22-32 in)
Cup : C65
Hobby : Watching movie, playing with dog
Special skill: Cooking

Diambil dari berbagai sumber

Tuhan Memberikan Kita Banyak Cara Untuk Berbuat Kebaikan Sepanjang Hari

Ceritanya nih, aku habis training coaching & counselling beberapa hari yang lalu. Mulanya sih selama ini aku cuek abis pada segala sesuatu yang ada sekitar. Tidak terlalu peduli pada sekitarnya kasarannya. Habis training ini, kok mata hatiku mulai terbuka lagi ya, maksudnya mungkin naluri kemanusiaan, moral dan kesetiakawanan sosial.

Ternyata kalau kita lihat, Tuhan selalu memberikan kita berbagai cara yang istimewa agar kita berbuat baik pada orang lain, atau makhluk lain. Cuma, kita sendiri peka nggak pada kondisi tersebut. Kadangkala kita terlalu asyik pada diri kita.

Contohnya begini, dalam perjalanan mau kerja kadang tak sengaja kita menemuka ranting kecil yang melintang di tikungan, kita tahu, lalu apakah kita menghindar saja dan tak perlu menyingkirkannya? Itulah yang disebut egois. Jika seperti itu kan lebih baik kita berbuat untuk orang banyak denngan menyingkarkan ranting itu.

Contoh yang kedua, dalam perjalanan pulang kerja larut malam dengan istri, -dimana berharap lekas berjumpa dengan anak dan berharap masih belum tidur, tiba-tiba bertemu dengan pengendara motor yang mungkin kehabisan bensin. Egoku berkata, toh kita tidak tahu orang itu, bukan tetangga pula buat apa diurusin toh banyak orang lain yang akan menolongnya. Padahal kita mungkin mampu mengantar menarik/mendorong motornya sampai SPBU atau toko penjual bensin tapi kenapa kita tak mencoba melakukan suatu kebaikan? Apa anda terlalu egois untuk cepat-cepat beristirahat, bayangkan bila hal ini terjadi pada anda. Untung kalau cuma habis bensin saja, kalau tabrakan di tengah jalan dan tak ada yang menolong.

Mulai sekarang biasakanlah berbuat baik pada lingkungan sekitar anda. Anda pasti sempat, toh nonton Sang pemimpi saja anda sempat, apalagi berhenti sebentar untuk 'mencari surga'. Yakinlah, Tuhan tidak tidur, segala perbuatan baik pasti menuai kebaikan pula.

20 Desember 2009

Di Periode kedua Pemerintahannya, SBY makin menunjukkan kelucuannya

2009-2014 adalah periode kedua SBY memerintah RI ini, kali ini dia berpasangan dengan Boediono. Sayang, belum genap 100 hari duet kepimimpinan ini telah diguncang banyak prahara tentang korupsi.

Mulai dari skandal kriminalisasi KPK hingga Century Gate. Sayangnya langkah-langkah yang diambil Presiden untuk menyikapi kedua permasalahan ini jauh dari koridor hukum yang berlaku.

Publik tentu ingat bagaimana Presiden menyuruh seolah meniadakan/mem-peti es-kan masalah kriminalasisi Bibit dan Chandra yang notabene Ketua KPK. Setelahh sempat ditahan oleh Polri dengan tuduhan yang kurang teruji kelayakannya (istilahnya cuma fakta semu, dengan tuduhan yang kurang berdasar dari Anggodo)-sudah dibatalkan Ari Muladi. Benar, kami senang akhirnya Bibit dan Chandra di bebaskan, tapi masalah itu belum tuntas. Kalau memang mau diselidiki, selidiki saja sekalian Kepolisian dengan kabareskrim dan Kejaksaan. Seolah-olah tindakan Presiden ini cuma menyelamatkan muka Pemerintahannya saja, dan melanggar koridor yang berlaku dengan mencabut perkara yang sudah P21. Sebenarnya saya setuju dengan Pak Eggy Sujana, saya kawatir hal ini akan jadi kebiasaan Bos besar RI 2009-2014 itu.

Dan kali ini Century Gate telah merembet ke jajaran Pemerintahannya yang tersangkut, yakni Boediono dan Sri Mulyani. Setelah dibentuk Pansus Century Gate, tampaknya Presiden mulai gerah lagi. Terbukti himbauan agar Boediono dan Sri Mulyani non aktif dulu disikapi dengan sedikit emosional menurut saya, pada konferensi pers yang digelar disela-sela konferensi di Kopenhagen, Denmark. Seolah-olah Pansus ini mengganggu Pemerintahannya saja dan ingin reputasi 100 hari program kerjanya tak berjalan. Hhehe.. lha kok malah nyarikambingg hitam kalau Pemerintahannya gagal dalam 100 hari ini, karena direcoki berbagai pihak. Ini lak yo persis anakku yang masih Balita, mau main sendirian aja anak lain gak boleh ngganggu mainan barunya. Habis itu kalau merasa ditekan di DPR atau politikus lainnya, meniba-iba di depan publik, menangis lagi wah.. wah....lucu... gemesin dan pingin njewer!!!

Hmm... entah apalagi yang bakal diperbuatnya nanti. Saya sih cuma berharap agar Presiden bisa menegakkan hukum dan Pemerintahan ini dengan benar. Kami rakyat kecil hanya bisa mengawal dan mengingatkan agar negara ini tidak terjerumus menjadi negara satu golongan saja. Kita semua berharap Indonesia menjadi rumah yang sejuk bagi masyarakat yang cinta keadilan dan berdiri di atas hukum.

15 Desember 2009

Dunia Peradilan Tanpa Orang Hukum

Sebelum saya membahas lebih jauh tulisan ini saya mohon maaf jika ternyata ada pihak-pihak yang tersinggung dan merasa keberatan atas artikel ini. Ini hanyalah konsep menurut presepsi dan pandangan saya. Saya tahu, tidak semua orang seperti yang saya maksudkan. Kalau orang barat bilang, ”Don’t judge by the cover!”

Selama hidup saya ini, dunia peradilan di Indonesia ini bermasalah, artinya tidak semua orang mendapat perlakuan yang sama di mata hukum. Hukum di negara tercinta ini sangat relatif tergantung jauh dekatnya dengan kekuasaan, uang, dan jabatan. Jadi kalau anda masyarakat tidak berada di ’jalur yang tepat’ maka jangan harap anda mendapatkan keadilan di sini.

Perangkat pengadilan yang terdiri dari Hakim, Jaksa, Pembela seolah hanya menjadi lawakan di panggung keadilan. Apa yang salah sebenarnya? Kenapa terjadi banyak persepsi bagi hukum? Bukankah hukum pasti ada dasarnya yaitu Undang-Undang? Lantas kenapa harus dibikin masalah sepele menjadi rumit. Kalau sudah jelas salah ya salahkan, tidak perlu mencoba mencari pembelaan yang mengaburkan fakta. Tapi.... faktanya terjadi demikian dan berulang, sampai-sampai saya merasa bosan dan malu menjadi warga negara Indonesia.


Ganti Saja Sarjana Hukum Dengan Para Teknokrat
Aku lantas berandai-andai, sebenarnya apa sih membuat terjadi ’kekacauan’ hukum di Indonesia ini. Yang benar bisa jadi salah, sedang yang salah gak mau disalahkan? Hufh..!!! Apa karena landasan undang-undangnya yang tidak kuat? Apa tidak semua orang hukum mengeri undang-undang, hingga harus mbulet berputar-putar. Dan akhirnya yang dicari bukanlah menghukum yang berbuat salah, tapi mencari kemenangan. Wah repot kalau gini? Memangnya hukum itu untuk dimenangkan?


Susah memang, kadang aku malah berpikir sebenarnya konsep membuat lembaga hukum yang bernama pengadilan itu apa sih? Apa mencari kemenangan dari suatu kasus? Atau membuktikan kebenaran dan kesalahan?

Bahkan seseorang yang jelas-jelas salah di mata undang-undang ternyata bisa lolos di pengadilan, hanya karena mempunyai pengacara yang handal dan pandai memutarbalikkan fakta. Lantas, kalau begini apa sih yang bisa kita andalkan dari suatu pengadilan? Jangan harap bisa memenangkan kasus kalau tak punya uang! Padahal bukankah sejatinya tugas Hakim adalah memutuskan perkara, Jaksa adalah menuntut hukuman kepada terdakwa yang berlandaskan bukti-bukti saksi dan undang-undang. Sedangkan pembela atau sekarang yang lebih terkenal sebagai pengacara adalah untuk membela hak-hak terdakwa agar mendapatkan pengadilan yang adil dengan berdasarkan pada saksi, alibi, dan motif.

Tapi sekarang kok ya kenyataannya lain, undang-undang dicari kelemahannya, agar terbebas dari hukuman. Pengadilan seolah diperjualbelikan? Ini karena mental atau karena orangnya? Kalau karena orangnya mungkin kita harus berpikir ulang apakah masih pantas lulusan hukum yang jelas-jelas melek hukum tetap dibiarkan di pengadilan dan memutarbalikkan fakta. Bukankah lebih enak mengganti dengan orang teknik atau berilmu pasti. Dimana A pasti menjadi A, B selalu menjadi B tidak mungkin jadi C. Jika mencuri hukumannya maksimal 5 tahun harus dikalkulasi dulu, berapa nilai barang yang dicuri diperbandingkan dengan nilai material tersebut dan inflasi tahun ini. Kemudian dicari nilainya dan dikonversikan dengan tahun hukuman, kan jadi jelas!

Daripada seperti sekarang, mencuri sebuah mangga dihukum 5 tahun babak belur lagi, sedangkan orang yang korupsi 3 trilyun cuma dihukum 3 bulan, tanpa perlu membayar kerugian. Huahuaha.... negara macam apa ini?

Pada dasarnya ada yang lebih bijak, yaitu mengembalikan konsep hukum dan peradilan ini dengan konsep ketuhanan. Artinya meletakkan kebenaran dan keadilan dengan prinsip sesuai dengan nilai moral ketuhanan dan keagamaan. Sehingga bukan sekedar menang tapi belum tentu benar di 'mata' Tuhan.

Biar Kalah Yang Penting Gaya



Minggu kemarin, tanggal 13 Des 2009, Yayasan IKA Alumni ITS Kepulauan Riau mengadakan Futsal di Ikan Daun Batam. Acara ini merupakan kelanjutan dari bunga rampai Dies Natalis ITS. Setelah Donor Darah, Lomba Blog, dan nanti tanggal 20 Desember 2009 akan ditutup dengan Tumpengan di Pondok Santai Kak Dadut.



Ya... tahunya acara seperti ini juga telat, maklumlah orang sibuk (sibuk ngupil sambil nge-game). Jadi hanya sempat berpartisipasi di Pertandingan Futsal. Lumayanlah masio gak menang lak sing penting ngumpul karo arek-arek. Ya... sekali lagi dikarenakan terlalu sibuk jadi kurang silaturahmi dengan arek-arek seperguruan. Ya... meski departemen sebelah sudah menyatakan gulung tikar, tapi rencana menyatukan arek-arek seperguruan yang bekerja di perusahaan ini untuk bangkit dan menunjukkan jati dirinya dalam sebuah tim tetap dilakoni. Setelah berkoar-koar akhirnya terkumpullah satu tim (walaupun pas-pasan, sak ono'e wonge) dan jadilah kami ikutan berpartisipasi.




Hmm... aktualnya di lapangan tak lebih dari 5 orang saja dari perusahaanku yang hadir. Selebihnya sok sibuk semua, entah karena mereka gak suka bola, atau ogah ketemu arek-arek, aku nggak tahu. Yang jelas akhirnya dengan tambahan 3 amunisi dosen Poltek ditambah 1 orang eks Panasonic, membuat kami menjadi siap tempur dan berani bertarung (hehehe... bertarung? bahasanya itu lho, hiperbola banget). Bukan gitu bro, aku dan 4 orang lainnya memang sudah uzur (maksude 30 tahun ke atas), tapi kan 2 orang diantara kami 3 orang diantara kami ini jago futsal, ditambah arek-arek enom dosen politeknik Batam. Harusnya ini kami patut masuk tim unggulan.

Tapi sekali lagi kita mengulang momen masa lalu, ketemu tim tangguh arek-arek TEC. Belum lagi tim gabungan Unisem dan Schneider (Dr.Angka), dan arek-arek galangan (C.U.K).

Pertemuan pertama lawan Dr Angka ternyata kita bisa mengimbangi bahkan nyaris menang, namun akhirnya kita kalah 2-3. Setelah tenaga terkuras, di pertandingan kedua kita melawan OC TEC yang mana kutahu ada si Wado (Ade Mulyana) adik kelasku, playmaker handal yang juga jago bikin gol. Hmm.. benar aja kita pontang-panting dan menjadi lumbung gol dengan 5 gol yang terlebih dahulu ke gawang kami. Beruntung di menit-menit akhir kami bisa menipiskan keadaan dengan membalas dua gol, sayang kami terlambat, paling tidak ini tak membuat kami terlalu malu, hehehehe....

Dengan hasil ini kita sudah pasti gagal melaju ke Final, pertandingan terakhir pun sudah tidak menentukan. Ini mungkin yang membuat lawan kami C.U.K, kabur dari arena. Akhirnya kami menang 5-0 juga walaupun menang WO lho, heheee. Gak papa toh bukan hasil yang dicari tapi merekatkan persahabatan dan pertemanan lagi sesama teman seperguruan. Siapa tahu ditawari kerja oleh senior di perusahaannya. hehehe

Gak papa, acara seperti ini kan sakjane perlu dilestarikan, masalahnya tinggal kepedulian kita selaku alumni ITS masih mau nggak menjalin hubungan dengan ekosisitem kita dahulu. Sebenarnya saya membayangkan IKA Alumni ITS ini kuat bahkan bisa berfungsi seperti organisasi yang multifungsi. Bisa seperti koperasi, yang bisa memberi pinjaman. Atau seperti perusahaan asuransi yang bisa memberikan asuransi pada semua alumninya, atau lainnya. Hmm... mungkin cita-cita itu masih jauh, tapi itu adalah mimpi, bisa saja jadi kenyataan jika ada kesamaan visi diantara kita.

VIVAT ITS! Hidup ITS... Hidup ITS

14 Desember 2009

HeHeHe.... Ternyata Tahun ini Aku Gagal Jadi PNS

Tahun 2009 ini adalah tahun pertama aku mencoba melamar dan tes menjadi PNS. Ini adalah pengalaman pertama setelah sekian lama aku lulus kuliah dan selalu menolak melamar profesi ini, bahkan menoleh pun tidak. Menurutku, dulu profesi menjadi PNS yang notabene adalah abdi negara, adalah profesi yang sia-sia. Maksudnya sia-sia untuk kehidupanku kelak di akhirat.

Maklumlah profesi yang satu ini sangat rawan dari hal-hal yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan, atau bahkan seolah menuhankan diri kita. Maksud saya coba lihat orang yang ngurus ijin apalah (saya takmau sebut karena takut dituduh melanggar UU ITE). Kadang kita dibuat kesal dan terkesan arogan.

Tapi akhirnya toh tahun ini, setelah sering digojloki adikku bahwa aku sok idealis. Hahh...akhirnya luruh juga untuk melamar jadi PNS. Targetku cuma satu, yaitu mendekatkan diri pada kampung halaman yang tercinta, Lamongan. Atau berada di sekitar kampung istri di Tasik, toh masih Pulau Jawa, bisa ditempuh dengan berbagai moda angkutan.

Tercatat tahun ini ikut tes di 3 tempat, Bandung, Lamongan, dan Batam. Yang terakhir kusebut ini adalah aku sedikit ragu, karena bingung justru kalau ketrima... makin susah kan kalau mau balik ke Jawa.

Alhamdulillah... gagal semuanya. Tapi untuk mencapai kesuksesan kita harus evaluasi dan bisa menilai kegagalanku dimana.

Tes di Bandung di Departemen Perdagangan akhirnya kandas, maklum dah lupa pelajaran Kimia dan mungkin gagal di TOEFL. Tes di Lamongan gagal juga, kalau ini justru aku merasa fair karena setelah seminggu tes kemudian nilai keluar. Bahkan adik iparku yang merasa nilainya jelek ternyata ketrima walaupun nilainya memang jelek tapi nilai tersebut terbaik lho di jurusannya. Kegagalanku lebih dipicu karena aku tidak bisa melejit, aku merasa nilaiku baik. Tapi apalah arti jika dibanding 200 lebih sainganku bernilai lebih baik. Apalagi banyak diantara mereka juga alumni ITS yang tak diragukan kapasitasnya.

Nah, tes yang terakhir di batam ini... ya mau gimana lagi, rupanya iklim Pemerintahan sini masih jauh kata bersih dari KKN. Kalau yang diatas sudah bobrok, pasti akan menurun ke bawah. Saya tidak menuduh, tapi banyak fakta di lapangan yang nyatanya berkata sedemikian itu. Seperti keabsahan kelolosan seleksi administrasi, ternyata walau jurusannya tidak sama dengan kualifikasinya beberapa orang bisa lolos bahkan diterima/lulus tes. Kemudian waktu pengumuman yang lumayan lama, dan transparansi nilai yang tak ada, serta akses internet untuk hal tersebut justru membuktikan proses penerimaan ini diragukan kapasitasnya.

Ya... bagaimanapun tak bisa saya pungkiri bahwa segala proses yang sudah dimulai dengan kejelekan tentu akan mendatangkan hal-hal yang bermuara pada kejelekan. Tuhan tahu dan saya senantiasa berkata "Jangan Menyerah!"

02 Desember 2009

Hmm... Asyiknya Naik Lion Air 737-900ER

Beberapa waktu lalu, aku pernah komentar yang negatif soal maskapai Lion Air. Namun beberapa hari yang lalu, saya merasakan sesuatu yang lebih baik dan jauh berbeda pada maskapai ini.

Lion Air rupanya telah melakukan perubahan dengan mendatangkan pesawat boeing yang ’terbaru’ di kelas penerbangan domestik. Tampil dengan beberapa pesawat Boeing 737-900 ER, Lion Air tampak paling gagah di Indonesia. Bayangan saya sebelum terbang bersama Lion Air saya sudah under estimate, pasti saya akan naik pesawat MD lagi. Tapi ternyata Lion Air penerbangan Batam – Surabaya kali ini, saya disuguhi pesawat yang menakjubkan Boeing 737-900 ER. Nggak fair rasanya, kalau nggak memujinya.

Selama ini penerbangan domestik yang pernah saya pernah jalani saya hanya menemukan Garuda Indonesia yang terdepan, dengan Boeing 737-800 NG dan Mandala Air dengan pesawat jenis Airbus A320. Namun entah kenapa beberapa minggu ini kok nggak ada lagi penerbangan Mandala rute Batam – Surabaya.

Boeing 737-900 ER pesawat dengan kursi kulit yang bagus enak dan yang jelas lebih lapang dari MD. Sensasi terbang pun tampak menyenangkan, perasaan takut saat take off dengan MD sudah nggak ada lagi, bahkan getaran dalam pesawat sangat minim kurasakan. Hmm... ini baru pesawat top!

Kalau begini, aku pasti menjadikan Lion Air sebagai prioritas pertama maskapai nasional yang kugunakan, selain Garuda Indonesia tentunya.

Beda Jadi Gelandangan di Juanda dan Changi

Pernah lihat film The Terminal? Kayaknya aku serasa lagi syuting film tersebut. Gara-gara delay penerbangan, aku harus terlantar 3,5 jam di Juanda itu belum termasuk ditambahkan satu jam lagi kedatangan awal. Hmm... maka total 4.5 jam aku harus menunggu disana, mulai jam 2 siang sampai jam setengah tujuh malam. Gila, selama itu aku ngapain enaknya di Juanda?

Mula-mula sih aku merasa santai aja dengan kondisi seperti ini. Kupikir karena aku berada di Bandara International, orang awam seperti aku akan mengartikannya seharusnya bandara ini mempunyai taraf dan standard International.

Tapi aku sungguh kecewa, karena praktis setelah melalui pengecekan fiskal dan dokumen imigrasi, seratus persen aku menjadi gelandangan di sana. Mau masuk lobi ruang tunggu nggak bisa karena belum waktunya, jadinya harus nunggu di area yang menghubungkan keberangkatan dan kedatangan International?

Memang ada tempat duduknya, namun sepanjang mata memandang hanya ada satu rombong gerobak penjual oleh-oleh panganan dan minuman.

HP low bat lagi ngapain lagi membunuh waktu yang 3 jam itu? Bisa jamuran nih. Memang sih ini kesalahan maskapai yang membuatku harus menunggu walaupun ujung-ujungnya juga ngasih kompensasi makanan tapi kayaknya itu belum cukup.

Aku pernah sekali bawa laptop ke Juanda nyalain wifi, terlihat beberapa sinyal, kirain bisa internetan, hmm...payah satu sinyal pun nggak ada yang bisa. Alhamdulillah, setelah 3 jam nunggu ddi luar akhirnya bisa masuk ke lobi, saat nge-charge HP, nonton TV, dan makan. Eit, toilet dimana? Ya... ada diluar? Harus keluar lagi dan antri lagi melewati ruang pemeriksaan, yang benar saja! Lantas aku jadi panik sendiri mau ngapain ya di Singapore sambil nunggu pagi, karena last ferry ke Batam sudah telat jika aku tiba jam 10 waktu Singapore?

Akhirnya tepat jam 7 aku meninggalkan kepenatan di Bandara International Juanda yang menurutku nggak international banget standarnya.

Yup, bener dugaanku aku nyampai jam 10 malam waktu singapore (lebih cepat satu jam dari WIB atau setara WITA). Hmm...aku sempat panik setelah turun dari pesawat, selain tampangku lebih mirip TKI daripada turis. Setelah berjalan beberapa saat, ya... aku serasa terpesona bo! gak nyangka banget ada bandara sekeren Changi ini. Yang kulihat pertama, eskalator (tangga berjalan) ini menggunakan sistem standby, artinya kalau sensor didepan mendeteksi ada orang yang mau menggunakan, otomatis dia jalan kalau nggak, ya normalnya diam saja.

Kemudian pandanganku tertuju pada sekelompok bule yang pada klesetan di lantai koridor. Kok nyaman aja kayaknya, jelas apa lantai ini terlapisi karpet atau gimana ya? Yang jelas besih dan nyaman, beberapa petugas berseliweran naik otopet listrik (segway). Lalu pandangan mataku tertuju pada sekelompok orang yang berdiri menggunakan komputer, eh... ternyata free internet, sayangnya komputer sudah penuh harus nunggu. Kulihat beberapa bilik meja dan dilengkapi kursi sudah dilengkapi networking port dan stop kontak masing-masing. Andai bawa laptop setidaknya aku bisa duduk, nyalain wifi, dan ngenet sepuasnya, kayak cerita temanku yang barusan kesini seminggu yang lalu.

Tapi disini, menunggu itu tidak menjemukan. Ada beberapa kursi yang bentuknya mirip kursi malas yang lazim ditemui di pantai. Tapi ini lebih berfungsi untuk beristirahat. Akhirnya aku bisa rebahan juga, menyelonjorkan kaki dan melepas sepatu, hmm... ini baru nyantai. Ya... berhubung waktu sudah tidak memungkinkan akhirnya kuputusin untuk bermalam di Changi saja, nggak tahu apakah ntar aku diusir atau nggak? Setelah lowong pengguna free internet, aku lalu mencobanya akses disini cepat wuzz...wuzz dan yang pakai nggak bakal kecewa, namun pihak bandara rupnya mendesain agar tiap 15 menit komputer ini log off sendiri. Rupanya agar kita tidak memonopoli fasilitas publik ini dan bergiliran dengan orang lain yang membutuhkannya. Hmm.. ntar kalau nggak ada orang aku mau internetann sampai pagi. Kalau merasa haus tinggal cari kran air minum disebelah, pencet tombolnya, buka mulut, maka rasa haus pun terobati. Toilet pun nggak jauh dari tempatku berdiri tadi, sudah dilengkapi pula bagi penyandang cacat.

Puas internetan, setengah dua pagi akhirnya aku tertidur di kursi rebah tersebut sampai pagi bersama beberapa bule di sebelahku. Aku bahkan tidak merasa jadi gelandangan, malah serasa menikmati tidur di hotel mewah, karena bising suara pesawat ternyata nyaris tak terdengar di tempatku tidur. Hmm.... nyaman dan tenang.

Andai juanda seperti ini? Sebagai bandara international seharusnya memanjakan pengunjungnya dan membuat senang perasaan calon penumpang. Hendaknya ya diberikan fasilitas yang memadai. Mungkin aku sih maklum, tapi turis mancanegara? Hendaknya kita memberikan kesan dan pelayanan yangg bagus. Hmm... katanya Visit Indonesia Year? Ya... mana ada turis mau datang lagi dua kali kalau fasilitas penyambutannya saja berantakan. Please deh.....

19 November 2009

Nggak Bisa Pura-Pura Kalau Nggak Suka

Aku nggak bisa nutupin perasaan kalau lagi nggak suka dengan hal yang nggak aku sukai ya jelas aku bereaksi, apalagi untuk berpura-pura suka, please deh!!! Terserah kamu mau bilang aku kolot, sok idealis, atau munafik itu terserah!!!!! Yang jelas, aku udah bebal dengan yang namanya dogma, kesepakatan atau apapun. Aku punya prinsip itu sudah jelas!

Hal itu sudah beberapa kualami berkali-kali sejak SMU dulu, ya..disaat itulah gairah mudaku muncul gairah pemberontakan!

Sudah nggak kehitung berapa kali aku berontak di SMU sampai sering kena hukuman Guru atau nilai jadi jelek. Yang kuingat beberapa adalah ketika aku lagi kesel sama guru agama. Masak sholat Jum’at mesti di sekolahan trus khotbahnya dicatat pula karena nanti sewaktu-waktu diminta untuk dikumpulkan di guruku, lantas diperiksanya.

Eh, yang malah aku lakukan setiap Jumatan nggak di sekolahan, tapi di Masjid Agung -yang notabene deket rumahku- dan aku nggak pernah nyatet khotbah apalagi minta tandatangan imam. Ya jelaslah buat apa Jumatan dicatet-catet dan diwajibkan di tempat tertentu, aneh. Tapi dari pemberontakanku ini menghasilkan tamparan di pipi kanan dan kiri oleh Guru Agama ku itu, ditambah nilai 5 di raport, hmm... keren nggak?

Ada lagi, waktu aku nggak suka sama Guru Bahasa Indonesiaku di SMU yang menurutku bermulut besar itu. Terus terang aku lagi neg ndengerin ceritanya apalagi membahas soal sastra, bagiku prosa hanyalah angan yang tak berongga. Jadi dengan tidak sopannya aku langsung keluar kelas karena muak, ini nggak sekali bro! Untungnya dia masih berbaik hati ngasih nilai 6 di raport-ku.

Pemberontakan paling parah mungkin saat awal kuliahku di D3 Kxxxxter Koxxxol - ITS, waktu pengkaderan. Bagiku, pengkaderan adalah hal yang nggak mutu yang selalu kuanggap hanyalah ajang balas dendam yang nggak tersalurkan. Ya iyalah... masak si yunior yang harus terkena imbasnya. Parahnya akhirnya terjadilah salah kaprah turun temurun. Nggak mutu, nggak ada untungnya sama sekali, mending sharing ilmu atau bikin program yang bermanfaat, bukan sebatas ngerjai yuniornya. Jadi ya, aku cabut. Rupanya para senior menganggap aku dan orang lain yang tak sepaham adalah boikoter dan harus diperangi.

Jadilah selama sang senior masih bercokol aku dkk, selalu diintimidasi. Bahkan jangan harap lulus dari kuliah praktek yang diasisteni oleh senior. Hmm.. aku pernah terancam DO gara-gara hal ini, masalahnya sepele aku hanya gagal 1 SKS di praktikum ini. Lha wong kalau praktek selalu giliran jam 12 malam, dan program ku dirusak lalu disuruh benerin, logis sih... kalau aku yang buat pasti aku bisa, masalah cuma 15 menit disuruh ngecek satu-persatu ya... jelas nggak cukup lah. Ya.. mau gimana lagi asal nggak main fisik ya aku biarkan.

Tapi ketika salah seorang senior dengan beberapa gank-nya yang asal Madura menggeruduk aku dan temanku, ya jelas aku mesti berontak, anteman-anteman OK lah! Ealah ternyata masalah pribadi dibawa ke forum senior lawan boikoter. Jadilah perang Baratayudha, untung salah seorang dosen teknik sipil buru-buru memarkirkan mobilnya lalu menghalau kami, dengan diancam akan dibawa masalah ini ke rektorat. Haha... gak tau kenapa tiba-tiba justru intimidasi para senior semenjak itu tiba-tiba hilang. Mungkin mereka takut gagal wisuda deh...!

Hah kali ini aku menghadapi masalah baru, tentang suasana perusahaan yang lagi memanas gara-gara satu departemen tutup. Ya... susah, ntar aja mbahasnya

14 November 2009

Kepulauan Riau

Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga.

Batas-Batas Wilayah Provinsi Kepulauan Riau:
Di Sebelah Utara: berbatasan dengan negara Vietnam dan Kamboja
Di Sebelah Timur: berbatasan dengan negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat
Di Sebelah Selatan: berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Provinsi Jambi
Di Sebelah Barat: berbatasan dengan negara Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau

Pemerintahan Kabupaten dan Kota
Ibukota Provinsi di kota Tanjung Pinang
No. Kabupaten/Kota
1 Kabupaten Bintan, beribukota di Bandar Seri Bentan
2 Kabupaten Karimun, beribukota di Tanjung Balai Karimun
3 Kabupaten Kepulauan Anambas, beribukota di Tarempa
4 Kabupaten Lingga, beribukota di Daik, Lingga
5 Kabupaten Natuna, beribukota di Ranai, Bunguran Timur
6 Kota Batam
7 Kota Tanjung Pinang

28 Oktober 2009

Berbicara dengan-NYA

Semua terserah pada-MU aku begini adanya.
Kuhormati keputusan-MU…
Apapun yang akan KAU katakan
Sebelum terlanjur AKU jauh melangkah,
KAU katakan saja.


Hmm… aku lagi pingin ngomong saja dengan Sang Pencipta, tentang cerita kehidupanku ini. Sebenarnya sih aku pingin ngambil langkah-langkah kedepan tapi toh kalau ternyata salah! Saya sangat berharap DIA, Allah, Dzat Yang Maha Kuasa mau menegurku dan memberi arahan-arahan agar aku tidak lagi tersesat.

Semoga pong-pong yang kusupiri ini tidak terbalik, terhantam badai, ataupun salah arah. Hmm… semoga KAMU mengerti apa yang kumaksudkan.

“Tidak semuanya bisa diungkapkan dengan kata-kata”

22 Oktober 2009

Inilah Daftar Kabinet 2009-2014

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono malam ini mengumumkan secara resmi susunan kabinet 2009-2014. Berikut nama para menteri.
1. Menko Polhukam: Djoko Suyanto
2. Menko Perekonomian: Hatta Rajasa
3. Menko Kesra: Agung Laksono
4. Menteri Sekretaris Negara: Sudi Silalahi
5. Menteri Dalam Negeri: Gamawan Fauzi
6. Menteri Luar Negeri:Marty Natalegawa
7. Menteri Pertahanan: Purnomo Yusgiantoro
8. Menteri Hukum dan HAM: Patrialis Akbar
9. Menteri Keuangan: Sri Mulyani
10. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Darwin Saleh
11. Menteri Perindustrian: M.S Hidayat
12. Menteri Perdagangan: Mari Elka Pangestu
13. Menteri Pertanian: Suswono
14. Menteri Kehutanan: Zulkifli Hasan

15. Menteri Perhubungan: Fredy Numberi
16. Menteri Kelautan dan Perikanan: Fadel Muhammad
17. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Muhaimin Iskandar
18. Menteri Pekerjaan Umum: Djoko Kirmanto
19. Menteri Kesehatan: Endang Rahayu Setyaningsih
20. Menteri Pendidikan Nasional: M Nuh
21. Menteri Sosial: Salim Segaf al Jufrie

22. Menteri Agama: Suryadharma Ali
23. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Jero Wacik
24. Menteri Komunikasi dan Informatika: Tifatul Sembiring
25. Menteri Negara Riset dan Teknologi: Suharna Surapranata
26. Menteri Negara Koperasi dan UKM: Syarief Hasan
27. Menteri Negara Lingkungan Hidup: Gusti Muhammad Hatta,
28. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Linda Agum Gumelar,
29. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara: EE Mangindaan,
30. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal: Helmy Faishal Zaini
31. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas: Prof. Armida Alisjahbana
32. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara: Mustafa Abubakar
33. Menteri Negara Perumahan Rakyat: Suharso Manoarfa
34. Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga: Andi Mallarangeng

16 Oktober 2009

Farmville Fever

That game make me stupid! Sialan, gara-gara farmville aku jadi insomnia. Tahu farmville gak? Itu lho game yang ada di aplikasi facebook. Game-nya sih asyik, tentang menjadi petani dan peternak.

Dimulai dengan menanam tanaman yang mudah hingga akhirnya menjadi petani yang kaya dan sukses, punya ladang luas, traktor, hewan ternak berlimpah, rumah mewah dan lain sebagainya.

Game ini pakai periodesasi waktu tanam dan panen, jadi kalau lewat dari periode itu ya... tanamannya rusak alias busuk. Nah..yang jadi masalah itu kadang aku salah tanam, kadang pakai waktu setengah hari padahal esoknya aku masih di tempat kerja, jadinya siang-siang mesti pulang sebentar ke rumah untuk 'panen', glek... lak yo lucu kan!

Atau parahnya, sekali waktu aku baru sempat ngejamah laptop pas tengah malam ketika ngelilir. Lalu aku iseng-iseng menanam tanaman yang umurnya sehari, artinya aku mesti terjaga lagi di jam yang sama supaya mencegah tanamanku gak busuk. Waduh...waduh!!!

Kadang sih aku mencoba nggak terlalu mikirin, tapi pikiran itu kemudian jadi obsesi ketika melihat 'tetangga-tetangga' yang ada di game ternyata lebih sukses dariku. Kan jadi pingin seperti mereka.

Ok deh ini melekan yang terakhir, moga besok-besoknya bisa panen jam 8 atau 9 malem, supaya gak ngganggu jadwal istirahatku. Masih sampai level 18 pingin ke tigapuluhan nih, mungkin disitu aku bisa menemukan saturasiku.

14 Oktober 2009

Miyabi oh Miyabi

Minggu ini, media seolah diramaikan dengan pro-kontra kedatangan Miyabi. Berbagai elemen islam baik dalam perkumpulan mahasiswa dan FPI seolah berteriak keras mencegah sang bintang untuk menginjakkan kakinya di Indonesia. Namun pro-kontra ini tak ayal memicu pertanyaan pada publik, siapa sebenarnya Miyabi? Hal inilah yang akhirnya memicu publik yang tadinya awam terhadap figur dia kemudian berusaha mencari tahu. Masalahnya Miyabi adalah artis film porno, jadi ’kepiawaian’ aktingnya hanya bisa dilihat ya...di film-film porno. Hal ini tentunya memicu permintaan/ konsumsi pada VCD atau DVD porno yang dibintangi Miyabi. Yang jelas dengan adanya pro kontra ini justru membuat VCD/DVD porno Miyabi menjadi laris manis. Ini kan justru makin memperumit masalah, piye toh!

Saya sendiri, tadinya awam pada figur Miyabi ini. Pertama kali saya melihat sosok cantik ini pada parodi-parodi email yang dikirimkan teman-teman, sedikit tergelitik dengan iklan coblos partai 69-nya. Kata teman saya, sosok cantik itu bernama Maria Ozawa, ya memang cantik sih! Tapi katanya, dia adalah artis porno Jepang, yang mempunyai nama beken Miyabi, hmm....tadinya sih tak percaya. Maklum selama petualanganku di dunia hitam -ketika masa kuliah itu- saya tak pernah mengenal sosok itu. Ealah ternyata artis baru toh, pantesan gak ngerti lha wong pas 4 tahun terakhir ini sudah insaf.

OK kembali ke topik, masalahnya kenapa di Indonesia ini ada film yang judulnya ”Menculik Miyabi”. Katanya ide ceritanya tentang tiga orang mahasiswa yang terobsesi pada sosok Miyabi. Walaupun melibatkan bintang film porno tapi katanya film ini bergenre komedi situasi. OK, produser mungkin bisa membuat perisai dengan kata-kata seperti ini. Tapi mereka tidak bisa berkelit, kalau inti ceritanya sudah bertema ”terobsesi” ini artinya apa, artinya ini masalah mindset, karakteristik yang menunjukkan keinginan mendalam, yang didapat karena terinspirasi yang pasti sudah pernah dilihat. Apalagi mahasiswa, kenapa rupanya? Pengalaman saya dulu, justru ketika menyandang status mahasiswa itulah pergaulan dan tingkah laku orang menjadi merasa bebas. Mereka yang kebanyakan dari kampung hidup bersama keluarga di lingkungan baik-baik, justru mulai mengenal film porno, pacaran dan seks bebas di lingkungan mahasiswa.

Nah, itu kan artinya film ini walaupun katanya jauh dari adegan porno tapi jelas memasukkan pikiran dan obsesi mesum pada jiwa pemuda. Dan pengaruhnya sangat buruk, terutama pada anak-anak sekolah. Saya tak peduli pada mahasiswa, tapi anak-anak SD, SMP, hingga SMA. Kalau mereka sudah dijejali pikiran seks maka otak mereka jadi terganggu jelas merusak moral, prestasi belajar, dan tingkah laku. Kalau hanya sekedar onani atau masturbasi, mungkin saya kurang persoalkan. Bahayanya kalau mereka sudah berani mengintip wanita yang sedang buka baju (mandi), atau parahnya mencoba melakukan hubungan seks dengan pacarnya.

Zaman sekarang anak SD sudah banyak yang berani pacaran, ya kalau cuma cinta monyet tak masalah. Tapi kalau sudah sampai ciuman, raba-rabaan, hingga menjurus pada tingkat ingin saling mengetahui yang tersembunyi hingga mengajak berhubungan seks, itu jelas masalah besar. Artinya negara ini dalam bahaya, tingkat seks bebas semakin maju menjadi usia dini. Piye iki, cilik-cilik kok wis kenal seks.

Sebenarnya bukan Miyabi-nya yang saya salahkan, tapi kenapa harus ada film dengan ide seperti itu? Itu kan tontonan publik! Jadi andaikata Miyabi datang ke Indonesia cuma untuk berlibur, jalan-jalan, atau berbelanja, tak ada masalah dan saya pasti persilakan. Asal bukan untuk yang satu itu!

Jadi kalau ada diantara anda atau pihak lain yang pro dengan kedatangan Miyabi di Indonesia untuk syuting film tersebut, saya doakan semoga anak perempuan anda atau saudari anda agar sukses mengikuti jejak Miyabi, hehehe....

27 September 2009

Mau Balik Ke Batam Kok Bingung

Ini masalahnya, pulang dan balik kurang terencana dengan baik. Sebenarnya pulang ke Jawanya sudah terencana sih, tapi berhubung jadwal baliknya belum pasti alias kurang yakin dengan jadwal yang dibikin panitia ya... akhirnya baru hari ini beli tiket. Padahal kemarin Merpati sempat menyentuh 400 ribuan, ealah sekarang sudah gak ada.

Terpaksa cari tiket lagi dengan mengeluarkan uang ekstra untuk menginap dekat Bandara Soekarno Hatta. Karena aku akan menginap di hotel dekat Bandara lagi, setidaknya untuk semalam, sambil menunggu keberangkatan pesawat esok harinya menuju Batam dari Jakarta.

Bodohnya kenapa kok ya langsung lihat website Lion air padahal gue punya ID Garuda Indonesia gitu lho, nyesel deh terlanjur booking, ternyata harga Garuda lebih murah daripada lion dan lebih pagi lagi. Aduh...aduh bodoh kok gak ketulungan ini, maklum mungkin lagi panik karena gak dapat tiket.

Ya...sudahlah, meskipun gak dapat makan gak apa-pa yang penting aku berdoa kepada Allah semoga perjalananku ini selamat sampai tujuanku di Batam lagi, dan tepat waktu.

Andai memang keuntungan berpihak padaku, ya...kita pasti berjumpa lagi Garuda dan Merpati di bulan depan.

25 September 2009

Jangan Sampai Keseleo di Hari Lebaran

Inilah susahnya kalau tiba-tiba keseleo di momen Idul Fitri. Nggak tahu kenapa, tuh engkel mata kaki kiri kok tiba-tiba sakit pas bangun tidur. Namanya juga hari wajib kerja, sakit-sakit sedikit yo dipaksain berangkat.

Susahnya kalau kerja di bagian line production, sering jalan kesana kemari. Wah, siang harinya sudah terasa sakit tuh kaki. Apalagi pas selesai sholat Ashar, mana musholanya ada di lantai 2 lagi. Dan tap... tap... tap... , krek! aduh! Wah tak bisa dibiarkan, mesti cari obat gosok pereda nyeri otot ke klinik perusahaan.

Sialnya, di klinik gak ada apapun obat yang bisa meredakan nyeriku. Malah terkesan klinik itu hampir kosong melompong tanpa obat, klinik macam apa ini? Wah... apa mentang-mentang akhir bulan ini kerjasama antara provider medis dan perusahaanku hendak selesai (End of Contract), jadi mereka biarkan klinik melompong tanpa obat-obatan P3K.

Akhirnya ya... harus kutunggu bel jam 5 berbunyi, sudah nggak tahan nih, mesti cari dukun pijat nih. Bayanganku langsung ke dukun pijat andalanku, asal lereng gunung lawu, siapa lagi kalau bukan pakdhe Katijan. Aku sih sudah membuktikannya mak nyus, kala dia memijat engkel kaki kananku yang hampir sama kasus, sekitar beberapa tahun lalu.

Sayangnya, ketika menjelang Maghrib kutelpon untuk membuat janji. Ealah... lha kok katanya si pakdhe lagi pulang ke jawa, waduh katiwasan iki. Akhirnya dapat nomor pemijat lain, ealah lha kok gak ada yang ngangkat, piye iki?

Alternatif terakhir, telpon pemijat yang biasa mijatin istriku kalau lagi capek-capek, eh siapa tahu dia bisa pijat keseleo. Dan... ternyata dia gak mudik, ada di Batam, dan juga bisa pijat keseleo. Sayangnya, dia bisanya agak malam jam 10-an, ya jelas aku gak tega nyuruh mak wok datang malam-malam ke rumah. Ya sudahlah, besok pagi saja jam setengah tujuh pagi.

Biasanya aku tak sepanik ini, masalahnya hari Sabtu aku mesti terbang ke Jakarta lalu ke Bandung untuk mengadu nasib Ya... anggap saja ini salah satu tantangan tak terduga selain tes lainnya. Semoga Sabtu pagi aku bisa jalan lancar lagi, gak tertatih-tatih lagi.

24 September 2009

Nggak Bisa Mudik ke Lamongan

Akhirnya hari raya Idul Fitri tahun 1430 H atau di tahun 2009 ini, aku harus merayakannya di Batam lagi. Sama seperti tahun 2005, 2006, dan tahun 2007, cuma tahun 2008 saja aku merayakannya di kampung halamanku Lamongan. Walaupun faktanya aku selalu pulang ke Lamongan, paling tidak setahun dua kali. Namun balik ke Lamongan tepat pada momen hari raya hanya kulakukan sekali saja, itupun setelah mendapat ultimatum orang tuaku pada tahun 2007-nya karena aku gak bisa mudik pas lebaran. Ultimatumnya sih simple saja, tapi nylekit, "Kalau kamu masih menganggap punya orang tua, yo mbok hari raya itu pulang, ketemu sama dulur-dulur, bapak dan ibu, jangan sibuk cari uang terus!"

Waduh, padahal 'kan pada saat itu sudah pernah baru ketemuan 3 bulan sebelumnya, masak harus pulang lagi, begitu pikirku. Tapi ya... karepe wong tuwo, mungkin mereka kangen sama anaknya yang cakep dan mbeling ini, hehehe... mosok cilik digedhekne, eh wis gedhe lali sungkem karo wong tuwo (masak kecil lalu dibesarkan, eh...sudah besar kok lupa menghormati orang tuanya).

Tapi insya Allah hari raya Idul Fitri tahun 2009 ini, mungkin mereka maklum aku tidak mudik ke Lamongan. Bulan Juni lalu aku barusan pulang dari Lamongan, menyaksikan pernikahan adik kandungku. Hmm... Juni, Juli, Agustus, September,
sekitar 3 bulan lebih dikit baru ketemu keluarga. Apalagi kami sekeluarga di Batam ini juga masih bisa saling memandang, melihat, dan melepas kangen masing-masing dengan saling memandang lewat handphone, melalui fasilitas video call. Maturnuwun telkomsel, sudah ada 3G di Lamongan, jadinya komunikasi selalu terjalin tanpa halangan.

Dalam waktu dekat ini aku mau pergi ke Bandung untuk mengadu peruntungan, ya... sekalian pulang ke rumah mertua sih. Kalau ada waktu dan dapat tiket kereta api, ya tentunya aku sempatkan ke Lamongan. Hmm... tapi itu peluangnya kecil apalagi belum tentu aku dapat tiket balik ke Bandung lagi. Jadi kemungkinannya, ya aku mungkin tinggal di rumah mertua di Tasikmalaya untuk beberapa hari. Sekalian melihat-lihat kondisi rumah pasca gempa awal bulan ini.

Ya... tapi bagaimanapun saya sangat kecewa tak bisa pulang ke Lamongan, tepat di saat lebaran kali ini. Kenapa? Pasalnya tiap tahun keluarga besar kami selalu mengadakan reuni. Ya reuni keluarga besar, Bani... bani siapa ya lupa aku. (ntar tanya adik yang tadi ikut acaranya)

Reuni keluarga ini diambil dari garis keturunan dari buyut kami, dari pihak keluarga bapakku. Entah siapa koordinatornya, kok ya bisa-bisanya tiap tahun ngumpulin ratusan orang, dari kakek sampai cicit, yang sudah mengalami proses differensial parsial. Haha...

Ya.. pasalnya aku pernah benci sama teman satu kosku, ealah.. ternyata dia masih ada hubungan saudara denganku, padahal pikirku gak mungkin tih dia tinggal di Jember, tapi ternyata...dulur dhewe rek! Akhirnya ya nggak jadi musuhan lagi.

Kembali ke acara reuni keluarga, acara tahun ini dilakukan pagi kemarin, di daerah mbandung Lamongan, di rumahnya Mbah Asnan (Mbah Nan). Setelah tahun kemarin diadakan di Paciran, Lamongan di rumah mbak Lilik & Om Bambang. Acaranya sih tidakk melulu diadakan di Lamongan, tapi justru ditawarkan siapa yang mau jadi tuan rumah berikutnya, ya... siapa tahu punya hajat tertentu kan lumayan bisa bareng-bareng didoakan oleh keluarga.

Ya... semoga tahun depan masih diberi umur panjang untuk turut serta bersama-sama mereka, bereuni keluarga lagi.

22 September 2009

Tradisi Hari Raya Ketupat di Lamongan

Ketupat dan opor ayam selalu tak bisa dipisahkan dari hari raya Idul Fitri. Biasanya suguhan itu selalu tersaji di rumah-rumah dan menjadi menu wajib di hari lebaran. Tapi kota dan masyarakat Lamongan mempunyai cerita lain tentang menu istimewa lebaran itu.

Masyarakat Lamongan memiliki tradisi kupatan (hari raya ketupat) selain hari raya idul fitri. Menjelang 1 Syawal, di saat lebaran pertama masyarakat Lamongan biasanya tidak membuat ketupat dan opor untuk disuguhkan di hari lebaran itu. Biasanya hari pertama itu justru lebih banyak dihabiskan untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan sanak saudara. Terutama dengan keluarga dan handai tolan yang lama tak bersua. Inilah yang membuat jalinan keluarga tetap terjalin utuh. Lalu apa menu makanan selain suguhan jajanan kecilnya?

Biasanya adalah makanan khas Lamongan, seperti sego boranan, tahu campur, dan nasi kuning. Atau malah terkesan ala kadarnya saja. Lho kok gitu saja? Pada kemana ketupat dan opor ayamnya?

Kehidupan masyarakat Lamongan terkenal sangat agamis. Jadi biasanya hari raya Idul Fitri itu bukanlah waktu yang tepat untuk langsung menuangkann kegembiraan dan merayakannya. Melainkan ada waktu yang lebih tepat untuk merayakannya, kapan itu?

Tanggal 1 Syawal memang adalah hari yang diharamkan untuk berpuasa. Namun sunnah Rosulullah Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri, beliau meneruskan berpuasa sehari sesudahnya hingga selama seminggu. Nah.. pada seminggu setelah lebaran, barulah kita rasakan makna Idul Fitri yang sesungguhnya. Itulah saat dimana segala kegembiraan, keceriaan, dan perayaan kemenangan berlangsung. Tradisi tersebut dibarengi dengan ramai-ramainya orang Lamongan sibuk membuat ketupat untuk dihantarkan ke sanak saudara dan tetangga, serta untuk dimakan bersama keluarganya.

Di Tanjung Kodok (sekarang bernama Wisata Bahari Lamongan)yang berlokasi di Kecamatan Paciran-Lamongan, hampir tiap tahun selalu diadakan pesta menyambut Tradisi Kupatan ini. Dan acara ini lebih meriah dibanding tanggal 1 Syawalnya, ini dikarenakan mungkin sudah tidak ada yang ngganjel lagi. Lain cerita kalau mereka merayakannya di 1 Syawal padahal seminggu sesudahnya masih di sunnahkan untuk puasa. Eman-eman kan kalau masak banyak tak ada yang menghabiskan.

Menurut hikayat, tradisi seperti ini sudah berlangsung turun-temurun mengikuti ajaran dari Kanjeng Sunan Drajad. Beliau adalah Walisanga yang bermukim di daerah Paciran, Lamongan.

Memang kalau orang luar daerah yang tidak mengerti tradisi seperti ini, mungkin akan bertanya-tanya, kenapa kok masyarakat Lamongan tidak membuat ketupat pada hari raya Idul Fitri. Padahal masyarakat Lamongan juga membuat ketupat, sama seperti daerah lainnya, bedanya mereka membuatnya pada hari ketujuh setelah lebaran. Masyarakat Lamongan memang unik, hmm... jadi lebaran dua kali dong!

Fenomena Mudik Berlebaran di Kampung Halaman

Setelah Romadhon berakhir dan berganti dengan bulan Syawal, saat itulah umat Islam sedunia memperingati Idul Fitri. Pada momen hari raya inilah, biasanya silaturahmi kembali terjalin. Sanak saudara dan keluarga yang hidup jauh di perantauan, berduyun-duyun pulang kembali ke tanah kelahirannya atau kampung halamannya. Hal atau fenomena seperti ini, sekarang lebih populer dengan nama “mudik”.

Entah siapa yang mulai menamai pulang ke kampung halaman itu dengan sebutan mudik. Tapi penyebutan istilah ini mungkin lebih dikarenakan dari asal katanya. Yaitu kata “udik”, yang artinya kampung/desa ditambah dengan imbuhan “me”, yang artinya melakukan kegiatan. Kemudian terjadi ‘penyengauan’ menjadi kata “mudik”. Sehingga mempunyai arti: mengadakan kegiatan pulang ke desa/kampung.

Fenomena mudik itu sendiri karena kerinduan untuk kembali ke desa/kampung halamannya. Hal ini dipengaruhi dikarenakan meratanya arus penyebaran penduduk (migrasi) di seluruh Indonesia. Terutama karena transmigasi dan dipicunya pertumbuhan kota yang tidak merata. Dimana memunculkan pusat-pusat kota atau daerah-daerah industri seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan kota-kota besar lainnya. Sehingga memunculkan arus urbanisasi menuju pusat-pusat kota ini dan harus meninggalkan daerah asal kampung halaman. Jadi ketika di kampung halaman susah mendapatkan kerja/penghasilan maka tak ada pilihan lain kecuali keluar daerah menuju tempat yang lebih menjanjikan ‘kehidupan’.

Waktu berlalu, hingga tak terasa akhirnya sudah beranak pinak di tempat barunya. Berhari-hari meninggalkan orang tua, saudara dan keluarga, lingkungan asal, dan teman-teman kecil, seolah selalu membuat muncul rasa kangen untuk berjumpa mereka lagi. Namun di era modern ini sangatlah sulit untuk pulang kampung setiap saat, dimana waktu selalu dibandingkan dengan uang, seolah menjadikan kita lupa untuk menyisihkannya dengan bersilaturahmi ke keluarga. Dan momen yang paling tepat untuk pulang dan berkumpul dengan keluarga adalah saat lebaran tiba. Momen Lebaran adalah momen paling pas karena disaat itulah semua keluarga, sanak saudara, sahabat juga pulang dan berkumpul dengan keluarganya masing-masing. Jadi nuansa untuk reuni keluarga, reuni sekolah, atau nostalgia dengan teman-teman muncul kembali.

Kapan lagi Keluarga Besar berkumpul dan saling mengenal? Kadangkala teman akrab atau musuh kita di perantauan, ternyata tanpa kita sadari masih ada hubungan darah dengan kita. Hmm..saya sendiri pernah mengalaminya, saat keluarga besar dari garis keturunan Ayahnya Buyut kami berkumpul. Ternyata teman satu kosku yang paling kubenci itu, ealah… lha kok masih bolo dhewe, masih termasuk saudara!

Namun kegiatan mudik itu selain memakan biaya yang mahal ternyata juga meminta banyak darah dan nyawa. Dari kabar berita di media, sudah ratusan orang yang telah meninggal di jalan, baik itu karena kecelakaan lalu lintas ataupun kelelahan. Hal itu kok mengingatkanku pada fenomena kembalinya ikan salmon ke sungai setelah sehari-harinya hidup di lautan. Untuk menempuh perjalanan itu, terkadang banyak nyawa yang tercabut, baik itu oleh manusia, beruang, ataupun kepiting, dan pemangsa lainnya.

Ya… walaupun dengan segala resikonya, kebanyakan orang-orang memilih mudik daripada berlebaran di tempatnya sekarang. Kenapa coba? Toh sehari-hari biasa sudah tidak pulang kampung, masak lebaran juga tidak pulang! Kebangetan dong! Kayak Bang Toyib saja yang sudah tiga kali lebaran tak pulang-pulang.

19 September 2009

Mohon Maaf Lahir & Batin

Selamat Merayakan Idul Fitri 1430 H. Mohon maaf lahir dan batin, Semoga Allah Swt Senantiasa mencurahkan rahmat, barakah dan maghfirah-Nya kepada kita sekalian, amien...

Dengan berlalunya Romadhon semoga tak membuat amalan ibadah kita seperti, sholat jama'ah, zakat, tadarus Al Qur'an ikut berlalu pula. Sesungguhnya ada dan tiada Romadhon, amalan ibadah kita sehari-hari selayaknya seperti di bulan Romadhon.

Es Siwalan

Selain legen atau tuak, ada jenis minuman lain yang sangat khas di daerah pantura Lamongan. Khas karena kebanyakan hanya bisa didapatkan di sekitar pantura. Di Jawa Timur, minuman khas ini jamak di jumpai di daerah Tuban, Gresik, dan tentu saja Lamongan. Orang sering menyebutnya es siwalan atau es ental. Karena memang bahan dasarnya berasal dari buah ental / siwalan.

Siwalan/ental masih satu famili dengan pohon palm, atau sejenis kelapa-kelapaan. Buahnya relatif lebih kecil dibanding kelapa. Bila sudah menua (matang) warna kulit luarnya berwarna coklat gelap kemerahan. Untuk mendapatkan ental/siwalan anda perlu membuang kulit luar, hingga tinggal menyisihkan kulit dalamnya yang tipis. Bentuk buah ental/siwalan lebih mirip nata de coco dengan tekstur kenyal nan lembut.

Es siwalan ini sendiri disajikan/terdiri dari buah siwalan yang diiris dadu kecil-kecil, kemudian diberi santan, gula aren (gula merah) secukupnya, dan terakhir diberi es batu.

Hmm... nikmat dan segar, rasanya mirip kolang kaling atau nata de coco. Sayangnya di Lamongan es ental ini hanya terdapat di daerah Paciran atau Brondong (pesisir utara lamongan). Segelas es ini mungkin bisa menawarkan dahaga anda setelah puas berkeliling Wisata Bahari Lamongan atau Gua Maharani

Noordin M Top, Selamat Jalan Wahai Mujahid…

Noordin M Top tewas dalam penggrebekan yang dilakukan aparat densus dan kepolisian di desa Mojosongo, Jebres, Solo, Kamis, 17 September 2009. Sebagian besar orang mengutuk dan bergembira dengan tewasnya Noordin. Sedikit yang simpati dan haru dengan kepergiannya. Jikalau pilihan Noordin M Top dalam berjihad memerangi musuh-musuh Islam, utamanya Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya benar, maka betapa beruntungnya dia. Karena dia akan dianggap sebagai mujahid dan mati sebagai syuhada. Insya Allah!

Jihad Hukum Islam Yang Abadi
Banyak orang beranggapan jika seorang pemimpin jihad atau seorang mujahid syahid, maka jihad akan berhenti dan berarti perjuangan mereka mengalami kekalahan. Padahal dalam pandangan Islam, jika seorang mujahid syahid, maka itu adalah sebuah ‘kemenangan’ dan sebuah kemuliaan bagi ummat Islam.

Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah (9) : 111)

Dalam sejarah panjang Islam, telah berlalu para mujahidin menuju syahid, hingga wafatnya Nabi Muhammad SAW, dan hal tersebut merupakan sunatullah (hukum alam dan ketetapan Allah SWT) yang harus terjadi dan dialami oleh kaum Muslimin dalam memperjuangkan agama mereka. Sejak syahidnya para pahlawan perang Badar, Uhud, Khandaq, hingga syahidnya para mujahid di abad modern, seperti Syekh Abdullah Azzam, Syekh Ahmad Yassin, Rantisi, Khattab, Samil Bashayev, Mullah Dadullah, Syekh Yusuf Al Uyairi, Syekh Abu Mus’ab Az Zarqawi, Syekh Mukhlas, Imam Samudra, Amrozi, dan kini Noordin M Top.

Kematian seorang mujahid di tangan musuhnya bisa saja dianggap sebagai sebuah kesuksesan besar, terutama bagi musuh-musuh Islam, yakni Amerika dan sekutu-sekutunya. Tapi bagi mujahid, kematian mulia tersebut atau syahid adalah kemuliaan yang selama ini mereka selalu mencarinya. Karena dalam kamus mereka hanya ada dua kebaikan dan berusaha mendapatkan salah satu darinya, yakni Hidup Mulia atau Mati Syahid.

Syekh Usamah bin Ladin dalam video The Caravan of Syuhada mengatakan:

“Penutup para nabi dan rasul, Muhammad SAW., mengharapkan kedudukan ini. Perhatikan dan renungkan kedudukan seperti apakah yang diharapkan oleh sebaik-baiknya manusia ini. Beliau berharap menjadi seorang syahid. “Demi jiwa Muhammad yang ada ditangan-Nya. Sungguh aku berharap bisa berperang lalu aku terbunuh, kemudian (hidup lagi) untuk berperang lalu aku terbunuh, kemudian (hidup lagi) untuk berperang lalu aku terbunuh.” (Al Hadits)

Hidup yang lama dan panjang ini diringkas oleh Nabi SAW dengan petunjuk Allah SWT., dalam sabda Beliau di atas. Beliau sangat menginginkan kedudukan ini. Orang yang bahagia adalah orang yang telah dipilih oleh Allah SWT sebagai seorang syahid.

“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran (3) : 168-171)

Wallahu’alam bis Showab! (M.Fachry/arrahmah.com)

17 September 2009

Siapakah (Apakah) Wahhabi ?

Copas dari: www.almuhajirun.net

Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR, mantan Ketua Umum PKS menyatakan : "Saya dan PKS bukan Wahabi". Peryataan ini disampaiikan usai melantik anggota MPR Pengganti Antar Waktu (PAW) di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (29/4/2009). Dia melanjutkan, Sangatlah tidak logis jika dirinya dicap sebagai antek Wahabi. "Saya pendiri partai politik dan mantan ketum partai. Dari situ saja isu itu fitnah yang mengada-ada," sambungnya. Gerakan Wahabi adalah gerakan yang berkembang di Timur Tengah. Gerakan ini salah satu ciri khasnya adalah membid'ah kan dan mengharamkan partai politik. Begitu pemberitaan di DetikPemilu, Rabu, 29/4/09. Benarkah Wahhabi seperti itu ? Mengapa Hidayat Nur Wahid dan PKS ketakutan dianggap sebagai Wahabbi ? Siapa (Apa) sebenarnya Wahhabi ?

Muhammad Bin Abdul Wahhab dilahirkan di Nejed, tahun 1703 Masehi. Abdul Wahab tergolong Banu Siman, dari Tamim. Pendidikannya dimulai di Madinah yakni berguru pada ustadz Sulaiman al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pendiri kelompok Wahabi yang mazhab fikihnya dijadikan mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia, hingga saat ini. Dia dan pengikutnya lebih senang menamakan kelompoknya dengan al-Muwahhidun (pendukung tauhid). Namun orang-orang Eropa dan lawan-lawan politiknya menisbatkan nama ‘Wahabi’ untuk menjuluki beliau dan gerakan yang dipimpinnya.

Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal di dunia Islam berkat perjuangannya memurnikan ajaran Islam melalui pemurnian tauhid. Masalah tauhid, yang merupakan pondasi agama Islam mendapat perhatian yang begitu besar oleh Muhammad Abdul Wahhab. Perjuangan tauhid beliau terkristalisasi dalam ungkapan la ilaha illa Allah. Menurut beliau, aqidah atau tauhid umat telah dicemari oleh berbagai hal seperti takhayul, bid’ah dan khurafat yang bisa menjatuhkan pelakunya kepada syirik. Aktivitas-aktivitas seperti mengunjungi para wali, mempersembahkan hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka, mengusap-usap kuburan tersebut dan memohon keberkahan kepada kuburan tersebut. Seakan-akan Allah SWT sama dengan penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka, dan orang-orang dekat-Nya. Bahkan manusia telah melakukan syirik apabila mereka percaya bahwa pohon kurma, pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci makam dapat diambil berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh keuntungan.

Pencemaran terhadap ajaran Islam yang murni bermula di masa pemerintahan Islam Abbasiah di Baghdad. Kemajuan ilmu pengetahuan di zaman ini telah menyeret kaum muslimin untuk ikut pula memasyarakatkan ajaran filsafat yunani dan romawi. Selain itu, pengaruh mistik platonik dari budaya Rusia ikut menimbulkan pengaruh negatif pada ajaran Islam. Puncaknya adalah berbagai macam kebatilan dan takhyul yang dipraktekkan kaum Hindu mulai diikuti orang-orang Islam. Wilayah Arab, sebagai tempat kelahiran Islam pun tidak luput dari pengaruh buruk tersebut. Orang-orang Arab terpecah belah karena perselisihan dan persaingan di antara suku, mengalami kemunduran di berbagai aspek kehidupan. Di saat seperti inilah Muhammad bin Abdul Wahhab muncul untuk kemudian membersihkan anasir-anasir asing yang menyusup ke dalam kemurnian Islam.

Di masa pendidikannya, kedua orang guru Muhammad bin Abdul Wahhab, yakni ustadz Sulaiman Al-Kurdi dan Muhammat Hayat al-Sind telah melihat tanda-tanda kecerdasan Abdul Wahhab. Mereka menemukan tanda-tanda kemampuan ijtihad pada diri Abdul Wahhab. Tak lama kemudian, Abdul Wahhab melakukan perjalanan untuk beberapa tahun ; empat tahun di Basrah, lima tahun di Baghdad, setahun di Kurdistan, dua tahun di Hamdan, dan empat tahun di Ishafan, tempat ia mempelajari filsafat, tasawuf, dan ishrakiya. Sekembalinya ke daerah asalnya, ia menghabiskan waktu setahun untuk merenung, dan baru setelah itu ia mengajukan pokok-pokok pikirannya seperti termaktub dalam kitab al-Tauhid kepada masyarakat. Pada awalnya, idenya tidak begitu mendapat tanggapan bahkan banyak mendapatkan tantangan, kebanyakan dari saudaranya sendiri, termasuk kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain. Pemikirannya malah mendapatkan sambutan di luar daerah kelahirannya, yaitu di Dariya. Akhirnya beliau bersama keluarganya meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke Dariya. Kepala suku Dariya pada saat itu, Muhammad bin Saud malah menerima pemikiran-pemikiran beliau dan melakukan propaganda untuknya.

Selanjutnya, Muhammad bin Abdul Wahhab berkerjasama secara sistematis dan saling menguntungkan dengan keluarga Saud. Dalam waktu setahun sesampainya di Dariya, Abdul Wahhab memperoleh pengikut hampir seluruh penduduk di kota. Di kota tersebut pula, beliau membangun masjid sederhana dengan lantai batu kerikil tanpa alas. Sudah diketahui umum, masjid-masjid Wahhabi dibangun secara sangat sederhana tanpa hiasan apapun. Mereka juga menghancurkan batu-batu nisan dan kuburan, bahkan juga di Jannatul Baqi, untuk menjaga jangan sampai menjadi benda pujaan orang-orang sesat atau orang-orang Islam yang bebal. Selanjutnya, pengikut Abdul Wahhab makin lama makin bertambah. Sementara itu, keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupanya terlibat dalam peperangan dengan kepala-kepala suku lainnya selama 28 tahun, secara perlahan namun pasti memasuki masa kejayaannya. Di tahun 1765 Ibnu Saud meninggal dunia dan digantikan oleh Abdul Aziz yang tetap mempertahankan Abdul Wahhab sebagai pembimbing spiritualnya.

Seiring dengan perjalanan waktu, gerakan kaum Muwahhidun (Wahabi) ini segera menyebar ke dunia Islam lainnya dan mendapatkan banyak pengikut. Keluarga Ibnu Saud, sebagai pendukung dan unsur utama garakan ini segera menaklukkan hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Gerakan Wahabi ini akhirnya menjadi mazhab fikih resmi keluarga Saudi yang berkuasa, dan juga dianut oleh para murid Syekh Muhammad Abduh di Mesir. Muhammad Abdul Wahhab pun akhirnya dikenal sebagai seorang pemikir dan pembaru di dunia Islam. Gerakannya telah menggetarkan dan bergema di seluruh dunia, dan merupakan sarana yang sangat besar dalam mempersatukan Arabia yang penuh persaingan ke bawah kekuasaan keluarga Saudi.

Inti ajaran Abdul Wahhab didasarkan atas ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah dan mazhab Hambali. Prinsip-prinsip dasar ajaran tersebut adalah : (1) Ketuhanan Yang Esa dan mutlak (karena itu penganutnya menyebut dirinya dengan nama al-Muwahhidun). (2) Kembali pada ajaran Islam yang sejati, seperti termaktub dalam Al-Qur`an dan Hadits. (3) Tidak dapat dipisahkan kepercayaan dari tindakan, seperti sholat dan beramal. (4) Percaya bahwa Al-Qur`an itu bukan ciptaan manusia. (5) Kepercayaan yang nyata terhadap Al-Qur`an dan Hadits. (6) Percaya akan takdir. (7) Mengutuk segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar (8) Mendirikan Negara Islam berdasarkan hukum Islam secara eksklusif.

Tujuan utama ajaran Abdul Wahhab adalah memurnikan tauhid umat yang sudah tercemar. Untuk itu, beliau sangat serius dalam memberantas bid’ah, khurafat dan takhyul yang berkembang di tengah-tengah umat. Beliau menentang pemujaan terhadap orang-orang suci, mengunjungi tempat-tempat keramat untuk mencari berkah. Beliau menganggap bahwa segala objek pemujaan, kecuali terhadap Allah SWT, adalah palsu. Menurut beliau, mencari bantuan dari siapa saja, kecuali dari Allah SWT, ialah syirk.

Gerakan al-Muwahhidun (Wahhabi) ini menjadi ancaman bagi kekuasaan Inggris di daerah perbatasan dan Punjab sampai 1871. Ketika itu pemerintah Inggris bersekongkol untuk mengeluarkan ‘fatwa’ guna memfitnah kaum Wahhabi sebagai orang-orang kafir.

Syekh Muhammad Abdul Wahhab, pemikir dan pembaru, pejuang tauhid yang memurnikan ajaran Islam ini wafat di tahun 1787 Masehi dan dimakamkan di Dariya. Sepeninggal beliau, ajarannya diteruskan oleh murid-muridnya, dan misi pemurnian ajaran Islam terus bergema hingga saat ini.

Kenapa Orang Lamongan Asli Jarang Makan Lele?

Kali ini saya akan membahas asal-muasal kenapa sebagian orang Lamongan Asli jarang makan ikan lele. Ini adalah kisah yang saya ketahui menurut cerita yang dituturkan dari mulut ke mulut dari sesepuh desa dan orang tua. Seperti kita ketahui bahwa pada lambang kota lamongan terdiri dari: ikan lele dan ikan bandeng mengapit keris pusaka, dengan latar belakang gunung pegat, dan bintang bersinar diatasnya, serta di kiri kanan lambang ada padi dan kapas. Nah, ternyata dua unsur dari lambang kota Lamongan yaitu ikan lele dan keris sangat erat kaitannya. Kenapa? Begini kisahnya…

Legenda ini berlatar belakang pada saat penyebaran Islam di nusantara ketika para wali mulai aktif melakukan dakwahnya di tanah Jawa, jadi sekitar tahun 1400~1500-an. Ketika itu ada seorang Nyi Lurah meminjam piandel berupa keris kepada salah seorang Waliullah (Sunan) - kemungkinan Sunan Giri III - untuk mencegah ontran-ontran atau huru-hara, sekaligus untuk menjaga kewibawaannya di wilayahnya (sekitar wilayah Bojonegoro). Kanjeng Sunan pun memberikan keris yang dimilikinya kepada Nyi Lurah tersebut dengan beberapa syarat. Diantaranya adalah tidak boleh menggunakan keris tersebut untuk kekerasan (menumpahkan darah) dan harus segera dikembalikan kepada Sunan tersebut secara langsung setelah tujuh purnama (tujuh bulan).

Singkat cerita, akhirnya Nyi Lurah itu berhasil mewujudkan cita-cita dan harapannya itu. Hari berganti hari dan tujuh purnama telah lewat namun belum ada tanda-tanda Nyi Lurah untuk mengembalikan keris pusakanya. Hal inilah yang membuat Kanjeng Sunan menjadi gelisah. Khawatir terjadi penyalahgunaan pada pusakanya sang sunan pun mengutus salah seorang cantriknya (muridnya) untuk menemui Nyi Lurah, untuk mengingatkan perihal pusaka pinjamannya.

Cantrik tersebut akhirnya berangkat menuju rumah Nyi Lurah. Kebetulan Cantrik tersebut berasal dari wilayah pesisir utara, di bagian barat Gresik (yang sekarang dikenal sebagai Lamongan), sehingga dia tidak merasa kesulitan (hafal) daerah Nyi Lurah tersebut. Pada saat itu wilayah Lamongan masih terdiri dari hutan yang lebat yang mengapit kiri kanan jalan kecil yang menghubungkan Bojonegoro dan Surabaya. Justru wilayah pesisir Lamongan (sekarang dikenal sebagai Paciran) yang sudah berkembang, dengan banyak dimukimi orang serta mempunyai jalanan luas yang menghubungkan kadipaten Tuban dan Gresik. Jalan tersebut sekarang sudah bagus, dan lebih dikenal sebagai sebutan jalan Daendels, salah satu bagian jalan yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan.

Nyi Lurah pun menyambut baik kedatangan utusan Kanjeng Sunan tersebut. Namun Nyi Lurah tidak mau memberikan keris pusaka kepada cantrik tersebut karena telah berjanji pada Sunan bahwa dia sendiri yang akan menyerahkan kepada kanjeng Sunan. Padahal cantrik tersebut juga ’merasa’ ditugasi untuk mengambil keris pusaka tersebut. Setelah bersitegang, akhirnya cantrik tersebut mengalah dan akhirnya menunggu janji Nyi Lurah tersebut. Namun cantrik tersebut tidak pulang dan memilih memantau niat Nyi Lurah selama tujuh hari. Dia curiga kalau Nyi Lurah memiliki niat yang buruk dengan tidak mau mengembalikan keris pusaka tersebut.

Setelah ditunggu tujuh hari dan tak ada tanda-tanda niat untuk mengembalikan akhirnya cantrik tersebut beraksi. Khawatir tidak bisa mengemban amanat dan dimarahi Kanjeng Sunan, cantrik tersebut merencanakan untuk mengambil keris pusaka itu diam-diam dari rumah Nyi Lurah. Pada malam harinya setelah dirasa keadaan sunyi dan sepi (entah karena Ajian Sirep Megananda atau apa, saya tidak ada referensi), cantrik tersebut memasuki rumah Nyi Lurah, dan langsung menuju kamar Nyi Lurah untuk mengambil keris. Namun aksi tersebut tidak sepenuhnya berlangsung mulus, setelah berhasil mengambil yang dicarinya ternyata pemilik rumah tersadar dan mengetahui pencuriannya.

Berhubung rumah Lurah yang disatroni maka seluruh warga desa beserta aparat desa berbondong-bondong mengejarnya. Kejar mengejar ini berlangsung sangat jauh hingga mencapai daerah Lamongan. Pada saat di perbatasan daerah Babat-Pucuk, sebenarnya sang pencuri yang tak lain adalah cantrik tersebut merasa terpojok, sebuah pohon asam besar menghalangi jalannya. Dan ketika anak tombak dilemparkan kedadanya ternyata seekor kijang (rusa) lewat menyelamatkannya, hingga yang terkena tombak adalah kijang tersebut. Atas kejadian tersebut cantrik tersebut bersyukur pada Allah dan berujar bahwa anak cucuku dan keturunanku kelak di kemudian hari, janganlah memakan daging kijang karena binatang ini telah menyelamatkanku.

Cantrik itu pun melanjutkan perjalannya ke arah Giri Kedaton, sementara penduduk yang loyal pada Nyi Lurah tetap mengejarnya. Hingga dia terjebak pada sebuah jublangan (kolam atau bahasa kerennya billabong) yang ternyata penuh ikan lele. Dimana lele itu mempunyai pathil (taring) untuk menyengat, sehingga bila berkecipuk di kolam akan terlihat jenis ikannya.

Suluh obor di kejauhan telah menuju ke arahnya, tak ada jalan lain selain menyeberangi kubangan kolam lele di depannya. Tapi itu sama saja bunuh diri, siapa yang mau terluka berdarah-darah menjadi serangan pathil lele. Namun dengan keyakinan hati dan memohon perlindungan pada Allah, penguasa alam cantrik sang pencuri keris pusaka itu menceburkan dirinya ke dalam kolam penuh ikan. Ajaib! Ternyata tak satupun ikan menyerangnya bahkan dengan tenang dia bisa menyelam dengan ikan-ikan lele berkerumun di atasnya. Karena melihat banyak ikan lele berenang di atas kolam maka musnahlah dugaaan kalo si pencuri tersebut bersembunyi di kolam tersebut. Warga desa yang mengejarnya itu pun akhirnya mengalihkan pencariannya di tempat lain. Setelah itu menyembullah si cantrik kepermukaan, dengan mengucap puji syukur kepada Allah sang catrik pun berujar bahwa anak, cucu dan keturunanku kelak, janganlah kalian makan ikan lele! Karena ikan ini telah menyelamatkan hidupku. Daerah tempat diucapkannya wasiat tersebut ada di sekitar daerah Glagah Lamongan. Akhirnya singkat cerita si cantrik berhasil menyerahkan kembali pusakanya pada Kanjeng Sunan.

Beberapa cerita mengatakan bahwa cantrik yang mencuri keris pusaka tersebut bernama Ronggohadi. Dia adalah orang yang kelak babat alas Lamongan dan menjadi bupati pertama Lamongan yang bergelar Bupati Surajaya.

Hingga sekarang, kebanyakan masyarakat Lamongan di daerah Glagah, tengah kota, atau pesisir, sangat jarang yang makan lele sebagai santapan lauk pauknya apalagi yang berdarah asli Lamongan (ayah dan ibu asli Lamongan). Mereka khawatir kalau masih ada darah keturunan si cantrik itu, dan takut melanggar sumpah. Ya.. walaupun pada umumnya orang sekitar Glagah, Deket dan sekitarnya, di era sekarang ini banyak yang beternak ikan lele namun jarang sekali mereka yang memakan daging ikan tersebut. Konon, jika ada anak keturunannya yang melanggar sumpah, maka pigmen di area tangan atau tubuhnya akan memudar sehingga warna kulitnya belang-belang hingga menyerupai tubuh ikan lele yang disayat. Wa'allahualam

Namun hal ini tidak berlaku bagi mereka yang mempunyai ayah dari luar Lamongan atau tinggal jauh di wilayah Lamongan bagian selatan dan barat.