Indonesia sedang terkena penyakit 'Demam Batu'! Dari orang yang nggak punya kerjaan, karyawan, PNS, hingga pengusaha, dan penguasa elit, semua ngomongin batu. Semua orang jadi geolog dadakan, tahu jenis batu akik, mulai dari bacan, kalimaya, safir, ruby, atau apalah namanya! Dengan senjata andalannya, senter ajaib. Yang katanya, untuk mengetahui jenis batu dan motif yang nampak, bagus atau tidak.
Yup.. batuan jenis batu mulia, batu akik, atau bahasa kerennya, 'Gemstone', memang macam-macam. Dan harganya pun macam-macam pula, mulai dari puluhan ribu, hingga ratusan jutah. Dan booming demam batu, tak ayal berpengaruh pada aktivitas para penggali batu akik dan sejenisnya. Mereka kini menggali lebih dalam, dan lebih banyak lingkungan yang digali, bahkan seolah tak peduli menyasar pada kawasan konservasi yang dilindungi.
Kecintaan seseorang pada batu akik di Indonesia ini berada pada tingkat kewaspadaan. Seolah-olah kita tenggelam pada zaman batu. Namun yang lebih perlu disikapi adalah perlu peran serta pemerintah, baik sebagai pengawas lingkungan, pengawas perdagangan batu tersebut, dan sebagai regulator fiskal. Artinya memberikan peluang Pemerintah untuk mendapatkan pemasukan yang lebih besar dari sektor pajak, tentunya harus disikapi dengan dampak 'AMDAL' yang ditimbulkan.
Sebenarnya, menyukai batu atau sesuatu itu sah-sah saja, mbok yo, ngono yo ngono, ... tapi ojo ngono!, arti secara harfiahnya, jangan terlalu!
Kalau bagi saya, walaupun semua orang di dunia memakai batu akik, dan tinggal saya seorang yang belum memakai batu akik, maka saya tetap tak akan mau pakai! Bukan perkara karena "stone is stone!", tapi lebih karena saya tidak tertarik pakai aksesories. Cukup handphone dan dompet saja, yang wajib menempel selain pakaian tentunya! Itupun barang dua tadi dipakai kalau mau jalan keluar saja, nggak perlu lainnya!
Bagi saya, kalau sampai ada cowok yang pakai cincin, kalung, gelang, atau aksesoris lainnya, serta kuku yang panjang, konotasinya langsung bermakna cowok yang malas melakukan sesuatu, dan kurang sigap. Nik boso jowone, iku ngono cirine wong lanang sing males tandhang gawe. Senengane macak, lan ndawakno kuku! Iku ngono lak yo podho karo wong wedok!
Well...Okay, kembali ke batu! Saya cuma heran saja, siapa sih pioneer yang membuat tren batu akik ini. Kalau semacam di forum itu, siapa sih yang melempar hot thread ini? Batu akik yang lumrahnya dulu, dipakai orang-orang tua, kini anak-anak muda tak kalah gila berburu akik. Bahkan saya yakin, koleksi Tessy pun pasti kalah, dibanding para pendatang baru itu!
Dan akhirnya penyelidikan saya berhasil. Setelah saya selidiki, rupanya inilah orang-orang yang menyebarkan kebiasaan memakai batu akik, batu mulia dan sejenisnya. Sehingga membuat orang-orang menjadi terinspirasi, agar memiliki kekuatan seperti sang idola. Lihatlah!
Ray Bramasakti
Dan... Reza Bramasakti
Sang BIMA X, SATRIA GARUDA & AZAZEL
...
Yup.. batuan jenis batu mulia, batu akik, atau bahasa kerennya, 'Gemstone', memang macam-macam. Dan harganya pun macam-macam pula, mulai dari puluhan ribu, hingga ratusan jutah. Dan booming demam batu, tak ayal berpengaruh pada aktivitas para penggali batu akik dan sejenisnya. Mereka kini menggali lebih dalam, dan lebih banyak lingkungan yang digali, bahkan seolah tak peduli menyasar pada kawasan konservasi yang dilindungi.
Kecintaan seseorang pada batu akik di Indonesia ini berada pada tingkat kewaspadaan. Seolah-olah kita tenggelam pada zaman batu. Namun yang lebih perlu disikapi adalah perlu peran serta pemerintah, baik sebagai pengawas lingkungan, pengawas perdagangan batu tersebut, dan sebagai regulator fiskal. Artinya memberikan peluang Pemerintah untuk mendapatkan pemasukan yang lebih besar dari sektor pajak, tentunya harus disikapi dengan dampak 'AMDAL' yang ditimbulkan.
Sebenarnya, menyukai batu atau sesuatu itu sah-sah saja, mbok yo, ngono yo ngono, ... tapi ojo ngono!, arti secara harfiahnya, jangan terlalu!
Kalau bagi saya, walaupun semua orang di dunia memakai batu akik, dan tinggal saya seorang yang belum memakai batu akik, maka saya tetap tak akan mau pakai! Bukan perkara karena "stone is stone!", tapi lebih karena saya tidak tertarik pakai aksesories. Cukup handphone dan dompet saja, yang wajib menempel selain pakaian tentunya! Itupun barang dua tadi dipakai kalau mau jalan keluar saja, nggak perlu lainnya!
Bagi saya, kalau sampai ada cowok yang pakai cincin, kalung, gelang, atau aksesoris lainnya, serta kuku yang panjang, konotasinya langsung bermakna cowok yang malas melakukan sesuatu, dan kurang sigap. Nik boso jowone, iku ngono cirine wong lanang sing males tandhang gawe. Senengane macak, lan ndawakno kuku! Iku ngono lak yo podho karo wong wedok!
Well...Okay, kembali ke batu! Saya cuma heran saja, siapa sih pioneer yang membuat tren batu akik ini. Kalau semacam di forum itu, siapa sih yang melempar hot thread ini? Batu akik yang lumrahnya dulu, dipakai orang-orang tua, kini anak-anak muda tak kalah gila berburu akik. Bahkan saya yakin, koleksi Tessy pun pasti kalah, dibanding para pendatang baru itu!
Dan akhirnya penyelidikan saya berhasil. Setelah saya selidiki, rupanya inilah orang-orang yang menyebarkan kebiasaan memakai batu akik, batu mulia dan sejenisnya. Sehingga membuat orang-orang menjadi terinspirasi, agar memiliki kekuatan seperti sang idola. Lihatlah!
Ray Bramasakti
Dan... Reza Bramasakti
Sang BIMA X, SATRIA GARUDA & AZAZEL
...
Wong edan sampeyan Cak
BalasHapus