Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

27 September 2009

Mau Balik Ke Batam Kok Bingung

Ini masalahnya, pulang dan balik kurang terencana dengan baik. Sebenarnya pulang ke Jawanya sudah terencana sih, tapi berhubung jadwal baliknya belum pasti alias kurang yakin dengan jadwal yang dibikin panitia ya... akhirnya baru hari ini beli tiket. Padahal kemarin Merpati sempat menyentuh 400 ribuan, ealah sekarang sudah gak ada.

Terpaksa cari tiket lagi dengan mengeluarkan uang ekstra untuk menginap dekat Bandara Soekarno Hatta. Karena aku akan menginap di hotel dekat Bandara lagi, setidaknya untuk semalam, sambil menunggu keberangkatan pesawat esok harinya menuju Batam dari Jakarta.

Bodohnya kenapa kok ya langsung lihat website Lion air padahal gue punya ID Garuda Indonesia gitu lho, nyesel deh terlanjur booking, ternyata harga Garuda lebih murah daripada lion dan lebih pagi lagi. Aduh...aduh bodoh kok gak ketulungan ini, maklum mungkin lagi panik karena gak dapat tiket.

Ya...sudahlah, meskipun gak dapat makan gak apa-pa yang penting aku berdoa kepada Allah semoga perjalananku ini selamat sampai tujuanku di Batam lagi, dan tepat waktu.

Andai memang keuntungan berpihak padaku, ya...kita pasti berjumpa lagi Garuda dan Merpati di bulan depan.

25 September 2009

Jangan Sampai Keseleo di Hari Lebaran

Inilah susahnya kalau tiba-tiba keseleo di momen Idul Fitri. Nggak tahu kenapa, tuh engkel mata kaki kiri kok tiba-tiba sakit pas bangun tidur. Namanya juga hari wajib kerja, sakit-sakit sedikit yo dipaksain berangkat.

Susahnya kalau kerja di bagian line production, sering jalan kesana kemari. Wah, siang harinya sudah terasa sakit tuh kaki. Apalagi pas selesai sholat Ashar, mana musholanya ada di lantai 2 lagi. Dan tap... tap... tap... , krek! aduh! Wah tak bisa dibiarkan, mesti cari obat gosok pereda nyeri otot ke klinik perusahaan.

Sialnya, di klinik gak ada apapun obat yang bisa meredakan nyeriku. Malah terkesan klinik itu hampir kosong melompong tanpa obat, klinik macam apa ini? Wah... apa mentang-mentang akhir bulan ini kerjasama antara provider medis dan perusahaanku hendak selesai (End of Contract), jadi mereka biarkan klinik melompong tanpa obat-obatan P3K.

Akhirnya ya... harus kutunggu bel jam 5 berbunyi, sudah nggak tahan nih, mesti cari dukun pijat nih. Bayanganku langsung ke dukun pijat andalanku, asal lereng gunung lawu, siapa lagi kalau bukan pakdhe Katijan. Aku sih sudah membuktikannya mak nyus, kala dia memijat engkel kaki kananku yang hampir sama kasus, sekitar beberapa tahun lalu.

Sayangnya, ketika menjelang Maghrib kutelpon untuk membuat janji. Ealah... lha kok katanya si pakdhe lagi pulang ke jawa, waduh katiwasan iki. Akhirnya dapat nomor pemijat lain, ealah lha kok gak ada yang ngangkat, piye iki?

Alternatif terakhir, telpon pemijat yang biasa mijatin istriku kalau lagi capek-capek, eh siapa tahu dia bisa pijat keseleo. Dan... ternyata dia gak mudik, ada di Batam, dan juga bisa pijat keseleo. Sayangnya, dia bisanya agak malam jam 10-an, ya jelas aku gak tega nyuruh mak wok datang malam-malam ke rumah. Ya sudahlah, besok pagi saja jam setengah tujuh pagi.

Biasanya aku tak sepanik ini, masalahnya hari Sabtu aku mesti terbang ke Jakarta lalu ke Bandung untuk mengadu nasib Ya... anggap saja ini salah satu tantangan tak terduga selain tes lainnya. Semoga Sabtu pagi aku bisa jalan lancar lagi, gak tertatih-tatih lagi.

24 September 2009

Nggak Bisa Mudik ke Lamongan

Akhirnya hari raya Idul Fitri tahun 1430 H atau di tahun 2009 ini, aku harus merayakannya di Batam lagi. Sama seperti tahun 2005, 2006, dan tahun 2007, cuma tahun 2008 saja aku merayakannya di kampung halamanku Lamongan. Walaupun faktanya aku selalu pulang ke Lamongan, paling tidak setahun dua kali. Namun balik ke Lamongan tepat pada momen hari raya hanya kulakukan sekali saja, itupun setelah mendapat ultimatum orang tuaku pada tahun 2007-nya karena aku gak bisa mudik pas lebaran. Ultimatumnya sih simple saja, tapi nylekit, "Kalau kamu masih menganggap punya orang tua, yo mbok hari raya itu pulang, ketemu sama dulur-dulur, bapak dan ibu, jangan sibuk cari uang terus!"

Waduh, padahal 'kan pada saat itu sudah pernah baru ketemuan 3 bulan sebelumnya, masak harus pulang lagi, begitu pikirku. Tapi ya... karepe wong tuwo, mungkin mereka kangen sama anaknya yang cakep dan mbeling ini, hehehe... mosok cilik digedhekne, eh wis gedhe lali sungkem karo wong tuwo (masak kecil lalu dibesarkan, eh...sudah besar kok lupa menghormati orang tuanya).

Tapi insya Allah hari raya Idul Fitri tahun 2009 ini, mungkin mereka maklum aku tidak mudik ke Lamongan. Bulan Juni lalu aku barusan pulang dari Lamongan, menyaksikan pernikahan adik kandungku. Hmm... Juni, Juli, Agustus, September,
sekitar 3 bulan lebih dikit baru ketemu keluarga. Apalagi kami sekeluarga di Batam ini juga masih bisa saling memandang, melihat, dan melepas kangen masing-masing dengan saling memandang lewat handphone, melalui fasilitas video call. Maturnuwun telkomsel, sudah ada 3G di Lamongan, jadinya komunikasi selalu terjalin tanpa halangan.

Dalam waktu dekat ini aku mau pergi ke Bandung untuk mengadu peruntungan, ya... sekalian pulang ke rumah mertua sih. Kalau ada waktu dan dapat tiket kereta api, ya tentunya aku sempatkan ke Lamongan. Hmm... tapi itu peluangnya kecil apalagi belum tentu aku dapat tiket balik ke Bandung lagi. Jadi kemungkinannya, ya aku mungkin tinggal di rumah mertua di Tasikmalaya untuk beberapa hari. Sekalian melihat-lihat kondisi rumah pasca gempa awal bulan ini.

Ya... tapi bagaimanapun saya sangat kecewa tak bisa pulang ke Lamongan, tepat di saat lebaran kali ini. Kenapa? Pasalnya tiap tahun keluarga besar kami selalu mengadakan reuni. Ya reuni keluarga besar, Bani... bani siapa ya lupa aku. (ntar tanya adik yang tadi ikut acaranya)

Reuni keluarga ini diambil dari garis keturunan dari buyut kami, dari pihak keluarga bapakku. Entah siapa koordinatornya, kok ya bisa-bisanya tiap tahun ngumpulin ratusan orang, dari kakek sampai cicit, yang sudah mengalami proses differensial parsial. Haha...

Ya.. pasalnya aku pernah benci sama teman satu kosku, ealah.. ternyata dia masih ada hubungan saudara denganku, padahal pikirku gak mungkin tih dia tinggal di Jember, tapi ternyata...dulur dhewe rek! Akhirnya ya nggak jadi musuhan lagi.

Kembali ke acara reuni keluarga, acara tahun ini dilakukan pagi kemarin, di daerah mbandung Lamongan, di rumahnya Mbah Asnan (Mbah Nan). Setelah tahun kemarin diadakan di Paciran, Lamongan di rumah mbak Lilik & Om Bambang. Acaranya sih tidakk melulu diadakan di Lamongan, tapi justru ditawarkan siapa yang mau jadi tuan rumah berikutnya, ya... siapa tahu punya hajat tertentu kan lumayan bisa bareng-bareng didoakan oleh keluarga.

Ya... semoga tahun depan masih diberi umur panjang untuk turut serta bersama-sama mereka, bereuni keluarga lagi.

22 September 2009

Tradisi Hari Raya Ketupat di Lamongan

Ketupat dan opor ayam selalu tak bisa dipisahkan dari hari raya Idul Fitri. Biasanya suguhan itu selalu tersaji di rumah-rumah dan menjadi menu wajib di hari lebaran. Tapi kota dan masyarakat Lamongan mempunyai cerita lain tentang menu istimewa lebaran itu.

Masyarakat Lamongan memiliki tradisi kupatan (hari raya ketupat) selain hari raya idul fitri. Menjelang 1 Syawal, di saat lebaran pertama masyarakat Lamongan biasanya tidak membuat ketupat dan opor untuk disuguhkan di hari lebaran itu. Biasanya hari pertama itu justru lebih banyak dihabiskan untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan sanak saudara. Terutama dengan keluarga dan handai tolan yang lama tak bersua. Inilah yang membuat jalinan keluarga tetap terjalin utuh. Lalu apa menu makanan selain suguhan jajanan kecilnya?

Biasanya adalah makanan khas Lamongan, seperti sego boranan, tahu campur, dan nasi kuning. Atau malah terkesan ala kadarnya saja. Lho kok gitu saja? Pada kemana ketupat dan opor ayamnya?

Kehidupan masyarakat Lamongan terkenal sangat agamis. Jadi biasanya hari raya Idul Fitri itu bukanlah waktu yang tepat untuk langsung menuangkann kegembiraan dan merayakannya. Melainkan ada waktu yang lebih tepat untuk merayakannya, kapan itu?

Tanggal 1 Syawal memang adalah hari yang diharamkan untuk berpuasa. Namun sunnah Rosulullah Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri, beliau meneruskan berpuasa sehari sesudahnya hingga selama seminggu. Nah.. pada seminggu setelah lebaran, barulah kita rasakan makna Idul Fitri yang sesungguhnya. Itulah saat dimana segala kegembiraan, keceriaan, dan perayaan kemenangan berlangsung. Tradisi tersebut dibarengi dengan ramai-ramainya orang Lamongan sibuk membuat ketupat untuk dihantarkan ke sanak saudara dan tetangga, serta untuk dimakan bersama keluarganya.

Di Tanjung Kodok (sekarang bernama Wisata Bahari Lamongan)yang berlokasi di Kecamatan Paciran-Lamongan, hampir tiap tahun selalu diadakan pesta menyambut Tradisi Kupatan ini. Dan acara ini lebih meriah dibanding tanggal 1 Syawalnya, ini dikarenakan mungkin sudah tidak ada yang ngganjel lagi. Lain cerita kalau mereka merayakannya di 1 Syawal padahal seminggu sesudahnya masih di sunnahkan untuk puasa. Eman-eman kan kalau masak banyak tak ada yang menghabiskan.

Menurut hikayat, tradisi seperti ini sudah berlangsung turun-temurun mengikuti ajaran dari Kanjeng Sunan Drajad. Beliau adalah Walisanga yang bermukim di daerah Paciran, Lamongan.

Memang kalau orang luar daerah yang tidak mengerti tradisi seperti ini, mungkin akan bertanya-tanya, kenapa kok masyarakat Lamongan tidak membuat ketupat pada hari raya Idul Fitri. Padahal masyarakat Lamongan juga membuat ketupat, sama seperti daerah lainnya, bedanya mereka membuatnya pada hari ketujuh setelah lebaran. Masyarakat Lamongan memang unik, hmm... jadi lebaran dua kali dong!

Fenomena Mudik Berlebaran di Kampung Halaman

Setelah Romadhon berakhir dan berganti dengan bulan Syawal, saat itulah umat Islam sedunia memperingati Idul Fitri. Pada momen hari raya inilah, biasanya silaturahmi kembali terjalin. Sanak saudara dan keluarga yang hidup jauh di perantauan, berduyun-duyun pulang kembali ke tanah kelahirannya atau kampung halamannya. Hal atau fenomena seperti ini, sekarang lebih populer dengan nama “mudik”.

Entah siapa yang mulai menamai pulang ke kampung halaman itu dengan sebutan mudik. Tapi penyebutan istilah ini mungkin lebih dikarenakan dari asal katanya. Yaitu kata “udik”, yang artinya kampung/desa ditambah dengan imbuhan “me”, yang artinya melakukan kegiatan. Kemudian terjadi ‘penyengauan’ menjadi kata “mudik”. Sehingga mempunyai arti: mengadakan kegiatan pulang ke desa/kampung.

Fenomena mudik itu sendiri karena kerinduan untuk kembali ke desa/kampung halamannya. Hal ini dipengaruhi dikarenakan meratanya arus penyebaran penduduk (migrasi) di seluruh Indonesia. Terutama karena transmigasi dan dipicunya pertumbuhan kota yang tidak merata. Dimana memunculkan pusat-pusat kota atau daerah-daerah industri seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan kota-kota besar lainnya. Sehingga memunculkan arus urbanisasi menuju pusat-pusat kota ini dan harus meninggalkan daerah asal kampung halaman. Jadi ketika di kampung halaman susah mendapatkan kerja/penghasilan maka tak ada pilihan lain kecuali keluar daerah menuju tempat yang lebih menjanjikan ‘kehidupan’.

Waktu berlalu, hingga tak terasa akhirnya sudah beranak pinak di tempat barunya. Berhari-hari meninggalkan orang tua, saudara dan keluarga, lingkungan asal, dan teman-teman kecil, seolah selalu membuat muncul rasa kangen untuk berjumpa mereka lagi. Namun di era modern ini sangatlah sulit untuk pulang kampung setiap saat, dimana waktu selalu dibandingkan dengan uang, seolah menjadikan kita lupa untuk menyisihkannya dengan bersilaturahmi ke keluarga. Dan momen yang paling tepat untuk pulang dan berkumpul dengan keluarga adalah saat lebaran tiba. Momen Lebaran adalah momen paling pas karena disaat itulah semua keluarga, sanak saudara, sahabat juga pulang dan berkumpul dengan keluarganya masing-masing. Jadi nuansa untuk reuni keluarga, reuni sekolah, atau nostalgia dengan teman-teman muncul kembali.

Kapan lagi Keluarga Besar berkumpul dan saling mengenal? Kadangkala teman akrab atau musuh kita di perantauan, ternyata tanpa kita sadari masih ada hubungan darah dengan kita. Hmm..saya sendiri pernah mengalaminya, saat keluarga besar dari garis keturunan Ayahnya Buyut kami berkumpul. Ternyata teman satu kosku yang paling kubenci itu, ealah… lha kok masih bolo dhewe, masih termasuk saudara!

Namun kegiatan mudik itu selain memakan biaya yang mahal ternyata juga meminta banyak darah dan nyawa. Dari kabar berita di media, sudah ratusan orang yang telah meninggal di jalan, baik itu karena kecelakaan lalu lintas ataupun kelelahan. Hal itu kok mengingatkanku pada fenomena kembalinya ikan salmon ke sungai setelah sehari-harinya hidup di lautan. Untuk menempuh perjalanan itu, terkadang banyak nyawa yang tercabut, baik itu oleh manusia, beruang, ataupun kepiting, dan pemangsa lainnya.

Ya… walaupun dengan segala resikonya, kebanyakan orang-orang memilih mudik daripada berlebaran di tempatnya sekarang. Kenapa coba? Toh sehari-hari biasa sudah tidak pulang kampung, masak lebaran juga tidak pulang! Kebangetan dong! Kayak Bang Toyib saja yang sudah tiga kali lebaran tak pulang-pulang.

19 September 2009

Mohon Maaf Lahir & Batin

Selamat Merayakan Idul Fitri 1430 H. Mohon maaf lahir dan batin, Semoga Allah Swt Senantiasa mencurahkan rahmat, barakah dan maghfirah-Nya kepada kita sekalian, amien...

Dengan berlalunya Romadhon semoga tak membuat amalan ibadah kita seperti, sholat jama'ah, zakat, tadarus Al Qur'an ikut berlalu pula. Sesungguhnya ada dan tiada Romadhon, amalan ibadah kita sehari-hari selayaknya seperti di bulan Romadhon.

Es Siwalan

Selain legen atau tuak, ada jenis minuman lain yang sangat khas di daerah pantura Lamongan. Khas karena kebanyakan hanya bisa didapatkan di sekitar pantura. Di Jawa Timur, minuman khas ini jamak di jumpai di daerah Tuban, Gresik, dan tentu saja Lamongan. Orang sering menyebutnya es siwalan atau es ental. Karena memang bahan dasarnya berasal dari buah ental / siwalan.

Siwalan/ental masih satu famili dengan pohon palm, atau sejenis kelapa-kelapaan. Buahnya relatif lebih kecil dibanding kelapa. Bila sudah menua (matang) warna kulit luarnya berwarna coklat gelap kemerahan. Untuk mendapatkan ental/siwalan anda perlu membuang kulit luar, hingga tinggal menyisihkan kulit dalamnya yang tipis. Bentuk buah ental/siwalan lebih mirip nata de coco dengan tekstur kenyal nan lembut.

Es siwalan ini sendiri disajikan/terdiri dari buah siwalan yang diiris dadu kecil-kecil, kemudian diberi santan, gula aren (gula merah) secukupnya, dan terakhir diberi es batu.

Hmm... nikmat dan segar, rasanya mirip kolang kaling atau nata de coco. Sayangnya di Lamongan es ental ini hanya terdapat di daerah Paciran atau Brondong (pesisir utara lamongan). Segelas es ini mungkin bisa menawarkan dahaga anda setelah puas berkeliling Wisata Bahari Lamongan atau Gua Maharani

Noordin M Top, Selamat Jalan Wahai Mujahid…

Noordin M Top tewas dalam penggrebekan yang dilakukan aparat densus dan kepolisian di desa Mojosongo, Jebres, Solo, Kamis, 17 September 2009. Sebagian besar orang mengutuk dan bergembira dengan tewasnya Noordin. Sedikit yang simpati dan haru dengan kepergiannya. Jikalau pilihan Noordin M Top dalam berjihad memerangi musuh-musuh Islam, utamanya Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya benar, maka betapa beruntungnya dia. Karena dia akan dianggap sebagai mujahid dan mati sebagai syuhada. Insya Allah!

Jihad Hukum Islam Yang Abadi
Banyak orang beranggapan jika seorang pemimpin jihad atau seorang mujahid syahid, maka jihad akan berhenti dan berarti perjuangan mereka mengalami kekalahan. Padahal dalam pandangan Islam, jika seorang mujahid syahid, maka itu adalah sebuah ‘kemenangan’ dan sebuah kemuliaan bagi ummat Islam.

Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah (9) : 111)

Dalam sejarah panjang Islam, telah berlalu para mujahidin menuju syahid, hingga wafatnya Nabi Muhammad SAW, dan hal tersebut merupakan sunatullah (hukum alam dan ketetapan Allah SWT) yang harus terjadi dan dialami oleh kaum Muslimin dalam memperjuangkan agama mereka. Sejak syahidnya para pahlawan perang Badar, Uhud, Khandaq, hingga syahidnya para mujahid di abad modern, seperti Syekh Abdullah Azzam, Syekh Ahmad Yassin, Rantisi, Khattab, Samil Bashayev, Mullah Dadullah, Syekh Yusuf Al Uyairi, Syekh Abu Mus’ab Az Zarqawi, Syekh Mukhlas, Imam Samudra, Amrozi, dan kini Noordin M Top.

Kematian seorang mujahid di tangan musuhnya bisa saja dianggap sebagai sebuah kesuksesan besar, terutama bagi musuh-musuh Islam, yakni Amerika dan sekutu-sekutunya. Tapi bagi mujahid, kematian mulia tersebut atau syahid adalah kemuliaan yang selama ini mereka selalu mencarinya. Karena dalam kamus mereka hanya ada dua kebaikan dan berusaha mendapatkan salah satu darinya, yakni Hidup Mulia atau Mati Syahid.

Syekh Usamah bin Ladin dalam video The Caravan of Syuhada mengatakan:

“Penutup para nabi dan rasul, Muhammad SAW., mengharapkan kedudukan ini. Perhatikan dan renungkan kedudukan seperti apakah yang diharapkan oleh sebaik-baiknya manusia ini. Beliau berharap menjadi seorang syahid. “Demi jiwa Muhammad yang ada ditangan-Nya. Sungguh aku berharap bisa berperang lalu aku terbunuh, kemudian (hidup lagi) untuk berperang lalu aku terbunuh, kemudian (hidup lagi) untuk berperang lalu aku terbunuh.” (Al Hadits)

Hidup yang lama dan panjang ini diringkas oleh Nabi SAW dengan petunjuk Allah SWT., dalam sabda Beliau di atas. Beliau sangat menginginkan kedudukan ini. Orang yang bahagia adalah orang yang telah dipilih oleh Allah SWT sebagai seorang syahid.

“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran (3) : 168-171)

Wallahu’alam bis Showab! (M.Fachry/arrahmah.com)

17 September 2009

Siapakah (Apakah) Wahhabi ?

Copas dari: www.almuhajirun.net

Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR, mantan Ketua Umum PKS menyatakan : "Saya dan PKS bukan Wahabi". Peryataan ini disampaiikan usai melantik anggota MPR Pengganti Antar Waktu (PAW) di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (29/4/2009). Dia melanjutkan, Sangatlah tidak logis jika dirinya dicap sebagai antek Wahabi. "Saya pendiri partai politik dan mantan ketum partai. Dari situ saja isu itu fitnah yang mengada-ada," sambungnya. Gerakan Wahabi adalah gerakan yang berkembang di Timur Tengah. Gerakan ini salah satu ciri khasnya adalah membid'ah kan dan mengharamkan partai politik. Begitu pemberitaan di DetikPemilu, Rabu, 29/4/09. Benarkah Wahhabi seperti itu ? Mengapa Hidayat Nur Wahid dan PKS ketakutan dianggap sebagai Wahabbi ? Siapa (Apa) sebenarnya Wahhabi ?

Muhammad Bin Abdul Wahhab dilahirkan di Nejed, tahun 1703 Masehi. Abdul Wahab tergolong Banu Siman, dari Tamim. Pendidikannya dimulai di Madinah yakni berguru pada ustadz Sulaiman al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pendiri kelompok Wahabi yang mazhab fikihnya dijadikan mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia, hingga saat ini. Dia dan pengikutnya lebih senang menamakan kelompoknya dengan al-Muwahhidun (pendukung tauhid). Namun orang-orang Eropa dan lawan-lawan politiknya menisbatkan nama ‘Wahabi’ untuk menjuluki beliau dan gerakan yang dipimpinnya.

Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal di dunia Islam berkat perjuangannya memurnikan ajaran Islam melalui pemurnian tauhid. Masalah tauhid, yang merupakan pondasi agama Islam mendapat perhatian yang begitu besar oleh Muhammad Abdul Wahhab. Perjuangan tauhid beliau terkristalisasi dalam ungkapan la ilaha illa Allah. Menurut beliau, aqidah atau tauhid umat telah dicemari oleh berbagai hal seperti takhayul, bid’ah dan khurafat yang bisa menjatuhkan pelakunya kepada syirik. Aktivitas-aktivitas seperti mengunjungi para wali, mempersembahkan hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka, mengusap-usap kuburan tersebut dan memohon keberkahan kepada kuburan tersebut. Seakan-akan Allah SWT sama dengan penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka, dan orang-orang dekat-Nya. Bahkan manusia telah melakukan syirik apabila mereka percaya bahwa pohon kurma, pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci makam dapat diambil berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh keuntungan.

Pencemaran terhadap ajaran Islam yang murni bermula di masa pemerintahan Islam Abbasiah di Baghdad. Kemajuan ilmu pengetahuan di zaman ini telah menyeret kaum muslimin untuk ikut pula memasyarakatkan ajaran filsafat yunani dan romawi. Selain itu, pengaruh mistik platonik dari budaya Rusia ikut menimbulkan pengaruh negatif pada ajaran Islam. Puncaknya adalah berbagai macam kebatilan dan takhyul yang dipraktekkan kaum Hindu mulai diikuti orang-orang Islam. Wilayah Arab, sebagai tempat kelahiran Islam pun tidak luput dari pengaruh buruk tersebut. Orang-orang Arab terpecah belah karena perselisihan dan persaingan di antara suku, mengalami kemunduran di berbagai aspek kehidupan. Di saat seperti inilah Muhammad bin Abdul Wahhab muncul untuk kemudian membersihkan anasir-anasir asing yang menyusup ke dalam kemurnian Islam.

Di masa pendidikannya, kedua orang guru Muhammad bin Abdul Wahhab, yakni ustadz Sulaiman Al-Kurdi dan Muhammat Hayat al-Sind telah melihat tanda-tanda kecerdasan Abdul Wahhab. Mereka menemukan tanda-tanda kemampuan ijtihad pada diri Abdul Wahhab. Tak lama kemudian, Abdul Wahhab melakukan perjalanan untuk beberapa tahun ; empat tahun di Basrah, lima tahun di Baghdad, setahun di Kurdistan, dua tahun di Hamdan, dan empat tahun di Ishafan, tempat ia mempelajari filsafat, tasawuf, dan ishrakiya. Sekembalinya ke daerah asalnya, ia menghabiskan waktu setahun untuk merenung, dan baru setelah itu ia mengajukan pokok-pokok pikirannya seperti termaktub dalam kitab al-Tauhid kepada masyarakat. Pada awalnya, idenya tidak begitu mendapat tanggapan bahkan banyak mendapatkan tantangan, kebanyakan dari saudaranya sendiri, termasuk kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain. Pemikirannya malah mendapatkan sambutan di luar daerah kelahirannya, yaitu di Dariya. Akhirnya beliau bersama keluarganya meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke Dariya. Kepala suku Dariya pada saat itu, Muhammad bin Saud malah menerima pemikiran-pemikiran beliau dan melakukan propaganda untuknya.

Selanjutnya, Muhammad bin Abdul Wahhab berkerjasama secara sistematis dan saling menguntungkan dengan keluarga Saud. Dalam waktu setahun sesampainya di Dariya, Abdul Wahhab memperoleh pengikut hampir seluruh penduduk di kota. Di kota tersebut pula, beliau membangun masjid sederhana dengan lantai batu kerikil tanpa alas. Sudah diketahui umum, masjid-masjid Wahhabi dibangun secara sangat sederhana tanpa hiasan apapun. Mereka juga menghancurkan batu-batu nisan dan kuburan, bahkan juga di Jannatul Baqi, untuk menjaga jangan sampai menjadi benda pujaan orang-orang sesat atau orang-orang Islam yang bebal. Selanjutnya, pengikut Abdul Wahhab makin lama makin bertambah. Sementara itu, keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupanya terlibat dalam peperangan dengan kepala-kepala suku lainnya selama 28 tahun, secara perlahan namun pasti memasuki masa kejayaannya. Di tahun 1765 Ibnu Saud meninggal dunia dan digantikan oleh Abdul Aziz yang tetap mempertahankan Abdul Wahhab sebagai pembimbing spiritualnya.

Seiring dengan perjalanan waktu, gerakan kaum Muwahhidun (Wahabi) ini segera menyebar ke dunia Islam lainnya dan mendapatkan banyak pengikut. Keluarga Ibnu Saud, sebagai pendukung dan unsur utama garakan ini segera menaklukkan hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Gerakan Wahabi ini akhirnya menjadi mazhab fikih resmi keluarga Saudi yang berkuasa, dan juga dianut oleh para murid Syekh Muhammad Abduh di Mesir. Muhammad Abdul Wahhab pun akhirnya dikenal sebagai seorang pemikir dan pembaru di dunia Islam. Gerakannya telah menggetarkan dan bergema di seluruh dunia, dan merupakan sarana yang sangat besar dalam mempersatukan Arabia yang penuh persaingan ke bawah kekuasaan keluarga Saudi.

Inti ajaran Abdul Wahhab didasarkan atas ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah dan mazhab Hambali. Prinsip-prinsip dasar ajaran tersebut adalah : (1) Ketuhanan Yang Esa dan mutlak (karena itu penganutnya menyebut dirinya dengan nama al-Muwahhidun). (2) Kembali pada ajaran Islam yang sejati, seperti termaktub dalam Al-Qur`an dan Hadits. (3) Tidak dapat dipisahkan kepercayaan dari tindakan, seperti sholat dan beramal. (4) Percaya bahwa Al-Qur`an itu bukan ciptaan manusia. (5) Kepercayaan yang nyata terhadap Al-Qur`an dan Hadits. (6) Percaya akan takdir. (7) Mengutuk segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar (8) Mendirikan Negara Islam berdasarkan hukum Islam secara eksklusif.

Tujuan utama ajaran Abdul Wahhab adalah memurnikan tauhid umat yang sudah tercemar. Untuk itu, beliau sangat serius dalam memberantas bid’ah, khurafat dan takhyul yang berkembang di tengah-tengah umat. Beliau menentang pemujaan terhadap orang-orang suci, mengunjungi tempat-tempat keramat untuk mencari berkah. Beliau menganggap bahwa segala objek pemujaan, kecuali terhadap Allah SWT, adalah palsu. Menurut beliau, mencari bantuan dari siapa saja, kecuali dari Allah SWT, ialah syirk.

Gerakan al-Muwahhidun (Wahhabi) ini menjadi ancaman bagi kekuasaan Inggris di daerah perbatasan dan Punjab sampai 1871. Ketika itu pemerintah Inggris bersekongkol untuk mengeluarkan ‘fatwa’ guna memfitnah kaum Wahhabi sebagai orang-orang kafir.

Syekh Muhammad Abdul Wahhab, pemikir dan pembaru, pejuang tauhid yang memurnikan ajaran Islam ini wafat di tahun 1787 Masehi dan dimakamkan di Dariya. Sepeninggal beliau, ajarannya diteruskan oleh murid-muridnya, dan misi pemurnian ajaran Islam terus bergema hingga saat ini.

Kenapa Orang Lamongan Asli Jarang Makan Lele?

Kali ini saya akan membahas asal-muasal kenapa sebagian orang Lamongan Asli jarang makan ikan lele. Ini adalah kisah yang saya ketahui menurut cerita yang dituturkan dari mulut ke mulut dari sesepuh desa dan orang tua. Seperti kita ketahui bahwa pada lambang kota lamongan terdiri dari: ikan lele dan ikan bandeng mengapit keris pusaka, dengan latar belakang gunung pegat, dan bintang bersinar diatasnya, serta di kiri kanan lambang ada padi dan kapas. Nah, ternyata dua unsur dari lambang kota Lamongan yaitu ikan lele dan keris sangat erat kaitannya. Kenapa? Begini kisahnya…

Legenda ini berlatar belakang pada saat penyebaran Islam di nusantara ketika para wali mulai aktif melakukan dakwahnya di tanah Jawa, jadi sekitar tahun 1400~1500-an. Ketika itu ada seorang Nyi Lurah meminjam piandel berupa keris kepada salah seorang Waliullah (Sunan) - kemungkinan Sunan Giri III - untuk mencegah ontran-ontran atau huru-hara, sekaligus untuk menjaga kewibawaannya di wilayahnya (sekitar wilayah Bojonegoro). Kanjeng Sunan pun memberikan keris yang dimilikinya kepada Nyi Lurah tersebut dengan beberapa syarat. Diantaranya adalah tidak boleh menggunakan keris tersebut untuk kekerasan (menumpahkan darah) dan harus segera dikembalikan kepada Sunan tersebut secara langsung setelah tujuh purnama (tujuh bulan).

Singkat cerita, akhirnya Nyi Lurah itu berhasil mewujudkan cita-cita dan harapannya itu. Hari berganti hari dan tujuh purnama telah lewat namun belum ada tanda-tanda Nyi Lurah untuk mengembalikan keris pusakanya. Hal inilah yang membuat Kanjeng Sunan menjadi gelisah. Khawatir terjadi penyalahgunaan pada pusakanya sang sunan pun mengutus salah seorang cantriknya (muridnya) untuk menemui Nyi Lurah, untuk mengingatkan perihal pusaka pinjamannya.

Cantrik tersebut akhirnya berangkat menuju rumah Nyi Lurah. Kebetulan Cantrik tersebut berasal dari wilayah pesisir utara, di bagian barat Gresik (yang sekarang dikenal sebagai Lamongan), sehingga dia tidak merasa kesulitan (hafal) daerah Nyi Lurah tersebut. Pada saat itu wilayah Lamongan masih terdiri dari hutan yang lebat yang mengapit kiri kanan jalan kecil yang menghubungkan Bojonegoro dan Surabaya. Justru wilayah pesisir Lamongan (sekarang dikenal sebagai Paciran) yang sudah berkembang, dengan banyak dimukimi orang serta mempunyai jalanan luas yang menghubungkan kadipaten Tuban dan Gresik. Jalan tersebut sekarang sudah bagus, dan lebih dikenal sebagai sebutan jalan Daendels, salah satu bagian jalan yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan.

Nyi Lurah pun menyambut baik kedatangan utusan Kanjeng Sunan tersebut. Namun Nyi Lurah tidak mau memberikan keris pusaka kepada cantrik tersebut karena telah berjanji pada Sunan bahwa dia sendiri yang akan menyerahkan kepada kanjeng Sunan. Padahal cantrik tersebut juga ’merasa’ ditugasi untuk mengambil keris pusaka tersebut. Setelah bersitegang, akhirnya cantrik tersebut mengalah dan akhirnya menunggu janji Nyi Lurah tersebut. Namun cantrik tersebut tidak pulang dan memilih memantau niat Nyi Lurah selama tujuh hari. Dia curiga kalau Nyi Lurah memiliki niat yang buruk dengan tidak mau mengembalikan keris pusaka tersebut.

Setelah ditunggu tujuh hari dan tak ada tanda-tanda niat untuk mengembalikan akhirnya cantrik tersebut beraksi. Khawatir tidak bisa mengemban amanat dan dimarahi Kanjeng Sunan, cantrik tersebut merencanakan untuk mengambil keris pusaka itu diam-diam dari rumah Nyi Lurah. Pada malam harinya setelah dirasa keadaan sunyi dan sepi (entah karena Ajian Sirep Megananda atau apa, saya tidak ada referensi), cantrik tersebut memasuki rumah Nyi Lurah, dan langsung menuju kamar Nyi Lurah untuk mengambil keris. Namun aksi tersebut tidak sepenuhnya berlangsung mulus, setelah berhasil mengambil yang dicarinya ternyata pemilik rumah tersadar dan mengetahui pencuriannya.

Berhubung rumah Lurah yang disatroni maka seluruh warga desa beserta aparat desa berbondong-bondong mengejarnya. Kejar mengejar ini berlangsung sangat jauh hingga mencapai daerah Lamongan. Pada saat di perbatasan daerah Babat-Pucuk, sebenarnya sang pencuri yang tak lain adalah cantrik tersebut merasa terpojok, sebuah pohon asam besar menghalangi jalannya. Dan ketika anak tombak dilemparkan kedadanya ternyata seekor kijang (rusa) lewat menyelamatkannya, hingga yang terkena tombak adalah kijang tersebut. Atas kejadian tersebut cantrik tersebut bersyukur pada Allah dan berujar bahwa anak cucuku dan keturunanku kelak di kemudian hari, janganlah memakan daging kijang karena binatang ini telah menyelamatkanku.

Cantrik itu pun melanjutkan perjalannya ke arah Giri Kedaton, sementara penduduk yang loyal pada Nyi Lurah tetap mengejarnya. Hingga dia terjebak pada sebuah jublangan (kolam atau bahasa kerennya billabong) yang ternyata penuh ikan lele. Dimana lele itu mempunyai pathil (taring) untuk menyengat, sehingga bila berkecipuk di kolam akan terlihat jenis ikannya.

Suluh obor di kejauhan telah menuju ke arahnya, tak ada jalan lain selain menyeberangi kubangan kolam lele di depannya. Tapi itu sama saja bunuh diri, siapa yang mau terluka berdarah-darah menjadi serangan pathil lele. Namun dengan keyakinan hati dan memohon perlindungan pada Allah, penguasa alam cantrik sang pencuri keris pusaka itu menceburkan dirinya ke dalam kolam penuh ikan. Ajaib! Ternyata tak satupun ikan menyerangnya bahkan dengan tenang dia bisa menyelam dengan ikan-ikan lele berkerumun di atasnya. Karena melihat banyak ikan lele berenang di atas kolam maka musnahlah dugaaan kalo si pencuri tersebut bersembunyi di kolam tersebut. Warga desa yang mengejarnya itu pun akhirnya mengalihkan pencariannya di tempat lain. Setelah itu menyembullah si cantrik kepermukaan, dengan mengucap puji syukur kepada Allah sang catrik pun berujar bahwa anak, cucu dan keturunanku kelak, janganlah kalian makan ikan lele! Karena ikan ini telah menyelamatkan hidupku. Daerah tempat diucapkannya wasiat tersebut ada di sekitar daerah Glagah Lamongan. Akhirnya singkat cerita si cantrik berhasil menyerahkan kembali pusakanya pada Kanjeng Sunan.

Beberapa cerita mengatakan bahwa cantrik yang mencuri keris pusaka tersebut bernama Ronggohadi. Dia adalah orang yang kelak babat alas Lamongan dan menjadi bupati pertama Lamongan yang bergelar Bupati Surajaya.

Hingga sekarang, kebanyakan masyarakat Lamongan di daerah Glagah, tengah kota, atau pesisir, sangat jarang yang makan lele sebagai santapan lauk pauknya apalagi yang berdarah asli Lamongan (ayah dan ibu asli Lamongan). Mereka khawatir kalau masih ada darah keturunan si cantrik itu, dan takut melanggar sumpah. Ya.. walaupun pada umumnya orang sekitar Glagah, Deket dan sekitarnya, di era sekarang ini banyak yang beternak ikan lele namun jarang sekali mereka yang memakan daging ikan tersebut. Konon, jika ada anak keturunannya yang melanggar sumpah, maka pigmen di area tangan atau tubuhnya akan memudar sehingga warna kulitnya belang-belang hingga menyerupai tubuh ikan lele yang disayat. Wa'allahualam

Namun hal ini tidak berlaku bagi mereka yang mempunyai ayah dari luar Lamongan atau tinggal jauh di wilayah Lamongan bagian selatan dan barat.

16 September 2009

Sego Boranan Lamongan

Kali ini saya mau membahas makanan paling khas di Lamongan, kota kelahiran saya. Sewaktu masih sekolah di Lamongan makanan ini menjadi menu wajib sarapanku, namun ketika kuliah di Surabaya hanya bisa kunikmati sarapan ini seminggu sekali, sekarang? Dalam tempo lima tahun terakhir, makanan ini yang hanya kurasakan beberapa kali ketika momen pulang kampung saja.

Makanan ini mungkin hanya anda jumpai di kota asalnya saja, yaitu makanan “Sego Boranan”. Selama ini orang luar daerah hanya kenal Lamongan sebagai asal Soto Ayam dan Tahu Campur, padahal makanan Lamongan yang terkenal adalah sego boranan. Makanan ini penyajiannya mirip sego sambel Suroboyo namun wadah dan bahan sambalnya yang membuat makanan ini khas dan sulit ditemukan di tempat lain.

Mungkin Anda akan bertanya-tanya, apa itu sego boranan?
Sego boranan yang komplit itu terdiri dari nasi putih (dulu memakai nasi jagung), disajikan dengan ragam lauk pauk, kemudian pletuk, empuk, urapan sayur, dan rempeyek kacang atau teri, dan tentunya balutan sambal kelapa nan pedas yang berwarna oranye, yang disajikan di atas pincukan daun pisang dan kertas.

Lauk pauknya sangat beragam, antara lain ada ayam goreng, udang, tempe, tahu, telur asin, telur ceplok, telur dadar digoreng dengan tepung, sate uretan (bakal calon telur), jerohan, ikan Bandeng, ikan Kuthuk, ikan Sili. Banyak sekali, jadi jangan bingung memilihnya namun lauk yang paling dicari adalah "ikan Sili". Harga lauk dengan ikan Sili ini lebih mahal dibandingkan dengan daging ayam.
Ikan Sili ini tak bisa ditemui setiap saat karena termasuk ikan musiman. Dulu, Ikan Sili ini lebih dikenal sebagai ikan hias. Bentuk ikan ini panjang seperti belut, tidak kentara mana bagian kepala atau ekornya. Durinya pun rapi berjajar hanya ada di bagian tengah. Jadi ketika anda mengunyah terasa tekstur yang enak dan tidak terganggu duri-durinya..

Pletuk, terbuat dari nasi yang dikeringkan atau kacang, lalu dibumbui dan digoreng. Namanya diambil dari bunyi ketika makanan ini dikunyah, ‘pletuk, pletuk’.

Empuk, ini dibuat dari tepung terigu yang dibumbui, dan digoreng sehingga mengembang. Konon nama ini sebenarnya berasal karena saking lembutnya hingga terasa empuk di mulut, oleh karena itu dinamakan empuk.

Sementara urapan sayur, dimasak dengan sambal urap berbahan bawang merah, bawang putih, garam, cabe merah, penyedap rasa, dan parutan kelapa. Cara memasaknya unik, bukannya dikukus atau dibiarkan mentah, tetapi dipanaskan dengan kreweng, semacam tanah liat bentuk persegi dan dibakar sehingga menghasilkan asap sehingga aromanya jadi sedap.

Sedangkan bahan sambal boran, terdiri dari lengkuas, jahe, terasi, jeruk purut, cabe rawit yang direbus, beras mentah yang direndam sebagai pengental, parutan kelapa, bawang merah, bawang putih, dan merica. Supaya rasanya mantap, ditambahkan gula dan garam. Lalu, semua bahan diblender jadi satu. Sambal kuah ini diguyurkan di atas nasi dan lauk.

Jangan harap bisa menemui sego boranan di restoran atau warung makan sebab masakan ini hanya dijajakan keliling kampung oleh ibu-ibu. Mereka berkeliling ke penjuru kota. Namun anda juga bisa menemui para penjual ini berjajar di sepanjang alun-alun kota baik di pagi ataupun malam hari dan di sepanjang Jl Basuki Rahmat (arah masuk kota, dari lampu merah alun-alun lalu belok kanan lalu dan lurus), juga bisa anda temui di depan BP Muhammadiyah lama, dan Pasar Lamong Raya. Belasan ibu-ibu duduk berjajar berjualan sego boranan dengan menggelar tikar disampingnya dengan tentu saja boran di sampingnya. Asyiknya, pembeli bisa lesehan atau jongkok sembari menikmati lezatnya sego boranan ini. Harga seporsi sego boranan Rp 5.000 meski di beberapa tempat ada juga yang dijual dengan harga Rp 3.000, tergantung lauk yang diambil.

Oya, nama sego boranan ini diambil dari wadah tempat menaruh nasi, yaitu terbuat dari boran atau keranjang yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk lingkaran di bagian atas dan persegi di bagian bawah. Keempat sudutnya disangga bambu supaya tak menyentuh tanah langsung. Lauk ditempatkan di ember besar dan sambal di panci. Semuanya kemudian dimasukkan ke boran. Untuk mengedarkannya diusung/disunggi di punggung ibu-ibu dengan jarik gendong.

Jadi untuk anda yang penasaran dan memendam hasrat ingin menikmati nasi boranan rasanya harus datang ke kota Lamongan. Karena sego boranan ini hanya ada di Lamongan saja (sayangnya, setahu saya), tidak seperti soto ayam Lamongan yang sudah bertebaran di penjuru Indonesia dan mendunia.

Untuk kali ini sekian dulu saja membahas menu sego boranan Lamongan yang nikmat itu. Tapi pesona kuliner Lamongan tak berhenti sampaiu disini saja, masih banyak makanan yang nikmat di Lamongan antara lain Tahu Campur, Tahu Tek, Wingko Babad, Jumbreg, Es Siwalan, dan lain sebagainya. Di lain waktu mari kita cicipi makanan lainnya.

14 September 2009

Daftar Kode Pos Batam

Bagi anda penduduk Batam, coba lihat KTP anda! Apakah anda temukan kode pos daerah (kelurahan) anda? Kebanyakan jawabannya pasti tidak, walaupun katanya KTP anda sudah menggunakan sistem SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan). Tapi kali ini saya tidak mau membahas KTP SIAK, saya hanya ingin membagi informasi yang saya ketahui tentang kode pos daerah di Batam. Semoga hal ini bisa membantu anda yang sering berkorespondesi atau kirim paket dari atau ke daerah anda.

Berikut ini Kode Pos Batam, antara lain:
BATAM KOTA
1. SEI PANAS (Eks Bukit Jodoh) - 29456
2. BELIAN - 29464
3. TELUK TERING - 29461
4. SUKAJADI - 29462
5. BALOI PERMAI - 29463
6. TAMAN BALOI (Pec. Baloi Permai) - 29463

BATU AMPAR
7. KAMPUNG SERAYA - 29454
8. BATU MERAH - 29452
9. TG. SENGKUANG (Eks Bkt Senyum) - 29451
10. SUNGAI JODOH - 29453

BATU AJI
11. BUKIT TEMPAYAN (Pec. Tiban Asri) - 29424
12. BULIANG (Pec. Tiban Asri) - 29424
13. KIBING (Pec. Tiban Asri) - 29424
14. TANJUNG UNCANG - 29423

BELAKANG PADANG
15. SEKANAK RAYA (Pec. Blk.Padang) - 29411
16. TG. SARI (Pec. Blk.Padang) - 29411
17. KASU - 29415
18. PECONG - 29414
19. PEMPING - 29412
20. PULAU TERONG - 29415


BENGKONG
21. BENGKONG LAUT - 29458
22. TG. BUNTUNG (Pec. Bengkong Laut) - 29458
23. BENGKONG INDAH (Eks. Harapan Baru) - 29455
24. SADAI (Eks. Bengkong Harapan) - 29457


BULANG
25. PULAU BULUH - 29471
26. BATU LEGONG - 29474
27. BULANG LINTANG - 29471
28. PANTAI GELAM - 29473
29.TEMOYONG - 29475
30.PULAU SETOKOK - 29476

GALANG
31.AIR RAJA (Galang Baru) - 29484
32.SUBANG MAS - 29483
33.SEMBULANG - 29481
34.SIJANTUNG - 29485
35.REMPANG CATE - 29482
36.KARAS - 29486
37.GALANG BARU - 29484
38.PULAU ABANG - 29487

LUBUK BAJA
39.BATU SELICIN - 29441
40.LUBUK BAJA KOTA - 29444
41.BALOI INDAH (Eks.Pangkalan Petai) - 29442
42.KAMPUNG PELITA - 29443
43.TANJUNG UMA - 29445

NONGSA
44.BATU BESAR - 29466
45.SAMBAU - 29466
46.NGENANG - 29468
47.KABIL - 29467

SAGULUNG
48.TEMBESI - 29434
49.SEI LEKOP - 29434
50.SEI BINTI - 29434
51.SAGULUNG KOTA - 29439
52.SEI LANGKAI - 29434
53.SEI PELUNGGUT - 29434

SEI BEDUK
54.TANJUNG PIAYU - 29437
55.DURIANGKANG - 29437
56.MANGSANG - 29437
57.MUKA KUNING - 29433

SEKUPANG
58.PATAM LESTARI - 29427
59.SUNGAI HARAPAN - 29421
60.TANJUNG PINGGIR - 29428
61.TANJUNG RIAU - 29422
62.TIBAN INDAH - 29426
63.TIBAN LAMA - 29425
64.TIBAN BARU - 29425

13 September 2009

Ustadz Abu Jibriel Ceramah Jihad Di SCTV

Pada hari Rabu, 9 September 2009 ada yang tidak biasa di SCTV. Di lantai 9 SCTV Tower, Senayan City, tepatnya di Kantor Liputan 6 SCTV digelar diskusi antara Ustadz Abu Jibriel dengan pimpinan dan wartawan senior SCTV. Diskusi dimaksudkan untuk mengupas tuntas isu-isu terorisme, penangkapan putra beliau, M Jibriel Abdul Rahman, hingga mencari tahu arti jihad yang sebenarnya. Maka ayat-ayat jihad pun berkumandang di SCTV.


Syubhat-Syubhat Jihad
Diskusi yang mulai digelar sekitar pukul 13.30 WIB dibuka oleh moderator, Rommy Fibri, Redaktur Eksekutif Website Liputan 6. Dalam pembukaannya disampaikan maksud mengapa Ustadz Abu Jibriel diundang ke SCTV. Selain untuk klarifikasi langsung kepada Ustadz Abu Jibriel mengenai pengangkapan anak beliau, M Jibriel, yang sedang diuji oleh Allah SWT, juga untuk mendiskusikan isu terorisme dan jihad.

Sebelum diskusi dimulai, Ustadz Abu Jibriel membagikan buku beliau berjudul Syubhat-Syubhat Seputar Jihad & Akibat Meninggalkannya. Buku itu akan menjadi acuan dalam memahami jihad yang sebenarnya dalam Islam, ujar beliau.

Kemudian Ustadz Abu Jibriel mulai menceritakan kronologis jihad di Afghanistan hingga munculnya isu perang melawan terorisme yang diciptakan oleh Amerika. Menurut beliau pada awalnya Amerika ikut membantu mujahidin Afghanistan ketika memerangi kaum ateis Uni Soviet. Amerika tidak mampu secara langsung memerangi Uni Soviet sehingga dipakailah tenaga mujahidin yang berjihad untuk mengusir penjajah dari negeri Islam tersebut. Sayangnya habis manis sepah dibuang. Setelah mujahidin berhasil memukul mundur pasukan Uni Soviet, ganti mujahidin yang menjadi sasaran dan menjadi musuh Amerika. Melalui agen-agen mereka, terutama CIA, dimulailah sebuah usaha secara sistematis untuk menghabisi alumni Afghanistan baik yang berada di Afghanistan maupun yang kembali ke negeri asal mereka. Presiden Zia ul Haq, yang banyak membantu jihad Afghanistan dibunuh, juga Syekh Abdullah Azzam, hingga pengusiran Syekh Usamah bin Ladin.

Sementara itu, sekitar 10.000 mujahidin disiksa, diintimidasi, ditangkapi dan diteror. Khususnya mereka yang pulang kampung ke negeri asal mereka. Ustadz Abu Jibriel dalam mengungkapkan data-data tersebut mengutip sebuah artikel berjudul “Rencana Jahat di Balik Terorisme”, yang menurut beliau terorisme sangat bertentangan dengan kemuliaan dan ketinggian jihad dalam Islam.

Kemuliaan dan Ketinggian Jihad

Selanjutnya Ustadz Abu Jibriel menjelaskan jihad dalam Islam, yang sangat mulia dan tinggi kedudukannya. Beliau mengutip dari buku beliau sendiri, Syubhat-Syubhat Seputar Jihad, di halaman 140. Dalam buku tersebut disebutkan 8 Keutamaan Jihad Di Jalan Allah, yaitu :

1. Jihad di jalan Allah adalah amalan yang tertinggi martabatnya dalam Islam
2. Jihad di jalan Allah adalah sebuah jalan utama bagi tegaknya Daulah Islamiah
3. Jihad di jalan Allah menjamin seseorang itu surga, diampuni segala dosa dan diberi kemenangan dunia dan akhirat
4. Jihad di jalan Allah adalah amal yang paling utama dan tiada tandingannya
5. Amalan jihad di jalan Allah dan berada di medan jihad diberikan ganjaran berlipat ganda
6. Medan jihad adalah destinasi pelancongan umat Islam
7. Kematian adalah suatu kepastian dan sebaik-baiknya kematian adalah mati syahid di medan jihad di jalan Allah
8. Medan jihad adalah tempat menyaksikan mukjizat Allah

Meskipun tidak seluruh poin dijelaskan, Ustadz Abu Jibriel meringkaskannya secara simpel dan mudah difahami, disertai pembacaan dalil-dalilnya. Beliau juga menyampaikan ada 13 jenis jihad menurut Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. Namun sayangnya, kemuliaan dan ketinggian jihad inilah yang saat ini dirusak dan disimpangkan maknanya oleh musuh-musuh Islam, lanjut beliau. Hal ini dilakukan karena mereka, musuh-musuh Islam tidak senang dengan jihad dan menolak jihad.

Pada 11 September 2001 terjadi penyerangan WTC. Sejak saat itu, usaha memerangi terorisme dimulai dengan komando dari Amerika dan barat. Sidney Jones melihat Ar Rahmah Media mengeluarkan Jihad Magz dan membahas masalah tersebut secara tuntas. Maka Sidney Jones pun membuat analisis untuk menuduh dan menyudutkan Ar Rahmah Media. Tercatat beberapa laporan dari ICG, lembaga yang dipimpin oleh Sidney Jones, yang menyudutkan Ar Rahmah Media.

Sementara itu, menurut Ustadz Abu Jibriel, Densus 88 itu sendiri dibentuk dan didanai oleh Australia (88 adalah jumlah warna negara Australia yang tewas pada Bom Bali I). Austrlia sendiri adalah sekutu Amerika, dan Amerika juga ikut mendanai densus 88 dengan menyumbangkan 50 juta US $ di tahap awal. Dengan begitu dimulaikan perang melawan terorisme yang dikomando oleh Amerika dan direalisasikan oleh Densus 88 yang sejatinya adalah perang melawan Islam dan kaum Muslimin. Bukti-buktinya sangat banyak, termasuk kebohongan-kebohongan densus, termasuk kepada Ustadz Abu Jibriel, utamanya dalam kasus penangkapan anak beliau, M Jibriel Abdul Rahman.

Diskusi Hangat Seputar Jihad

Setelah menyimak sekitar setengah jam penjelasan dari Ustadz Abu Jibriel, tibalah giliran awak SCTV memberondong pertanyaan. Semua antusias dan ingin berdialog lebih jauh dengan Ustadz Abu Jibriel. Seluruh masalah ditanyakan, mulai dari masalah penangkapan M Jibriel Abdul Rahmah, jihad, masalah Nurdin M Top, hingga dari mana Ar Rahmah Media mendapatkan dana.

Ustadz Abu Jibriel menjelaskan bahwa pemahaman jihad saat ini terbagi dua, antara yang meyakini jihad global dan lokal. Masing-masing pihak memiliki dalil dan meyakini pilihan mereka sendiri. Ustadz Abu Jibriel mengaku kenal dan tahu Nurdin M Top sewaktu masih di Malaysia, di Johor tepatnya, karena beliau mengajar di sana. Setelah itu, beliau tidak tahu lagi sepak terjang Nurdin M Top. Mengenai dana Ar Rahmah Media Ustadz Abu Jibriel balik bertanya berapa kira-kira dana yang dibutuhkan untuk mengelola Ar Rahmah Media, apakah sangat banyak ? Dengan begitu, orang tuanya saja, yakni beliau sendiri juga cukup kalau hanya mendanai Ar Rahmah Media.

Masih menurut beliau, Islam adalah Rahmatan lil Alamien. Jadi harus dilihat akar permasalahan dari seluruh kejadian-kejadian selama ini. Di saat Islam diperangi, maka harus dibalas dengan memerangi, hal ini untuk melindungi agama Islam itu sendiri. Dalam Islam, sebelum berjihad harus ada pengumuman, dan pemberian 3 opsi atau pilihan, yakni masuk Islam, membayar jizyah, atau diperangi.Itulah cara jihad yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Pertanyaan pun melebar sampai ke masalah Jemaah Islamiyah dan pembagian jenis jihad. Mengutip Imam Ibnu Qoyyim Al Jauzi dalam kitabnya Zadul Ma’ad, diklasifikasikan 13 jenis jihad yang berpusat dari 4 jenis jihad utama, yakni jihad melawan nafsu, syetan, orang kafir, dan orang dzalim. Jihad yang paling tinggi adalah jihad memerangi orang kafir yang memerangi Islam.

Ustadz Abu Jibriel juga menceritakan tantang M Jibriel dan seputar penangkapannya. Beliau menceritakan bahwa anaknya tersebut ingin ikut umrah bersamanya dan karena pasportnya hilang maka M Jibriel membuat pasport baru yang dia sendiri tidak tahu prosesnya. Mereka kemudian bertemu di Mekkah dan setelah itu masing-masing pulang kembali ke tanah air. Beliau tidak melihat keanehan apapun yang terjadi pada anaknya, apalagi sebagaimana tuduhan-tuduhan yang selama ini beredar.

Untuk itu Ustadz Abu Jibriel meyakini bahwa penangkapan anaknya dikarenakan M Jibriel aktif mengelola Ar Rahmah Media, termasuk situs Arrahmah.com yang selalu menampilkan berita-berita Islam dan jihad internasional. Banyak yang tidak suka akan hal ini, termasuk Sidney Jones, yang kemudian membuat laporan-laporan menyudutkan Ar Rahmah Media. Maka, dicari-carilah alasan untuk menghentikan kiprah Ar Rahmah Media, melalui penangkapan anaknya, M Jibreil. Disangkanya dengan menangkap M Jibriel, maka berita dunia Islam dan jihad juga bisa ditutup dan dibungkam. Maka Ustadz Abu Jibriel kembali menyimpulkan bahwa perang melawan terorisme pada hakikatnya adalah perang untuk menghentikan amalan jihad dan media jihad sebagaimana yang saat ini terjadi.

Diskusi maslh terus berjalan hangat diselingi beberapa kelakar segar seputar terorisme dan Nurdin M Top, bahkan membahas Nasir Abbas, yang menurut Ustadz Abu Jibriel bekas seorang pejuang yang kemudian berlaku tidak jujur kepada dirinya sendiri.

Di akhir diskusi Ustadz Abu Jibriel berkali-kali menasehati pimpinan dan wartawan-wartawan senior di SCTV agar menjadi wartawan Muslim yang Soleh, dalam memberitakan informasi khususnya tentang Islam dan kaum Muslimin. Kru SCTV pun mengamini dengan optimis dan berharap hal itu betul-betul menjadi kenyataan. Semoga! (M.Fachry/arrahmah.com)

10 September 2009

Selamat Ulang Tahun Istriku

Selamat Ulang Tahun Istriku, doaku:

Pertama, Semoga panjang umur,
Karena masih banyak yang membutuhkanmu, termasuk aku, anak kita, dan keluarga besar kita, juga sahabat-sahabatmu.

Kedua,Semoga selalu ada waktu untuk keluarga dan anak kita,
karena hampir setiap hari kau habiskan 9 sampai 12 jam hidupmu untuk bekerja.

Ketiga, Semoga senyummu selalu terkembang,
Karena kalau senyummu hilang berarti aku telah mengecewakanmu.

Keempat, Semoga apalagi ya? Semoga kau tak pernah melepaskan jabatanku sebagai suamimu, hmm…
Karena empat tahun terakhir ini dirimu sudah menjadi bagian terpenting di hidupku, dengan begitu kita yakin pasti tetap melaju.

Terakhir, semoga Allah berkenan memberikan amanat kita (lagi) seorang anak.

09 September 2009

Tanggal & Waktu Yang Cantik

 

Tanggal & Waktu Yang Cantik:   Tepat tanggal 9, bulan 9, tahun 2009

                                                Jam 9, menit ke-9, detik ke-9

07 September 2009

Lir ilir, Tembang Para Wali Tanah Jawi


Lir ilir

Am Am C Am Dm
Lir- ilir, lir-ilir tandure wis sumilir
C Dm
Tak ijo royo - royo
F Am
Tak sengguh temanten anyar

Am Am C Am Dm
Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi
C Dm F Am
Lunyu - lunyu peneen kanggo mbasuh dododiro, dododiro

Am Am C Am Dm
Dododiro, dododiro kumitir bedah ing pinggir
C Dm F Am
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
G Am
Mumpung pandang rembulane
G Am
Mumpung jembar kalangane
C Dm F G Am
Yo surako surak hiyo

Terjemahan:
Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Pohon sudah mulai bersemi,
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,?
walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) disisihkan
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…

Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.

Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya?
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.

tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.
Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.

Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.

Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.

Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir.
Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.

dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane.
Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.

Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
* Diambil dari berbagai sumber. Mohon dikoreksi jika ada kesalahan, karena saya juga manusia yang tak pernah lepas dari salah dan dosa.

05 September 2009

Pergi Ke Jepang???

Siang itu Bos bertanya padaku, “Mat, kamu mau berangkat ke Jepang?”

Dalam hati sih seneng saja berangkat ke sana apalagi untuk training mechatronics, wah… itu sih ‘makananku’ waktu kuliah dulu. Bidang yang kudalami saat mengambil Tugas Akhir, tentang sistem kontrol pengapian motor menggunakan injeksi sekuensial. Wah… pikiran langsung terbayang saat utak-atik mesin di VEDC. Yang tadinya gak paham banget soal mesin, ehh… harus berkecimpung madu-madanin elektro dan mekanikal.

“Gimana Mat, bersedia nggak?” Boss kembali bertanya.

Sehari sebelumnya Boss yang lebih besar malah sudah mencari kandidat yang cocok. Dan Boss hampir menemukan kandidat yang tepat apalagi sobatku yang ditawari sudah bersedia, maklum dia sih masih single jadi easy come saja dan nyatakan bersedia. Sayang, karena grade-nya kurang tinggi maka tidak sesuai kualifikasi, jadinya fail deh!!! Jadi Boss harus nyari kandidat lainnya.

Kalau sebulan, tiga bulan, atau paling lama enam bulan di Jepang, tentu aku tak harus berpikir lama untuk berkata, “Ya!” Apalagi mengingat kondisi production di section-ku yang sedang tidak jelas.

Masalahnya ini setahun di Jepang rek, lama banget nih! “Saya tak bisa mengiyakan atau menolak, saya perlu didiskusikan ini dengan keluarga dulu.”
"Ya, sudah tapi jangan lama-lama, paling tidak besok harus sudah ada jawaban."

Itulah masalahnya kalau sudah punya keluarga (anak dan isteri), perlu banyak pertimbangan dan berpikir untuk menerima tawaran yang complicated seperti ini. Tidak ketemu isteri setahun mungkin ‘tidak terlalu’ masalah untukku namun tidak jumpa dan tidak bisa memeluk si kecil selama setahun, itu adalah problema besar di hidupku. Padahal belum ada sebulan kembali ke pelukan kami setelah dua bulan lamanya, kami titipkan ke Jawa Timur dan Jawa Barat di rumah kakek neneknya.

Walau berat hati menampik pengalaman menarik ini tapi aku lebih memilih pilihan lain hidup ini. Suatu saat semoga ada kans yang lebih baik tanpa perlu pergi ke Jepang selama setahun dan meninggalkan keluargaku.

Bencana Tiba, Kemana Partai Politik?

(okezone.com) JAKARTA - Setiap bencana yang terjadi di Tanah Air pasti menjadi sorotan banyak pihak termasuk dari kalangan partai politik. Karena itu, hampir setiap bencana, parpol selalu sigap mendirikan posko kemanusiaan untuk mengabdi kepada masyarakat.

Namun, dalam bencana gempa bumi yang menimpa Tasikmalaya dan sekitarnya pada Rabu 2 September lalu, peran partai politik masih belum nampak dalam menunjukan solidaritasnya.

Seperti yang terjadi di lokasi longsor di Cianjur, berdasarkan pantauan di lokasi kejadian, hanya dua partai politik yang mendirikan posko kemanusiaan, yakni Partai Demokrat dan PDI Perjuangan. Sedangkan partai lainnya belum menunjukan action.

Bahkan di Kabupaten Garut yang sejumlah warganya ikut menjadi korban gempa, tak satu pun bendera parpol yang bertengger dan kadernya ikut terlibat dalam menolong korban gempa.

Jika berkaca pada peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung, Tangerang, beberapa waktu lalu, di lokasi kejadian hampir setiap meter berdiri posko kemanusiaan dari parpol. Baik parpol besar hingga yang gurem sekalipun.

Saat itu pula, iklim politik di Tanah Air tengah memanas karena berdekatan dengan agenda Pemilu. Yang menjadi pertanyaan, mengapa hingga kini parpol belum ada action menyikapi bencana gempa bumi?

Apakah masih dalam perencanaan atau memang tidak berencana mendirikan posko karena tidak memiliki agenda politik? Tanya kenapa...? (teb)

Menyikapi Fatwa MUI Yang Mengharamkan Mengemis

Pada akhir Agustus 2009, ada sesuatu fatwa yang cukup bombastis (mengejutkan) yang dikeluarkan (lagi) oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). Yaitu fatwa haram untuk mengemis. Seperti kita ketahui keputusan ini dikeluarkan oleh MUI Sumenep, Madura, Jawa Timur. Putusan MUI Sumenep tersebut lantas diamini (mendapat dukungan) dari MUI Pusat.

Seperti yang saya cuplik dari detikcom, ada wawancara dengan Ketua Komisi Fatwa MUI, Anwar Ibrahim.
"Sudah bertahun-tahun kita mengimbau untuk tidak pernah menyetujui pengemis-pengemis itu. Bukan hanya Ramadan saja, tapi seterusnya juga. Adanya fatwa haram tersebut diharapkan agar masyarakat yang biasa mengemis jera sehingga mereka tidak bermalas-malasan. Mengemis itu menjadikan diri hina dan merugikan orang lain. Islam sendiri dikatakan sudah secara tegas melarang kegiatan mengemis karena termasuk bermalas-malasan."

Sebagai manusia yang masih punya hati nurani apalagi sebagai umat muslim, saya juga pasti selalu merasa iba apabila ada seorang pengemis bertubuh lusuh, kurus, apalagi cacat atau masih kecil meminta-minta uang di pinggir jalan. Spontan, selagi saya masih ‘punya’ uang pasti saya memberikannya barang sedikit. Apa salahnya kita bersedekah kepada mereka bahkan itu adalah kewajiban kita berbuat amal sholeh dan membantu orang fakir miskin. Didalam harta kita juga terkandung hak-hak mereka.

Dan saya rasa memberi bantuan kepada orang lain itu, tidak salah bahkan berpahala (insya Allah), tergantung faidah hasil pemberian orang tersebut. Namun di jaman sekarang ini, pengemis itu sangat beragam visi dan misinya. Dan ini tak bisa dipukul rata.

Masalah ini timbul dikarenakan MUI telah mengeluarkan fatwa haram. Ingat kita tak bisa bermain-main dengan kata-kata halal dan haram sak penake udele dhewe, alias sesuka hati. Padahal perbuatan haram adalah sebuah status hukum terhadap suatu aktivitas atau tindakan, yang dilarang secara keras oleh Allah dimana orang yang melakukan tindakan haram tersebut akan mendapatkan konsekuensi berupa dosa. Artinya secara tidak langsung, bahwa setiap orang yang mengemis adalah berdosa dan diancam masuk neraka oleh Allah. Naudzubillah!

Padahal setahu saya MUI terdiri dari kumpulan orang-orang Islam yang hebat, kumpulan ulama Islam, pemimpin agama yang jelas-jelas melek agama dan paling berilmu diantara umat. Menurut saya, dengan memfatwakan mengemis itu haram berarti seakan menjadikan pikiran mereka itu dangkal, jika hanya tujuannya agar umat tidak bermalas-malasan dan jera, lha kok sampai diancam neraka segala. Ini kan sudah gak bener? Seharusnya kita lihat dulu akar permasalahannya mengapa mereka ini menjadi pengemis. Jangan langsung dipukul rata sehingga lantas kita malah bisa mendzolimi ajaran agama Islam itu sendiri.

Pada intinya, yang saya ketahui ada beberapa jenis pengemis disini, yaitu:
1.Pengemis yang melakukan pekerjaan ini karena ‘merasa’ tak bisa mendapatkan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan kondisi fisiknya yang renta, lemah atau cacat.
2.Pengemis yang melakukan pekerjaan ini karena ‘merasa’ dengan mengemis mereka bisa lebih cepat memenuhi kebutuhannya (mendapatkan uang) daripada bekerja keras padahal tubuh (fisik) mereka mampu (tidak lemah). Sehingga lantas mengemis dijadikan sebuah profesi.
3.Pengemis yang melakukan pekerjaan ini karena ‘merasa’ mengemis adalah pekerjaan turun temurun yang harus dilestarikan.

Nah, kategori nomor dua dan tiga ini mungkin bisa masuk (berlaku) fatwa haram. Masalahnya bagaimana kita membeda-bedakan pengemis seperti kategori di atas?

Mengemis artinya mengharapkan belas kasih orang lain untuk mendapatkan sesuatu (biasanya berupa uang atau makanan). Namun sesungguhnya mengemis itu dapat timbul karena lemahnya kontrol pemerintah dan publik pada jaring pengaman sosial. Saya sampai heran bagaimana cara Pemerintah mengelola keuangannya sekarang ini hingga kok masih ditemukannya pengemis. Katanya ada Departemen Sosial apalagi ada banyak sekali badan-badan penyalur zakat, belum lagi LSM-LSM yang didirikan untuk mengatasi kemiskinan. Maka seharusnya di negara kita tidak ada orang yang mengemis, iya toh! Benar, tapi itu semua cuma teori.

Pada kenyataannya fungsi lembaga sosial, dinas sosial, ataupun lembaga penyaluran zakat tak berjalan seperti semestinya. Seharusnya dengan jumlah penduduk muslim yang mencapai 83 persen populasi bangsa Indonesia, MUI bisa membuat fatwa yang lebih produktif, seperti mewajibkan seluruh umat muslim yang mampu untuk mengeluarkan zakat pendapatan 2.5 persen setiap bulannya. Namun hal ini harus didukung sarana dan prasarana yang memadai, kalau bisa satu wadah koordinator sehingga distribusi pembagian dana zakatnya lebih terstruktur.

Sementara Pemerintah melalui Dinas Sosial melalui program BLT-nya tampak kurang mengena sasarn yang dituju, sehingga program seperti ini justru sama saja membuat malas masyarakat. Artinya Pemerintahan telah gagal menuju titik sasaran, juga MUI terlalu tergesa-gesa memfatwakan haram mengemis, tanpa melihat kehidupan umat dan tidak bisa selaras dengan Pemerintah.

Sebenarnya menurut aturan sebelumnya mengemis itu perbuatan halal, dan jauh lebih mulya daripada merampok, mencuri dan lain sebagainya. Dan Nabi juga pernah bersabda, "Bahwa tangan di atas lebih mulya daripada tangan yang di bawah."

Namun yang terpenting di era seperti ini adalah membangkitkan kepekaan sosial pada tetangga di sekitar kita, agar tiada orang miskin dan pengemis di lingkungan tempat tinggal kita.

04 September 2009

Kudeta

Menurut http://wikipedia.org/wiki/kudeta

Kudeta (dari bahasa Perancis: coup d'état, pukulan terhadap negara) adalah sebuah "penggulingan kekuasaan" atau "penggambilalihan kekuasaan" secara paksa, biasanya secara keras oleh golongan tertentu dalam sebuah negara. Biasanya lebih banyak dilakukan (berasal dari) militer (tentara) daripada sipil.

Sebenarnya iseng saja pingin nulis istilah kudeta, kisahnya seperti ini. 5 orang rekan sekerjaku berangkat ke Bogor untuk berpartisipasi pada Matsushita Indonesia Quality Control Convention (QCC) pada tanggal 2~4 October 2009. Mereka mewakili perusahaan kami dalam ajang quality control dan improvement tahunan tingkat Panasonic seluruh Indonesia. Hal ini dicapai setelah salah satu tim di section kami ini, meraih juara kedua di internal convention perusahaan kami. Hmm...biasanya sih itu jadi tradisiku beserta timku (gak sombong nih sebagai pemegang runner-up Internal QCC berturut-turut tahun 2006 dan 2007). Namun tahun ini tim bentukanku tak mulus berjalan. Maklum, mungkin karena baru kerjasamanya kurang kompak, sedangkan timku yang dulu sudah bubar.

Kembali soal rencana berangkat ke Bogor, kepergian mereka tentunya tidak sendiri ada jajaran manajemen dan HR yang menyertainya. Sebagai pembina QCC pusat dan adviser 3 orang telah dipastikan ikut, dan si Bos eeh... menyatakan diri turut juga.

Wah... bakal lowong dong kekuasaan, tiga hari tanpa pimpinan bakal terjadi kudeta nih, hehehe... maklum terinspirasi peristiwa G30S. Parahnya si Bos mulai menampakkan gejala 'aneh' akhir-akhir ini. Maksudnya nampaknya si Bos sudah mulai tidak betah di perusahaan ini, kayaknya obsesinya kembali ke Jakarta (lagi). Maklum produk yang hampir mulai EOL (End of Line), tapi kok belum dapat development product, itu kan membuat risau semua orang tak terkecuali si Bos. Padahal dari 3 orang yang ngambil produk ini di Jepang, 2 orang yang lain sudah resign duluan. Curigaku bertambah, ternyata si Bos sudah mengajukan penundaan jadwal pulang ke Batam, yang rencana awalnya balik Minggu. Wah.. patut dicurigai. Tapi tidak apa-apa kalau Bos tak balik berarti kudeta kami sukses, Andy Yuli (Kentung) jadi Bos, aku jadi Wakilnya, hehehe....

Tips Menghadapi Boss Yang Menyebalkan

  1. Jangan biarkan Boss yang menyebalkan bisa mempengaruhi suasana hati Anda. Tetap positif dan sikap apapun dari Boss akan menjadi lebih mudah untuk ditangani.
  2. Diskusikan masalah ini dengan orang terdekat Anda, teman ataupun keluarga. Anda perlu berbagi mereka karena sharing itu pun juga bersifat terapi. Keluarga atau teman dekat dapat mendukung serta membantu Anda melalui hari-hari yang paling sulit di tempat kerja.
  3. Jika Boss anda memberikan kritikan yang tidak perlu atau bahkan tidak adil, kadang mudah sekali Anda terlarut dalam debat kusir dengannya. Biasanya konfrontasi seperti ini merupakan cerminan pribadi bos anda yang buruk (insecurity) . Jadi lebih baik Anda hindari perdebatan seperti ini terutama tentang siapa yang benar atau salah. Langsung saja dengan membahas solusinya dengan sikap tenang.
  4. Ambil cuti jika masalah ini mulai membuat Anda stress, sama seperti yang akan Anda lakukan jika Anda sakit secara fisik (demam,flu, dll). Karena stress juga akan berdampak terhadap kesehatan jiwa anda (depresi).
  5. Hindari melapor atau mengadu ke Bos-nya Boss. Kemungkinan besar mereka akan mendukung atasan Anda dan ini bisa menyebabkan masalah lebih besar lagi. Lebih baik jalin hubungan baik dengan senior di perusahaan Anda, tetapi diluar rantai komando (beda department/divisi) . Mereka biasanya akan lebih obyektif .
  6. Jika Boss menyerang Anda secara tidak rasional, minta dia untuk menjelaskan ulang. Ini akan membantu Boss Anda untuk bisa memahami kekurangan dalam argumennya atau mungkin mendapat pemahaman lain dari sudut pandang anda.
  7. Berbicara dengan teman dan rekan di tempat kerja. Cari tahu apakah mereka menerima perlakuan yang sama dan apakah mereka setuju bahwa itu tidak adil. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah hal ini berlaku kepada anda secara khusus atau bos berlaku tidak adil kepada semua orang.
  8. Jangan bawa pekerjaan pulang. Ingat, boss anda hanya membayar waktu bekerja anda di kantor, bukan di rumah. Mereka tidak memiliki hak atas waktu senggang Anda di rumah.
Tetap Semangat!!

03 September 2009

Kita Tak Butuh Nasionalisme Saja

Beberapa pekan terakhir, kita seolah tergiring oleh media dengan topik pencaplokan seni budaya dan wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia. Seperti kasus tari pendet, lagu kebangsaan Malaysia yang diduga menjiplak, dan pemasukan nama Pulau Jemur dalam iklan wisata Malaysia.

Beberapa saat yang lalu Malaysia juga mengklaim Reog (mereka menyebutnya Barongan) adalah salah satu budaya khasnya. Kemudian mengakui angklung sebagai budayanya walaupun notabene angklung adalah budaya khas sunda (Jawa Barat) Indonesia. Belum ditambah lagi kasus perebutan Pulau Ambalat, pelanggaran garis batas laut oleh patroli Diraja Malaysia, perebutan masakan Rendang, pematenan wayang, batik parang rusak dan lain sebagainya.

Saya melihat ternyata respon masyarakat Indonesia cukup meluap-luap dan emosional. Mulai dari membakar symbol-simbol Malaysia dan benderanya, meretas website berdomain Malaysia (my), hingga mencetuskan perlawanan ganyang Malaysia. Hebat! Kalau sudah seperti ini ‘kan nyatanya bangsa Indonesia bisa kompak, bersatu melawan musuh yang sama. Tapi tunggu dulu! Sebenarnya itu semua tak cukup, adanya hal seperti ini justru ‘seharusnya’ membuka kembali wawasan kita, mengingatkan kita akan sesuatu hal, yaitu nasionalisme.

Perbatasan Wilayah
Indonesia, dimana mempunyai wilayah yang sangat luas membentang dari barat ke timur, dari Sabang (Nangro Aceh Darussalam) hingga ke Merauke (Papua). Juga terbentang luas dari utara menuju selatan melewati Khatulistiwa, dari Miangas (Kep. Talaud, Sulut) hingga Pulau Rote (NTT). Wilayah Indonesia pun berbatasan dengan banyak negara antara lain Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, dan Papua Nugini. Berbagai suku, adat, dan budaya mewarnai keanekaragaman bangsa Indonesia. Belum ditambah kekayaan mineral yang melimpah serta hutan hujan tropis yang rimbun dan banyak (dulunya sih, sekarang banyak digantikan kelapa sawit). Kita memang harus bangga sebagai bangsa Indonesia. Tapi mungkin kebanggaan itu hanya berlaku sejak awal periode kemerdekaan sampai tahun 1980-an. Setelah itu apa yang patut kita banggakan dari nasionalisme itu?

Harta dan kekayaan sumber daya hayati telah dirampas sendiri oleh bangsanya sendiri, yang memiliki kekuasaan. Yang berkuasa memiliki kewenangan untuk ‘memberdayakan’ sumber daya alam ini, dimana jatuhnya juga ke tangan asing. Parahnya, keuntungan itu tak menjadi milik Negara, melainkan kroni penguasa. Seperti halnya pepatah homo homini lupus, sing kuwat sing rumongso, atau lebih jelasnya yang kuat menindas yang lemah.

Tapi itu sudah terjadi, kita tidak perlu menyesalinya, anggap itu sejarah kelam Indonesia. Seharusnya kita sebagai generasi selanjutnya yang mengemban maju mundurnya negara harus mulai menata kembali negara Indonesia ini, jangan malah ikut memperburuk perekonomian bangsa dengan melestraikan budaya korupsi serta perusakan-perusakan kekayaan negara lainnya. Masalahnya sesungguhnya adalah terletak pada saudara sebangsa kita yang duduk di Pemerintahan. Bisakah Pemerintah bersikap adil pada rakyatnya sendiri?

Coba mari lihat saudara-saudara ‘kita’ (kalau anda masih menganggapnya saudara) yang ada di tepi batas Negara ini. Seperti di Kepulauan Talaud, di Kepulauan Sebatik, di pulau Natuna, di Entikong, atau di Papua. Andaikata kita yang hidup di sana, masihkah kita merasakan merah putih berkibar di hati kita? Saya rasa orang yang mengeluarkan slogan seperti ini, "Jangan biarkan bangsa asing merebut tanah air kita barang sejengkalpun!" adalah orang yang sesat dan tidak berpikir luas. Coba orang itu ditaruh saja di salah satu tempat itu selama tiga tahun tanpa bisa pulang ke asalnya lalu kemudian tanya masih adakah merah putih dihatinya, jika ternyata negara lain di perbatasan lebih memberikan perhatian kepada penduduk sekitarnya daripada negara kita tercinta ini.

Lantas untuk apa mati-matian mempertahankan wilayah perbatasan jika hanya di biarkan tak terurus. Kehidupan masyarakat disana pas-pasan, dimana kebutuhan primer rakyat tak terpenuhi, andaikata ada itupun harus sabar menunggu datangannya dan yang jelas mahal. Harus diapakan lagi Pemerintah supaya telinganya lebih peka, supaya bisa mendengar penderitaan saudara-saudara kita? Opo disogrok wae kupinge nggawe tugu pahlawan? Kadangkala mereka sepertinya lepas tangan (kalau tidak mau dibilang tidak mau tahu) dan seolah mengandalkan Pemerintah Daerah untuk menangani itu semua. Padahal itu bukanlah tugas mudah untuk membuat kebutuhan perekonomian terpenuhi. Jadi apa salahnya kalau ternyata warga sekitar sana lebih memilih wilayahnya dicaplok negara lain yang bisa memberikan kesejahteraan daripada makan hati dengan memegang teguh nasionalisme? Itu selama Pemerintah kita masih menganggap daerah perbatasan adalah bagian belakang rumah, bukan menganggapnya sebagai halaman depan rumah kita.

Kebudayaan Indonesia
Nasib serupa dialami para pelestari budaya Indonesia, seniman seperti kurang mendapat apresiasi dari Pemerintah. Padahal untuk memikat turis asing datang ke negara ini, Pemerintah seharusnya serius dan pandai mengelola sector wisata ini sebagai industri. Mulai dari membenahi hulu ke hilir, yakni dimulai dari daerah wisata, pelestarian kebudayaan daerah tersebut, sarana, dan prasarana, agen perjalanan, hingga promosi wisata besar-besaran melalui media informasi yang tepat. Sangat banyak investor yang berminat menggarap industri pariwisata kita, masalahnya Pemerintah tidak melihat peluang itu. Bandingkan dengan Malaysia dengan program Malaysia is truly Asia-nya.

Bangsa kita lebih beranekaragam budayanya mulai budaya Melayu (Sumatera), Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, dan lain sebagainya. Selain itu kita juga memiliki berbagai macam etnis pendatang seperti Arab, India, China, dan lainnya. Lengkap sudah, sebenarnya yang lebih pantas menyandang Truly Asia adalah kebudayaan Indonesia, justru lebih menarik ‘dijual’ ke negara lain daripada Malaysia atau Singapura.

Sekali lagi ya, karena Pemerintahan kita masih merem, eh tidak sih… mungkin tidak melihatnya. Andai negara ini ‘lebih’ peduli tentu kekayaan budaya ini sudah dipatenkan dan didaftarkan semua ke UNESCO. Tidak seperti sekarang ini, ketika ada negara lain yang ingin ‘melestarikan’ budaya kita -yang kita mungkin tak sadar kalau ternyata itu milik Indonesia- justru kita maki habis-habisan. Padahal, setelah mati-matian mempertahankan budaya tersebut, apa sih yang diperbuat Pemerintah? Melestarikan dan ‘menjualnya’ dalam event pariwisata kita, mendaftarkannya ke UNESCO, atau bagaimana? Sejauh ini saya tidak melihat langkah kongkrit Pemerintah untuk mewujudkan industri pariwisata nomor satu di Asia. Semoga Pemerintah lebih menghargai semangat nasionalisme rakyatnya sendiri, jangan malah mengkhianati merah putih hatinya rakyat Indonesia.

Puasa Bukan Saat Bermalas-Malasan

Romadhon memang sudah menjelang pertengahan bulan. Rupanya ada beberapa fenomena yang menarik yang patut saya soroti. Tapi kali ini saya mau menyoroti efek yang terjadi selama puasa ini di kehidupan lingkungan sekitar saya bekerja.

Puasa itu menyenangkan, puasa itu menjaga kesucian iman kita, itu benar. Tapi orang berpuasa itu ya jelas haus, lapar, dan kalau sudah dua hal itu timbul ya pastinya lemas, dan ngantuk.

Tapi puasa di tempat kerja saya sebenarnya kurang mendapat 'tantangan', selain karena kerjanya tidak berat, juga tempatnya ber-AC, terlindung dari panas. Tapi ini tidak berlaku untuk bagian packing dan store sama ceritanya dengan orang yang bekerja di lapangan, bisa berpuasa adalah hal yang mengagumkan.

Fenomena yang menarik ditempat kerja saya adalah rindunya kita pada waktu Dhuhur selain tentunya saat Maghrib menjelang. Kenapa coba? Karena disaat itulah semua insan (terutama cowok) berebut lebih dahulu menuju ke mushola untuk menjadi 'ta'mir' mushola. Maksudnya sih saling berlomba rebutan tempat di belakang shof untuk dijadikan tempat tidur.

Ya, sembari menunggu adzan Dhuhur tiba, meluruskan badan untuk sekedar melepaskan penatnya kerjaan kayaknya adalah hal yang wajib dilakukan. Tapi pada umumnya kegiatan bobok siang di mushola ini berlangsung setelah selesai sholat, artinya kan kewajiban sudah dipenuhi. Sebenarnya sih nggak ada masalah, nggak ada yang salah karena pada dasarnya perusahaan memberi waktu kita 40 menit untuk beristirahat dan sholat Dhuhur.

Mushola kami ini tidak terlalu luas untuk menampung karyawan yang berjumlah sekitar 90 persen muslim dari 3000 orang karyawan itu. Dengan luas sekitar kurang lebih 150 meter persegi, dimana kaum pria hanya mendapat jatah sepertiga dari luas total. Yang jelas pembagian ini didasari karena lebih dari 70 persen karyawan kami adalah wanita. Dengan kondisi yang sangat terbatas saja antre, apalagi bulan puasa, tentunya dikarenakan ingin berbuat 'ibadah'. Masalah timbul ya ketidaknyamanan saya melihat kondisi seperti ini. Tubuh-tubuh memanjang berjajar bergeletakan mengisi shof keempat (paling belakang) dan sebagian shof ketiga, bahkan kedua, persis seperti jajaran ikan pindang. Dengan kondisi seperti ini praktis suasana mushola menjadi kurang nyaman. Apalagi bagi orang seperti saya yang kadang break-nya telat. Sholat berjama'ah itu seperti mencari celah saja diantara orang-orang yang bergelimpangan.

Benar, puasa itu lapar, haus, capek, tapi yo mbok ingat waktu, lha wong jam istirahat cuma 40 menit. Malu dong sama operator production, yang umumnya karyawan wanita dimana waktu istirahat sangat terbatas. Istirohat ya istirohat rek, tapi ya jangan sampai lupa waktu apalagi memakan shofnya orang sholat. Malah bisa merusak amal ibadah kita padahal manajemen perusahaan tak kurang sudah menyediakan bangku-bangku untuk sekedar menyandarkan kepala sejenak. Benar sih, tidur adalah ibadah tapi sungguh ada ibadah yang lebih mulya yaitu bekerja mencari nafkah untuk keluarga.

Ada celetukan temen, "Untung Bos Besar kita bukan muslim." Padahal Bos Besar kami
yang ekspatriat itu dikenal sangat tegas dan suka mengkritik pedas. Hah, coba kalau dia Islam, mana ada yang berani mushola dijadikan tempat tidur.

02 September 2009

Belajar Membuat Bom

Sejak awal 2000-an Indonesia sudah ramai diteror berbagai macam ledakan bom dan yang terakhir ini adalah Bom di Ritz Carlton & JW Marriott. Saya jadi penasaran, kok bisa mereka bikin bom, bagaimana caranya? Oke mari kita belajar sama-sama membuat bom. Ini sekedar pengetahuan yang saya ketahui dari beberapa narasumber.

Pada prinsipnya bom (ledakan) akan terjadi jika dua bahan atau lebih bercampur/bereaksi secara eksotermis sehingga menimbulkan peningkatan volume yang besar, mendadak, dan (sangat) cepat. Nah… reaksi eksotermis itu kebanyakan dikarenakan oleh reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi ini bisa dihasilkan oleh oksidator yang sangat kuat sehingga cepat terjadinya.

Bahan-bahan seperti periodat, perklorat, permanganat dalah oksidator yang sangat-sangat kuat. Namun jangan dikira anda mudah mendapatkannya, selain yang harganya mahal, ijin untuk mendapatkannya juga ketat, harus ada link orang dalam atau kenalan. Salah satu bahan pembuat bom adalah kalium periodat, harganya busyetttt man, mahal sekali! 25 gram saja Rp 1,540,000.

Nah, jika kita sudah mempunyai bahan-bahan tersebut maka tinggal dipilih saja bahan yang sekiranya memiliki propertis expand volume yang besar dan cepat. Yang paling mudah kita dapatkan di pasaran, contohnya adalah Urea salah satunya. Urea selain dikenal sebagai pupuk, banyak mengandung sumber N dan C sehingga kalau terjadi reaksi dengan oksidator (misalnya periodat) akan terjadi desakan dari gas-gas yang terbentuk. Kalau panas sih hanya untuk tambahan saja supaya expand volume yg terjadi menjadi lebih cepat. Daya ledaknya sih memang tidak begitu besar tapi kalau ureanya setandon ya satu kota hancur kabeh... apalagi kalau sekitar tempatnya diberi mur, baut, paku, gotri sudah jadi bom yahud yang mematikan.

Masalahnya, sekarang oksidator-oksidator kuat itu sudah tidak dipasarkan secara bebas dan ijinnya susah. Mungkin karena kejadian bom bali itu. Pernah seorang teman mencoba cari permanganat di jalan Tidar, Surabaya. Eeh.. sudah tak ada yang mau jual semua, penjualnya trauma bom Bali. Mau bikin sendiri? Harus berilmu tinggi dan punya fasilitas yang cukup untuk penelitian. Tapi ya...lantas jangan menyerah, kalau orang lain bisa kenapa kita tidak?

Well, Okay itu saja dulu ilmu bom yang saya dapat sementara. Saya juga masih penasaran tapi lain kali kita lanjutkan lagi pembahasan ini.

Jurnalisme Teror II: Agar Aktivis menjadi Hedonis


Sebuah tayangan televisi pada 14 Februari lalu membuat saya tercengang. Komedian yang sedang terbaring sakit, Pepeng–pembawa acara Kuis Jari Jari- diberi hadiah Valentine oleh pembawa acara Espresso di ANTV. Keterkejutan saya karena hadiah tersebut adalah Al Qur’an.

Ini merupakan bentuk “kecanggihan” orang/kelompok/organisasi yang berusaha menghancurkan Islam secara halus. Betapa tidak, Al Qur’an, sebuah Kitab Suci yang berisikan wahyu Allah, “dinistakan” dengan cara dijadikan sebagai hadiah pada acara Valentine yang bermuasal dari agama paganisme. Hak dan batil dicampuradukkan. Cara itu menggiring opini pemirsa yang mayoritas umat Islam, bahwa Valentine itu kompatibel dengan Islam. Toh, Al Qur;’an dijadikan sebagai gift. Luar biasa halusnya.

Cara halus mereka–yang tentu saja telah dilakukkan lebih dari seratus tahun– telah berhasil. Contoh kecil tapi menyedihkan: Di hari yang sama, vokalis band terkemuka (antara Radja dan Pasha Ungu) yang istrinya melahirkan tepat pada Hari Valentine, menamakan anaknya: Muhammad Valentino. “Muhammad itu nama Nabi, dan Valentino sebagai bentuk untuk mengingat hari kasih sayang,” kata mereka.

Kisah enam bulan lalu itu saya angkat kembali untuk mengingatkan, betapa media--cetak apalagi elektronik-- memiliki kekuatan dahsyat untuk membentuk opini, mengubah mind-set, dan membentuk budaya. Ingat kata futurolog Alvin Toffler. “Abad 21 adalah era informasi. Siapa yang menguasai informasi, maka akan menguasai dunia.”

Satu bulan terakhir ini—setelah Marriot dan Ritz Carlton meledak—sesungguhnya kita tengah digiring oleh hampir seluruh media untuk sependapat bahwa: teroris itu Islam; teroris itu berjanggut, bercadar dan dari pesantren; teroris itu ahli bekam dan herbal; teroris itu aktifis masjid; teroris itu orang yang pernah ke Poso, Ambon dan Afghanistan. Tak percaya?

Lihat saja bagaimana para jurnalis itu beraksi. Koran Tempo kerap kali menampilkan foto para tersangka teroris dengan wajah khas para aktivis Islam: berjanggut, bersorban dan lainnya. Pernah, dalam headlinenya—salah satu koran yang juga bersemangat menentang UU Pornoaksi-- itu menulis pemikat beritanya dengan sangat tendensius dan stigmatif. “Ia ahli bekam dan pengobatan herbal,” tulisnya menunjuk pada sosok Syaifudin Zuhri, ustadz yang menurut mereka merupakan teroris.

Setali tiga uang dengan media elektronik. Mereka-- TV One, Metro TV, SCTV, ANTV, RCTI—tak bosan-bosannya menampilkan wawancara dengan para keluarga yang diduga teroris. Perhatikan apa yang terlihat dalam gambar! Para anggota keluarga itu, memakai simbol-simbol kekaffahan seorang muslim saat diwawancarai: berjilbab, bersarung, bercadar dan berbaju gamis. Visual itu seolah ingin mengatakan: Ini loh, orang-orang yang berjilbab itu sesungguhnya sumber lahirnya teroris.

Konspirasi
Anda pernah menyaksikan film “Conspiracy Theory”, yang dibintangi Mel Gibson dan Julia Roberts. Film yang dirilis tahun 1997 itu menceritakan tentang seorang maniak teori konspirasi bernama Jerry Fletcher (Mel Gibson) yang bekerja sebagai sopir taksi.

Pria tampan berpenampilan cuek tapi terlihat cerdas tersebut memiliki kekasih bernama Alice Sutton (Julia Roberts) yang bekerja untuk pemerintah. Jerry yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah memiliki teori yang disebutnya Conspiracy Theory atas dugaan pembantaian yang dilakukan oleh beberapa tokoh politikus. Ternyata, tanpa diduga salah satu teori Jerry menjadi kenyataan.

Jerry pun diburu oleh sekelompok orang asing atas suruhan politikus yang terlibat dalam teori konspirasi tersebut. Bahkan Jerry harus dibunuh sebelum teori itu menjadi pusat perhatian masyarakat. Satu-satunya orang yang dapat dipercaya oleh Jerry adalah Alice, wanita yang dicintainya. Namun sayangnya Alice tidak tahu apa yang harus diperbuat karena semua mengandung misteri.

Konspirasi-konspirasi seperti yang digambarkan di dalam film Conspiracy Theory itu memang ada. Di dalam dunia usaha global, perusahaan besar membeli produk-produk setiap harinya, adalah bagian dari konspirasi untuk memperbaiki harga di pasar dan mengurangi kompetisi. Begitu pula dalam ranah politik, sosial dan lainnya.

Bagi orang yang tidak percaya selalu menganggap semua hanya olok-olok, mengada-ada, menyia-nyiakan waktu, kurang kerjaan, dan sebagainya. Orang-orang JIL, misalnya, menyebut para penganut teori ini sebagai “kemalasan berpikir”.

Namun, bagi saya, percaya pada konspirasi merupakan “kejernihan berpikir”. Tak sulit untuk menyimpulkan sebuah peristiwa adalah konspirasi atau tidak. Cukup menelaah pra kejadian, saat kejadian dan setelah kejadian. Biasanya, jika kita mau sedikit cermat, ada saja ditemukan kejanggalan-kejanggalan dan benang merah.

Mari kita bedah peristiwa pemboman Marriot dan Ritz Carlton. Sebelum bom meledak, travel warning diberikan pemerintah Australia kepada warganya agar tak mengunjungi Indonesia. Kemudian, polisi menemukan bom di Cilacap. Sebelum itu, polisi juga menangkap teroris di Palembang. Pola ini selalu sama dengan pemboman yang sudah-sudah: Bom Bali I, II, dan Kedubes Australia (2004). Sebelum peledakan terjadi, didahului travel warning, penemuan bom dan lainnya.

Lalu, hari H peledakan, terdapat banyak kejanggalan. Bagaimana mungkin JW Marriot dan Ritz Carlton bisa disusupi, padahal pengamanan di sana, sejak dibom pada 2003, sangat ketat. Saya pernah masuk ke Marriot pada Juni 2007. Pengamanannya berlapis, tak sembarang orang bisa masuk.

Kalaupun dugaan saya di atas masih lemah, mari kita lihat apa yang terjadi setelah bom meledak—yang menurut saya mengindikasikan dengan kuat adanya konspirasi. Pasca peledakan, semua media gencar memberitakan kasus ini, hingga sekarang. Liputan langsung dibuat. Tak cukup dengan itu, juga diundang para nara sumber yang memiliki pandangan sama, salah satunya mantan Kepala BIN. Dua kali ia diwawancarai TV One, dan satu kali oleh Metro TV. Statementnya selalu sama: “Teroris itu akan selalu bermunculan jika akar penyebabnya tak dihabiskan, yakni wahabisme dan ikhwanul muslimin,” kata dia.

Pernyataan ini menjadi menarik. Pertama, beberapa bulan sebelum peledakan, muncul buku Ilusi Negara Islam yang diterbitkan orang-orang liberal. Isinya idem ditto dengan ocehan mantan Kepala BIN itu. Buku yang diedit Abdurrahman Wahid itu—lucu juga kok bisa Gus Dur yang penglihatannya tak sempurna bisa mengedit—menyatakan bahwa di Tanah Air ada ideologi transnasional yang harus diwaspadai: wahabisme, ikhwanul muslimin. Disebutkanlah nama-nama organisasi pengusung ideologi tersebut: MMI, DDII, HTI, PKS, dan FPI.

Kedua, seolah ingin menindaklanjuti pernyataan mantan Kepala BIN itu, pihak kepolisian mulai membabi buta memberantas teroris. Di Purbalingga, anggota Jamaah Tabligh ditangkap karena dicurigai teroris saat mereka khuruj di masjid. Dan yang paling memprihatinkan, kepolisian akan mengawasi ceramah agama di masjid dan mushola, termasuk di bulan Ramadhan. Neo Orde Baru telah datang.

Pasca peledakan, sudah teramat jelas, pihak yang paling dirugikan oleh kepolisian dan pemberitaan media adalah umat Islam. “Kolaborasi” ini tentu saja akan memudahkan mereka untuk melakukan “teror” kepada umat Islam. Dan media pun akan kian mudah menciptakan opini bahwa teroris itu adalah Islam berjanggut, berjilbab dan aktivis masjid. Dengan cara ini mereka berharap: para remaja, pemuda dan umat Islam pada umumnya, akan takut datang ke masjid, mengikuti pengajian, dan menjadi Islam yang kaffah. Dari pada ditangkap, lebih baik menjadi kaum hedonis: yang asyik masyuk berdugem ria, menonton film porno, menyaksikan sinetron. Juga lebih baik menjadi kaum liberalis dan sekularis: yang mempromosikan Islam yang bebas tak bertanggungjawab.

Dan jangan kaget, bila suatu saat nanti, Al Qur’an akan menjadi hadiah wajib saat Hari Valentine. Naudzubillahminzalik. Masihkah kita mengaggap ini bukan rekayasa? Wallahua’lam.

Erwyn Kurniawan, S.Ip, Alumni FISIP Universitas Nasional dan sekarang sebagai Editor di Maghfirah Pustaka

Copas dari: eramuslim.com