Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

29 Oktober 2010

Dua Pemuda Afsel Berhaji Naik Sepeda

MAKKAH–Melewati Bostwana, Zimbabwe, Mozambique, Malawi, Tanzania, Kenya, Turki, Suriah, dan Yordania, Nathim Caircross (28 tahun) dan Imtiyaz Ahmad Haron (25 tahun) mengayuh sepeda ke Arab Saudi. Setiap hari mereka harus mengayuh sejauh 80-100 km, bermula dari Cape Town, Afrika Selatan.

“Mengayuh sepeda ke Kerajaan dari Cape Town adalah pengalaman yang melelahkan. Kami melakukan perjalanan dengan cara ini sehingga kita siap untuk menjalani kerasnya ibadah haji,” kata Cairncross, yang berprofesi sebagai perencana kota, sepeti dikutip arabnews.com.

Di Cape Town mereka kuliah hukum Islam di sebuah universitas. Cairncross hobi berselancar angin, Haron hobi kickboxing dan mendaki gunung. Cairncross kemudian kursus perencanaan kota yang kemudian mengantarnya kepada dunia kerja. Mereka mengaku bahagia begitu tiba di perbatasan Arab.

Mereka memulai perjalanan pada 7 Februari 2010. Ini adalah perjalanan haji pertama mereka. “Kami bisa naik pesawat, tapi kami menghargai perjalanan yang berbeda. Jadi kami memilih menggunakan sepeda kami. Bersepeda adalah kegiatan yang paling kami sukai,” kata Cairncross.

Senja tiba, mereka akan mencari masjid atau memasang untuk beristirahat. Selepas Subuh, mereka melanjutkan perjalanan lagi. Selama perjalanan, Selama perjalanan,eka menemukan orang-orang yang ramah dan menyambut baik mereka. Orang-orang salut atas perjalanan haji mereka. Tawaran makan pun berdatangan selama di perjalanan

Mereka membawa bekal yang minim. Tawaran bantuan uang pun berdatangan kepada mereka. Di perbatasan Arab, petugas keamanan juga menyambut ramah dua jamaah yang harus pula turun naik pegunungan dengan mengayuh sepeda. Melewati sembilan negara selama sembilan bulan, mereka sering mengganti ban dan memperbaiki rantai sepeda.

Masalah bahasa sedikit menjadi kendala dalam perjalanan mereka. Tapi, mereka bisa mengatasinya. Selesai berhaji, mereka akan pulang melalui Afrika Barat. mch/Riyanto

28 Oktober 2010

Tuhan Mengirimkan Pesannya Lagi Untuk Bangsa Indonesia

Letusan Merapi, Oktober 2010
Belum tuntas penanganan dan pemulihan bencana di Wasior, Papua Barat. Ternyata Allah mengirimkan pesannya lagi untuk kita dihari yang hampir bersamaan. Tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat dan letusan Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Mungkin ini adalah cara Tuhan berbicara kepada kita pada bangsa Indonesia agar saling menyayangi dan merasakan kesatuan sebagai bangsa. Bencana Wasior bukan milik Papua Barat saja, tapi semua bangsa Indonesia harus merasa prihatin dan saling bahu membahu membantu. Begitu pula dengan bencana yang kini sekaligus melanda pulau Jawa dan Sumatera. Ini bukanlah bencana personal, dimana kita yang sekarang tak terkena musibah hanya berucap alhamdulillah bukan ditempat kita, atau malah berkata tsunami, gunung meletus, gak ngefek tuh di sini. Atau malah berkata makanya kalau tinggal jangan di gunung atau di pulau pulau yang rawan tsunami!

Tsunami Mentawai, Oktober 2010
Bagaimana bisa anda sebagai manusia apalagi berbangsa Indonesia berkata sedemikian keji itu? Bagaimanapun duka dan bencana itu adalah rahasia Tuhan, dimana saja kita berada, andaikan mau Allah pasti bisa menurunkan cobaan untuk kita. Tak terkecuali dengan tempat tinggal kami (Kepulauan Riau) dan pulau Kalimantan yang secara teori aman dari gempa karena tak berada pada patahan bumi. Bisa saja bencana lain seperti puting beliung, banjir, atau kelaparan yang malah datang, who knows?
Jadi masihkah kita sebagai bangsa masih menganggap bencana itu hanya derita warga sekitar dan tanggung jawab Pemerintah saja?

Merapi telah mencuri lebih dari 20-an nyawa dan belasan korban luka bakar dan gangguan ISPA serta puluhan ribu warga terpaksa mengungsi di pengungsian. Belum lagi harta benda dan rumah yang rusak serta 300-an ternak sapi menjadi korban. 


Begitupula dengan pulau pulau kecil di sekitar kepulauan Mentawai yang telah merenggut lebih dari 300-an nyawa serta ratusan orang masih dinyatakan hilang. Belum lagi pemulihan pemukiman yang porak poranda.
Apalagi faktor jarak dan cuca untuk menjadi kendala tersendiri untuk secepatnya menyalurkan bantuan dan pemulihan. 
Bagaimanapun juga kita tak bisa memilah milah bencana, namun aksi dan tindakan yang responsif yang diperlukan dari kita. Kalaupun kita tak bisa turun sebagai relawan atau menyalurkan bantuan ke tempat bencana, masih banyak LSM dan media lain yang bisa dipercaya untuk membantu mereka, saudara saudara kita yang bernasib kurang mujur itu.
Seperti dibawah ini:
Salurkan peduli anda melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT):
Rekening Peduli Merapi: BCA No. 676 030 3133, Mandiri No. 128 000 4723 620, BNI Syariah No. 009 611 0239 a/n Aksi Cepat Tanggap.

Rekening Peduli Mentawai: BCA No. 676 030 2021, Mandiri No. 101 000 563 4264, BSM No. 101 000 5557 a/n Aksi Cepat Tanggap.

Jadi masih pantaskah kita berdiam diri?