Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

29 Agustus 2019

Resensi Film Moon (2009)


Anda pernah menyaksikan Robinson Crusoe (Pierce Brosnan), Castaway (Tom Hanks), atau Buried (Ryan Reynolds)? Kira kira film seperti itulah Moon. Cerita tentang kesendirian atau terdampar pada suatu tempat yang jauh dari siapapun dan keluarga selalu menarik, dan akan selalu menampilkan perang psikologis, dan mungkin membuat para penonton terbawa.

Cerita Moon, yang dibintangi aktor watak yang selalu tampil bengal, Sam Rockwell yang kebetulan juga berperan sebagai Sam Bell. Nah, Sam Bell adalah seorang astronout yang ditempatkan di stasiun ruang angkasa "Sarang" (bahasa korea, arti Cinta) yang berada di bulan. Dia dipekerjakan oleh Lunar Industries, yang menambang Helium.

Sam meninggalkan bumi ketika istrinya Tess sedang mengandung anaknya. Sam, seorang diri berada di stasiun ruang angkasa tersebut. Eh, enggak ding, dia menghabiskan waktunya bersama robot pintar bernama Gerty, disuarakan oleh Kevin Spacey. Ya, nggak setragis Tom Hanks di Castaway yang hanya bicara sama bola volley Wilson. Bersama Gerty, segala aktivitas dan informasi keseharian Sam tercatat, dan sehari hari berkomunikasi. Diceritakan bahwa komunikasi dengan Bumi terganggu, sehingga tidak ada komunikasi video dua arah (live). Bahkan saat berkomunikasi dengan istrinya dia hanya bisa melalui pesan video. Diceritakan anaknya sudah lahir dan sudah besar. Sam merasa sudah hampir 3 tahun di stasiun tersebut, dan sebentar lagi pulang, sesuai kontraknya. Masalah mulai timbul ketika dia memeriksa kondisi di sekitar bulan dan terlibat kecelakaan. Dari situlah mulai terungkap kebenaran, dan apa yang terjadi sebenarnya.

Film Moon ini tidak benar-benar mengisahkan dunia sci-fi yang spektakuler. Latar belakang luar angkasa dataran bulan, bahkan hanya terlihat di beberapa scene saja. Ketika saat dia berpatroli mengecek kondisi bulan dan berusaha berkomunikasi dengan bumi. Selebihnya kita akan dibawa pada konflik batin, situasional, dan psikologis, yang diperankan dengan baik oleh Sam Rockwell.

Bagi anda pecinta teknologi sci-fi, anda tak akan mendapatkan apa yang diinginkan. Tapi bagi anda yang menyukai film yang bertema Psychological Thriller. Film ini bisa menjadi rujukan untuk anda saksikan.

Bagi pecinta film bertema kesendirian atau terdampar, dengan banyaknya konflik psikologis dan misteri, film Moon semenarik Castaway. Dan jauh lebih menarik, daripada anda menonton film bertema serupa namun minim di situasi dan cerita, yang banyak menampilkan lekuk tubuh artis dan adegan hot, ala film Blue Lagoon, Survival Island, atau yang terbaru A.I Rising.

27 Agustus 2019

Resensi Film Hereditary (2018)


Tadi malam saya nonton film Hereditary. Jujur awalnya saya lupa genre film ini, saya pikir ini film Drama, maklum beberapa hari ini nonton film Drama. Mulai nostalgia ke Notting Hill, Great Expectation, lalu mencari film baru Manchester by The Sea dan film yang aneh, semacam Life Itself. Maka dari itu saya nonton film seperti biasanya jam 10 malam ke atas, untuk menghindari adegan 17+ tersaksikan oleh anak-anak.

Eh, ketika dari awal pembukaan sudah disuguhi dengan aroma kematian, saya langsung ngeh... Waduh ini film Horror! sebenarnya saya nggak takut dengan film Horror Hollywood semacam Sinister, Polaroid, Brightburn dll. Tapi jujur kalau Conjuring series memang rada nggak enak dilihat sendiri malam-malam. Ketika film berjalan saya mulai menebak-nebak fim Horror ttipe gimana nih film.

Film dibuka dengan kematian sang nenek. Setelah sang nenek meninggal, keluarga ini masih terdiri dari 4 orang. Yakni Ayah, Ibu, sang abang seusia remaja, dan si adik cewek yang masih anak-anak. Sang ibu ini seniman, buat seni instalasi rumah (maket) yang mirip kali dengan aslinya. si adik cewek rupanya memiliki bakat seni dari ibunya, yakni suka nggambar apa aja. sang ayah sibuk dengan urusan bisnisnya, dan sang abang yang dalam masa kenakalan remaja, yakni mulai coba-coba ngeganja. Diceritakan juga bahwa si adik ini punya alergi pada kacang, yang mana keluarganya sangat selektif ngasih makan sama dia.

Setelah kematian sang nenek, beberapa kali si ibu melihat penampakan. Bencana mulai muncul ketika sang abang ngeganja di sebuah pesta temannya sambil ngasuh adiknya, dimana ayah dan ibunya ada urusan. Kemudian teror mulai melanda keluarga ini, apalagi ketika sang ibu mulai bisa berkomunikasi dengan roh. OK spoiler, jadi nggak saya jelaskan roh siapa ini.

Kemudian film ini terlihat lebih kelam dan aura mistis mulai nampak, apalagi ketika setan setan mulai bermunculan. Dan jleng..... ini ketika saya sadari film ini sangat mirip sekali dengan "Pengabdi Setan" Joko Anwar yang tayang di 2017. Ya, kengeriannya dan goalnya. Saya tidak tahu apakah Ari Aster sengaja mbacem (baca: plagiat) filmnya Joko Anwar tersebut. Tapi dari plot dan beberapa suasana film besutan Ari Aster memang bisa lepas dari bayang-bayang Joko Anwar, dimana ada skenario dan twist yang berbeda.

"Hereditary" secara arti bahasa adalah "Turun Temurun". Ya, intinya menurut saya apa yang mau disampaikan cerita ini mirip dengan Pengabdi Setan. Saya juga merasa 'nggak enak' lihat film ini. Saya rekomendasikan film ini deh, buat kamu para pecinta film Horror yang pingin terteror dan terbawa suasana.

Saya biasa download film disini