Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

29 Desember 2009

Anti Sistem Demokrasi Produk Indonesia

Sebenarnya sejak lama uneg-uneg ini ingin kutulis. Tapi mungkin baru kali ini saya siap mempertanggungjawabkan pemikiran saya.

Demokrasi, kata-kata ini sudah sejak kecil ditanamkan kedalam otak kita melalui pendidikan sekolah. Biasanya bapak atau ibu guru sering mencontohkan dalam mengambil keputusan di suatu forum rapat desa maka dilakukan dengan musyawarah desa, ini adalah salah satu contoh demokrasi. Benar, nggak salah, sistem demokrasi adalah kegiatan untuk menentukan arah keputusan berdasarkan pencapaian kata mufakat, secara jujur, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Yang jadi masalah, apakah penentuan pendapat dengan musyawarah atau voting telah mencerminkan kebenaran? Jawabannya TIDAK atau kalau ragu-ragu, bilang saja BELUM TENTU.

Kadangkala kita lupa, sebenarnya hal terpenting untuk berdemokrasi kita perlu meninjau satu landasan/ dasar, dimana keputusan tersebut akan diambil. Jadi hendaklah orang yang melakukan ini berilmu, paham dan bisa mempertanggungjawabkan dihadapan masyarakat dan Tuhan,serta mengerti baik buruknya keputusan yang terjadi.

Di dalam agama Islam ada Majelis Syura yang lebih kompleks mengatur demokrasi yang baik dan benar, yaitu harus berpegang teguh pada beberapa prinsip, antara lain:

1. Prinsip Syura Pertama: Musyawarah hanyalah disyariatkan dalam permasalahan yang tidak ada dalilnya.
Sebagaimana telah jelas bagi setiap muslim bahwa tujuan musyawarah ialah untuk mencapai kebenaran, bukan hanya sekedar untuk membuktikan banyak atau sedikitnya pendukung suatu pendapat atau gagasan.

2.Prinsip Syura Kedua: Kebenaran tidak di ukur dengan jumlah yang menyuarakannya.
Oleh karena itu walaupun suatu pendapat didukung oleh kebanyakan anggota musyawarah, akan tetapi bila terbukti bahwa mereka menyelisihi dalil, maka pendapat mereka tidak boleh diamalkan. Dan walaupun suatu pendapat hanya didukung atau disampaikan oleh satu orang, akan tetapi terbukti bahwa pendapat itu selaras dengan dalil, maka pendapat itulah yang harus di amalkan.

Bukan seperti demokrasi yang terjadi sekarang, seolah olah suara rakyat adalah suara Tuhan. Hmm... keblinger kok bareng-bareng.

28 Desember 2009

Pelanggaran dan Budaya Berlalu Lintas

Saya menulis ini, karena terus terang sudah jengkel dengan perilaku masyarakat Indonesia. Selain itu Pemerintah melalui Polri dan Dinas Lalu Lintas dan Jalan Raya belum saya lihat peran aktifnya dalam menegakkan budaya tertib dan disiplin berlalu lintas di jalan raya.

Padahal, hal ini berbanding lurus dengan tingkat kecelakaan di jalan raya. Harus diakui bahwa tingkat kecelakaan berlalu lintas di negara Indonesia ini sangat tinggi, tiap hari pasti ada korban tewas dalam kecelakaan lalu lintas (saya belum dapat angka pasti, nanti nyusul).

Kembali pada topik permasalahan, bahwasanya masyarakat dan pemerintah ini rendah perhatiannya dalam menegakkan aturan-aturan berjalan raya. Beberapa contoh di bawah ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang biasa terjadi di sekitar kita, antara lain:

1. Menyalip/mendahului kendaraan di depannya di garis lurus (tidak putus-putus).
Barangkali tidak semua pengguna jalan tahu arti garis putus-putus dan garis lurus. Padahal pada soal tes untuk mendapatkan SIM, pertanyaan itu selalu ada (nggak tahu kalau cara mendapatkan SIM dengan ’jalur lain’). Garis lurus (tidak putus-putus) biasanya ditandai pada tikungan, daerah yang sempit dan rawan kecelakaan. Oleh karena itu kendaraan tidak boleh menyalip kendaraan di depannya pada marka jalan ini karena akibatnya fatal.
Pelaku: Hampir semua jenis kendaraan melakukannya.

2. Berhenti pada perempatan/tikungan jalan raya.
Tindakan berhenti mendadak di tikungan/perempatan ini bisa mengakibatkan kemacetan yang luar biasa. Padahal biasanya halte umum berada tak jauh dari lokasi tersebut. Ealah... kok ya nggak berhenti disana toh? Parahnya hal ini sangat rentan mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
Pelaku: biasanya mikrolet/angkot, tukang ojek, atau bus sering melakukannya. Hal ini dikarenakan pula sikap (calon) penumpang untuk naik atau turun di tempat yang ’strategis’ ini.

3. Memotong laju kendaraan lain untuk kemudian berhenti atau belok kiri.
Seringkali ngalami tuh, apalagi lagi enak-enaknya menikmati jalanan lempeng mulus dengan memacu kendaraan sedang-sedang. Tiba-tiba didahului oleh angkot yang kemudian minggir dan minggir lalu berhenti dengan tempo yang cepat. Grrh... mangkel nggak sih!!! Ini kan berbahaya, coba kalau seandainya pengendara yang didahului itu nggak cepat menghindar, bisa tabrakan tuh.
Pelaku: biasanya sepeda motor, kendaraan umum seperti mikrolet/angkot dan bus kota, tapi tak jarang kendaraan pribadi juga sering memotong dengan tiba-tiba ketika hendak belok kiri.

4. Melawan arus lalu lintas.
Perbuatan melawan arus itu sama saja dengan menantang maut. Hal ini bisa mencelakai diri sendiri dan pengendara lain yang sudah benar di jalurnya. Biasanya para pengendara yang melakukan perbuatan ini dikarenakan ingin mengambil lintasan terpendek menuju tujuannya atau menuju U turn.
Pelaku: biasanya motor, becak, sepeda angin, bajaj, angkot dan kadang-kadang mobil pribadi.

5. Menerobos lampu merah
Pengendara yang melakukan ini pasti kebelet pipis atau eek. Perbuatan ini selain berbahaya bagi diri sendiri juga berbahaya bagi pengendara lain yang sudah taat lalu lintas. Namun bagi mobil Pemadam Kebakaran, Ambulance, atau mobil Polisi yang mengejar pelaku kriminal, perbuatan ini halal hukumnya karena alasan yang sangat mendesak.
Pelaku: semua pengendara jenis apapun pernah melakukannya.

6. Menyeberang Jalan Raya Sembarangan
Tidak hanya pengguna kendaraan yang mendominasi pelanggaran lalu lintas, pejalan kaki juga mengambil peran penting. Heran aku, sudah disediakan zebra cross atau jembatan penyeberangan kok ya nyebrangnya masih sembarangan. Jadi pejalan kaki kok ya nanggung, tinggal jalan bentar naik jembatan, atau bareng-bareng lewat zebra cross kan enak, daripada membahayakan nyawa sendiri.
Pelaku: semua pejalan kaki

Ya, sebenarnya masih buanyaaaak sekali pelanggaran lalu lintas yang terjadi di sekitar kita. Saya melihatnya itu bagian dari budaya bangsa Indonesia (dalam hati ngenes banget). Pemerintah lewat instansi yang terkait seharusnya mengambil peran aktif untuk memberi pengarahan dan sesekali atau memberikan hukuman atau peringatan untuk shock terapi. Hal ini tentunya menuntut konsistensi Pemerintah agar tertib hukum di masyarakat ini terjadi. Selain itu kita yang sudah mengerti cara berlalu lintas baik tidak terbawa budaya jelek lalu lintas kita.

Ketika saya jalan-jalan ke Singapura, rasanya senang banget lihat lalu lintas jalan raya yang tertib. Membandingkan ketertiban berlalu lintas disana dengan Indonesia, ibarat membandingkan Bumi dengan Langit. Pejalan kakinya bisa enjoy jalan di peditsrian, menyebrang jalan menunggu walking lamp menyala, dan tidak ada PKL jualan di trotoar. Coba bandingkan itu dengan Surabaya atau Jakarta!

Lagi-lagi saya harus mengakui bahwa bangsa Indonesia memang pantas ketinggalan jauh dari negara lain yang lebih berbudaya tinggi. Padahal displin diri adalah cermin dari sikap dan perlaku bangsa. Hmm..... kapan kita mau berubah maju kalau aparat Pemerintah selaku pembina perilaku masyarakat tidak memberikan contoh yang benar? Dari situ seharusnya timbul upaya bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun disiplin nasional dalam berlalu lintas.

27 Desember 2009

Transeksual Lagi, Semakin Menuju Akhir Zaman

Hmm... habis baca-baca berita, jadinya cuma bisa ngucap istighfar saja. Gara-garanya terjadi lagi peristiwa yang sangat memalukan. Kenapa saya bilang memalukan karena ini terjadi di Indonesia, apalagi pelakunya juga mengaku memeluk agama Islam.

Kali ini pelakunya bernama, Agus Wardoyo yang nekad berganti jenis kelamin jadi wanita yang sekarang bernama Dea (Nadia). Sistem Pengadilan Indonesia di kabupaten Batang pun akhirnya mengesahkan dia jadi wanita. Wah... wah pengadilan sok jadi Tuhan nih? Gak bener ini. Tapi saya paham, masalahnya nih kasus bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Jauh tahun 1970-an seseorang yang bernama Vivian Rubianto telah melakukannya. Jadi mungkin saja pengadilan tinggi Indonesia cuma refer to .... saja. Kok ya, gak ada improve gitu lho.

Lalu mengapa Majelis Ulama Indonesia tidak bertindak? Sebenarnya sudah, bahkan saya respek melihat MUI menanggapi. Melalui wakilnya, KH Ali Mustafa Ya'kub dengan tegas menyatakan bahwa merubah status gender itu haram hukumnya. Lha wong orang laki-laki pakai pakaian atau meniru gaya wanita itu sudah haram apalagi merubah kelamin. Masya Allah! Tapi suara keras MUI itu sayangnya seakan-akan cuma membentur tembok hukum Indonnesia tak bisa menggelitik telinga pemerintahan.

Hehehe.... sebenarnya saya sendiri kasihan lihat MUI, sepertinya nggak punya taring di negeri ini. Maklum di negara yang mengaku demokrasi, republik, bukan negara Islam, dan berdiri di atas hukum. Ternyata justru dimanfaatkan menjadi tameng oleh umat-umat Islam yang nambeng, mbalela pada agamanya sendiri. Dengan berlindung di atas negara hukum, kesetaraan gender, HAM, apalah... waduh piye karepe? Diatur para ulama saja susah, lalu apa sebenarnya sih yang dicari?

Menurut si Agus eh... Nadia seh, bahwa dia merasa selama ini jiwanya ini terperangkap pada tubuh seorang laki-laki padahal sebenarnya dia itu lemah lembut dan merasa wanita. Hahaha... lucu-lucu, sik tak ngguyu sampai terpingkal-pingkal. Coba berpikir, sifat yang diturunkan itu sebagian besar fisikal, sedangkan yang bersifat emosional itu dibentuk dari pergaulan dan lingkungannya.

Para dokter kandungan kayaknya sepakat sama saya, lha wong untuk tahu di USG bayi itu berjenis kelamin wanita atau laki-laki itu kan dilihat dari kelaminnya. Wah...wah lha ini kok nyalahi kodrat.

Sebenarnya sih aku sebagai umat Islam juga pingin njewer orang-orang yang diajak lurus susah, tapi kan MUI seharusnya punya kekuatan untuk itu paling tidak menekan DPR dan Presiden, untuk dibentuk Undang-Undang Syariah yang ngatur kehidupan umat Islam itu sendiri dan tidak overlapping dengan hukum Indonesia yang kacau ini.

Ya... mungkin ini tanda-tanda akhir zaman yang tak bisa dicegah, jadi selamat datang akhir zaman.

23 Desember 2009

Aku Pingin Kurus

Kalkulasi Diri
Sesuai dengan keyakinan kita, tentunya meski menjadi hal yang sangat tabu kalau menjadi jauh dari sempurrna. Hahahah ngomong opo toh aku ini, sebenarnya sih yang ingin aku bahas Cuma satu sih... yaitu pingin kurus lagi. Stop, awas kalau ketawa!

Ya sih, rasanya aku sudah jauh dari normal (termasuk gila tentunya). Tapi yang mau kusoroti adalah makin melarnya tubuh ini alias makin genduuut. Ya, lah semua orang pasti ngerti dan nggak perlu perbandingan lain untuk mengatakan aku ini memang gendut.

Masalahnya sih, perut sudah gak nyaman lagi dibuat jalan atau duduk, seolah ada yang mengganjal. Hmm... beda banget sama keadaan beberapa tahun yang lalu saat masih jadi pelari (cielah..... maksudnya pelari dari cewek satu ke cewek yang lain). Yalah... kini bobot sudah sangat-sangat tidak ideal dengan tinggi tubuh. Dengan berat 85 kg dan tinggi sekitar 169 cm, mari coba kita hitung BMI-nya? Dan hasilnya adalah 29.8. Sudah terlalu jauh dari bentuk tubuh ideal yang kudambakan, harus berubah nih.

Historical Review
Pertama kali masuk kuliah berat badan masih 55 kg, masih sangat ideal nih. Kira-kira itu sekitar tahun 1997 atau 1998, walah 10 tahun yang lalu. Itulah dulu mengapa aku juga sempat tes masuk AKABRI tapi gagal deh. Hehehe... kembali ke topik, saat itu ukuran celana mungkin masih 28 atau 29 tapi lama kelamaan, perubahaan terjadi sejak tiap hari aku sering mengonsumsi minuman bersoda dan kurang menjaga pola hidup. Hal ini akhirnya aku harus bekerja ekstra keras untuk menurunkannya lagi, dengan jadi pelari kepagian, karena di saat orang-orang masih terlelap aku musti berlari setiap hari. Hasilnya sih lumayan bisa turun sampai 60 kg.

Tapi nyatanya konsistensi diperlukan untuk menjaga tubuh agar tidak makin subur saja. Dulu sekitar 6 tahun yang lalu takut banget lho berat mencapai 70-an kg, tapi sekarang lha kok malah nembus angka 80. Pertama datang ke batam sekitar 4,5 tahun yang lalu masih 75 kg.

Gara-gara kurang aktifitas karena mungkin cuma otak saja (eh.. aku punya otak ya??), jadinya makan terus deh....

Counter Measure

Untuk mencapai bentuk tubuh atau berat ideal maka diperlukan target dan tindakan-tindakan yang realistis. Target, nggak perlu perut sampai six pack, cukup berat badan turun sampai sekitar 70 kg, artinya menghilangkan 15 kg.

Program latihan yang kujalani sit-up, push-up, lari tiap habis subuh, terus skipping-an. Nggak perlu banyak-banyak dulu awalnya, ntar langsung muntah, MC lagi heheheeh.....

Selain itu tidur cukup, makan dikurangi porsinya, hindari ngemil, dan banyak-banyak minum air putih (mineral). Oke dah.. kita lihat 3 bulan lagi, apa ada perubahan.

22 Desember 2009

Kalau Berkerudung Mengapa Harus Pakai Legging?

Siapa sih yang tidak kenal dengan celana legging? Celana tipis yang press body dan berbahan elastis seperti kaus kaki panjang yang lazim digunakan penari balet.

Legging memang terkesan santai dan nyaman digunakan, bahan yang lentur, dan bagus seakan membuat kaum hawa tergila-gila untuk memilikinya. Apalagi warna hitam/ gelap dan berbagai corak seakan membuat legging menjadi asyik bila dipadu-padankan dengan atasan (baju) apapun yang berjumbai.

Banyak artis-artis penyanyi Indonesia yang lebih suka memakainya dan memadankan dengan atasan (pakaian) yang terkesan mini (sepangkal paha). Tampak sah-sah saja dan terlihat ’menyenangkan’ dan ’lebih sopan’ dibanding buka-bukaan menonjolkan pahanya. Jadilah trend legging menjadi mode yang in saat ini, kira-kira ini adalah langkah yang aman daripada membuka bagian pahanya.

Namun era legging ini tampaknya mulai menyentuh pada berbagai macam kaum dan golongan. Celana yang lebih pantas menjadi celana aerobik itu ternyata banyak dipadu-padankan oleh para wanita di sekitar menjadi celana santai. Mereka banyak memakainya untuk jalan ke tempat mall-mall, arisan atau ke tempat rekreasi bersama keluarga. Celakanya wanita muslim yang berkerudung / berjilbab yang mengaku trendi tak mau ketinggalan pula berpartisipasi memadu-padankan legging. Benar memang legging menutupi sampai mata kaki wanita tapi lihat dulu penampilannya?

Pernah nih, suatu hari aku bertemu dengan mahasiswi di salah satu Universitas di Batam. Pertama sih aku kagum lihat jilbab atau kerudungnya yang panjang menutupi bajunya, tampak panjang namun modis (ada bordirannya). Kemudian dia keluar mobil, .... bajunya sih memang panjang, tidak press body bercorak bagus menutupi sampai pangkal pangkal paha... tapi astaghfirullah, mengapa harus pakai legging? Aurat kaki ke bawah sih memang tertutup tapi bentuk lekuk tubuh dari paha sampai betis terekspos lho! Bagi pria normal tentu langsung cleguk... hehehe...

Sebenarnya hakekat dari berkerudung sendiri itu kan menutupi semua aurat dari pandangan pria yang bisa menimbulkan syahwat. Lah ini, sudah bagus-bagus kerudungnya, bajunya, lah kok harus pakai legging. Sebenarnya nggak ada salahnya bagi golongan tertentu untuk mengenakan pakaian model ini dan sah-sah saja. Tapi wanita muslim pada khususnya, tentu akan lebih bijak menghindari memakainya kecuali di rumah bersama keluarga dan sang suami tercinta. Ataupun kalau ingin memakainya mungkin bisa memadu padankan dengan pakaian muslim yang panjangnya lumayan (kira-kira sebetis-lah), sehingga konsep. hakekat pakaian berkerudung atau berjilbab tetap terjaga dengan indah.

21 Desember 2009

Kontroversi Film Suster Keramas

Video Hot Rin Sakuragi di Film Suster Keramas

Maxima Pictures kembali membuat kontroversi dengan akan merilis Film Horor Suster Keramas. Yang menjadi kontroversi adalah film ini dibintangi oleh Rin Sakuragi. Siapa dia? Artis pendatang barukah? Sama sekali bukan, dia adalah artis film porno asal Jepang.

Walaupun dulu sempat gagal untuk menghadirkan bintang film porno asal Jepang Maria Ozawa alias Miyabi dalam film Menculik Miyabi rupanya Maxima Pictures tak putus asa dan kembali mencoba menghadirkan bintang porno lainnya asal Jepang yang lain, yaitu Rin Sakuragi dalam film Suster Keramas ini.

Film Suster Keramas ini sebenarnya tak lebih dari tipikal film bergenre horor yang berbau seks lainnya. Sama seperti kebanyakan film horor di Indonesia yang dibintangi oleh Julia Perez, Dewi Perssik atau lainnya. Memang banyak mengumbar adegan buka-bukaan dalam film ini dan ini formula yang biasa dan sama yang dipakai kembali produser Ody Mulya untuk menggaet penonton lebih banyak lagi. Trik mengumbar tubuh cewek seksi seakan menjadi kunci keberhasilan bagi Maxima Pictures untuk terus membuat film yang berbau esek-esek.

Film Suster Keramas mengisahkan seorang wisatawan Jepang (Rin Sakuragi) yang mencari saudaranya yang berprofesi sebagai suster di Indonesia. Ironisnya, saudaranya itu ternyata sudah meninggal. Dari situlah kemudian alur cerita itu mengalir dan kejadian-kejadian aneh lainnya terjadi.

Rencananya film Suster Keramas ini akan diputar pada tanggal 31 Desember 2009 nanti. Mungkin film ini akan lebih hot dan kontroversial dibandingkan film garapan Maxima Pictures yang saat ini masih laris manis ditayangkan dibioskop-bioskop di Indonesia, yaitu Air Terjun Pengantin yang dibintangi oleh Tamara Bleszynski dan artis seksi lainnya.

Hmm... lalu apakah film yang disutradarai Helfi Kardit ini nantinya akan menuai kontroversi karena banyak mengumbar adegan porno seperti film ML???? Kita tunggu saja....

Sekilas Tentang Rin Sakuragi

Bintang AV Idol, bintang film porno di Jepang yang laris manis bahkan lebih terkenal dibanding Miyabi. Wajahnya cantik dan masih muda, kelahiran tahun 1989. Kurang lebih 20 film porno ia geluti dan bahkan diantaranya menduduki peringkat 2 japanese AV Idol. Juga membintangi beberapa serial drama, Rin Sakuragi memang artis serba bisa.

Profil Rin Sakuragi:
Birthdate : March 3, 1989
Zodiac : Pisces
Birthplace : Hyogo, Japan
Blood type : B
Height : 158 cm (5 ft 2 in)
Measurements : 83-57-82 cm (33-22-32 in)
Cup : C65
Hobby : Watching movie, playing with dog
Special skill: Cooking

Diambil dari berbagai sumber

Tuhan Memberikan Kita Banyak Cara Untuk Berbuat Kebaikan Sepanjang Hari

Ceritanya nih, aku habis training coaching & counselling beberapa hari yang lalu. Mulanya sih selama ini aku cuek abis pada segala sesuatu yang ada sekitar. Tidak terlalu peduli pada sekitarnya kasarannya. Habis training ini, kok mata hatiku mulai terbuka lagi ya, maksudnya mungkin naluri kemanusiaan, moral dan kesetiakawanan sosial.

Ternyata kalau kita lihat, Tuhan selalu memberikan kita berbagai cara yang istimewa agar kita berbuat baik pada orang lain, atau makhluk lain. Cuma, kita sendiri peka nggak pada kondisi tersebut. Kadangkala kita terlalu asyik pada diri kita.

Contohnya begini, dalam perjalanan mau kerja kadang tak sengaja kita menemuka ranting kecil yang melintang di tikungan, kita tahu, lalu apakah kita menghindar saja dan tak perlu menyingkirkannya? Itulah yang disebut egois. Jika seperti itu kan lebih baik kita berbuat untuk orang banyak denngan menyingkarkan ranting itu.

Contoh yang kedua, dalam perjalanan pulang kerja larut malam dengan istri, -dimana berharap lekas berjumpa dengan anak dan berharap masih belum tidur, tiba-tiba bertemu dengan pengendara motor yang mungkin kehabisan bensin. Egoku berkata, toh kita tidak tahu orang itu, bukan tetangga pula buat apa diurusin toh banyak orang lain yang akan menolongnya. Padahal kita mungkin mampu mengantar menarik/mendorong motornya sampai SPBU atau toko penjual bensin tapi kenapa kita tak mencoba melakukan suatu kebaikan? Apa anda terlalu egois untuk cepat-cepat beristirahat, bayangkan bila hal ini terjadi pada anda. Untung kalau cuma habis bensin saja, kalau tabrakan di tengah jalan dan tak ada yang menolong.

Mulai sekarang biasakanlah berbuat baik pada lingkungan sekitar anda. Anda pasti sempat, toh nonton Sang pemimpi saja anda sempat, apalagi berhenti sebentar untuk 'mencari surga'. Yakinlah, Tuhan tidak tidur, segala perbuatan baik pasti menuai kebaikan pula.

20 Desember 2009

Di Periode kedua Pemerintahannya, SBY makin menunjukkan kelucuannya

2009-2014 adalah periode kedua SBY memerintah RI ini, kali ini dia berpasangan dengan Boediono. Sayang, belum genap 100 hari duet kepimimpinan ini telah diguncang banyak prahara tentang korupsi.

Mulai dari skandal kriminalisasi KPK hingga Century Gate. Sayangnya langkah-langkah yang diambil Presiden untuk menyikapi kedua permasalahan ini jauh dari koridor hukum yang berlaku.

Publik tentu ingat bagaimana Presiden menyuruh seolah meniadakan/mem-peti es-kan masalah kriminalasisi Bibit dan Chandra yang notabene Ketua KPK. Setelahh sempat ditahan oleh Polri dengan tuduhan yang kurang teruji kelayakannya (istilahnya cuma fakta semu, dengan tuduhan yang kurang berdasar dari Anggodo)-sudah dibatalkan Ari Muladi. Benar, kami senang akhirnya Bibit dan Chandra di bebaskan, tapi masalah itu belum tuntas. Kalau memang mau diselidiki, selidiki saja sekalian Kepolisian dengan kabareskrim dan Kejaksaan. Seolah-olah tindakan Presiden ini cuma menyelamatkan muka Pemerintahannya saja, dan melanggar koridor yang berlaku dengan mencabut perkara yang sudah P21. Sebenarnya saya setuju dengan Pak Eggy Sujana, saya kawatir hal ini akan jadi kebiasaan Bos besar RI 2009-2014 itu.

Dan kali ini Century Gate telah merembet ke jajaran Pemerintahannya yang tersangkut, yakni Boediono dan Sri Mulyani. Setelah dibentuk Pansus Century Gate, tampaknya Presiden mulai gerah lagi. Terbukti himbauan agar Boediono dan Sri Mulyani non aktif dulu disikapi dengan sedikit emosional menurut saya, pada konferensi pers yang digelar disela-sela konferensi di Kopenhagen, Denmark. Seolah-olah Pansus ini mengganggu Pemerintahannya saja dan ingin reputasi 100 hari program kerjanya tak berjalan. Hhehe.. lha kok malah nyarikambingg hitam kalau Pemerintahannya gagal dalam 100 hari ini, karena direcoki berbagai pihak. Ini lak yo persis anakku yang masih Balita, mau main sendirian aja anak lain gak boleh ngganggu mainan barunya. Habis itu kalau merasa ditekan di DPR atau politikus lainnya, meniba-iba di depan publik, menangis lagi wah.. wah....lucu... gemesin dan pingin njewer!!!

Hmm... entah apalagi yang bakal diperbuatnya nanti. Saya sih cuma berharap agar Presiden bisa menegakkan hukum dan Pemerintahan ini dengan benar. Kami rakyat kecil hanya bisa mengawal dan mengingatkan agar negara ini tidak terjerumus menjadi negara satu golongan saja. Kita semua berharap Indonesia menjadi rumah yang sejuk bagi masyarakat yang cinta keadilan dan berdiri di atas hukum.

15 Desember 2009

Dunia Peradilan Tanpa Orang Hukum

Sebelum saya membahas lebih jauh tulisan ini saya mohon maaf jika ternyata ada pihak-pihak yang tersinggung dan merasa keberatan atas artikel ini. Ini hanyalah konsep menurut presepsi dan pandangan saya. Saya tahu, tidak semua orang seperti yang saya maksudkan. Kalau orang barat bilang, ”Don’t judge by the cover!”

Selama hidup saya ini, dunia peradilan di Indonesia ini bermasalah, artinya tidak semua orang mendapat perlakuan yang sama di mata hukum. Hukum di negara tercinta ini sangat relatif tergantung jauh dekatnya dengan kekuasaan, uang, dan jabatan. Jadi kalau anda masyarakat tidak berada di ’jalur yang tepat’ maka jangan harap anda mendapatkan keadilan di sini.

Perangkat pengadilan yang terdiri dari Hakim, Jaksa, Pembela seolah hanya menjadi lawakan di panggung keadilan. Apa yang salah sebenarnya? Kenapa terjadi banyak persepsi bagi hukum? Bukankah hukum pasti ada dasarnya yaitu Undang-Undang? Lantas kenapa harus dibikin masalah sepele menjadi rumit. Kalau sudah jelas salah ya salahkan, tidak perlu mencoba mencari pembelaan yang mengaburkan fakta. Tapi.... faktanya terjadi demikian dan berulang, sampai-sampai saya merasa bosan dan malu menjadi warga negara Indonesia.


Ganti Saja Sarjana Hukum Dengan Para Teknokrat
Aku lantas berandai-andai, sebenarnya apa sih membuat terjadi ’kekacauan’ hukum di Indonesia ini. Yang benar bisa jadi salah, sedang yang salah gak mau disalahkan? Hufh..!!! Apa karena landasan undang-undangnya yang tidak kuat? Apa tidak semua orang hukum mengeri undang-undang, hingga harus mbulet berputar-putar. Dan akhirnya yang dicari bukanlah menghukum yang berbuat salah, tapi mencari kemenangan. Wah repot kalau gini? Memangnya hukum itu untuk dimenangkan?


Susah memang, kadang aku malah berpikir sebenarnya konsep membuat lembaga hukum yang bernama pengadilan itu apa sih? Apa mencari kemenangan dari suatu kasus? Atau membuktikan kebenaran dan kesalahan?

Bahkan seseorang yang jelas-jelas salah di mata undang-undang ternyata bisa lolos di pengadilan, hanya karena mempunyai pengacara yang handal dan pandai memutarbalikkan fakta. Lantas, kalau begini apa sih yang bisa kita andalkan dari suatu pengadilan? Jangan harap bisa memenangkan kasus kalau tak punya uang! Padahal bukankah sejatinya tugas Hakim adalah memutuskan perkara, Jaksa adalah menuntut hukuman kepada terdakwa yang berlandaskan bukti-bukti saksi dan undang-undang. Sedangkan pembela atau sekarang yang lebih terkenal sebagai pengacara adalah untuk membela hak-hak terdakwa agar mendapatkan pengadilan yang adil dengan berdasarkan pada saksi, alibi, dan motif.

Tapi sekarang kok ya kenyataannya lain, undang-undang dicari kelemahannya, agar terbebas dari hukuman. Pengadilan seolah diperjualbelikan? Ini karena mental atau karena orangnya? Kalau karena orangnya mungkin kita harus berpikir ulang apakah masih pantas lulusan hukum yang jelas-jelas melek hukum tetap dibiarkan di pengadilan dan memutarbalikkan fakta. Bukankah lebih enak mengganti dengan orang teknik atau berilmu pasti. Dimana A pasti menjadi A, B selalu menjadi B tidak mungkin jadi C. Jika mencuri hukumannya maksimal 5 tahun harus dikalkulasi dulu, berapa nilai barang yang dicuri diperbandingkan dengan nilai material tersebut dan inflasi tahun ini. Kemudian dicari nilainya dan dikonversikan dengan tahun hukuman, kan jadi jelas!

Daripada seperti sekarang, mencuri sebuah mangga dihukum 5 tahun babak belur lagi, sedangkan orang yang korupsi 3 trilyun cuma dihukum 3 bulan, tanpa perlu membayar kerugian. Huahuaha.... negara macam apa ini?

Pada dasarnya ada yang lebih bijak, yaitu mengembalikan konsep hukum dan peradilan ini dengan konsep ketuhanan. Artinya meletakkan kebenaran dan keadilan dengan prinsip sesuai dengan nilai moral ketuhanan dan keagamaan. Sehingga bukan sekedar menang tapi belum tentu benar di 'mata' Tuhan.

Biar Kalah Yang Penting Gaya



Minggu kemarin, tanggal 13 Des 2009, Yayasan IKA Alumni ITS Kepulauan Riau mengadakan Futsal di Ikan Daun Batam. Acara ini merupakan kelanjutan dari bunga rampai Dies Natalis ITS. Setelah Donor Darah, Lomba Blog, dan nanti tanggal 20 Desember 2009 akan ditutup dengan Tumpengan di Pondok Santai Kak Dadut.



Ya... tahunya acara seperti ini juga telat, maklumlah orang sibuk (sibuk ngupil sambil nge-game). Jadi hanya sempat berpartisipasi di Pertandingan Futsal. Lumayanlah masio gak menang lak sing penting ngumpul karo arek-arek. Ya... sekali lagi dikarenakan terlalu sibuk jadi kurang silaturahmi dengan arek-arek seperguruan. Ya... meski departemen sebelah sudah menyatakan gulung tikar, tapi rencana menyatukan arek-arek seperguruan yang bekerja di perusahaan ini untuk bangkit dan menunjukkan jati dirinya dalam sebuah tim tetap dilakoni. Setelah berkoar-koar akhirnya terkumpullah satu tim (walaupun pas-pasan, sak ono'e wonge) dan jadilah kami ikutan berpartisipasi.




Hmm... aktualnya di lapangan tak lebih dari 5 orang saja dari perusahaanku yang hadir. Selebihnya sok sibuk semua, entah karena mereka gak suka bola, atau ogah ketemu arek-arek, aku nggak tahu. Yang jelas akhirnya dengan tambahan 3 amunisi dosen Poltek ditambah 1 orang eks Panasonic, membuat kami menjadi siap tempur dan berani bertarung (hehehe... bertarung? bahasanya itu lho, hiperbola banget). Bukan gitu bro, aku dan 4 orang lainnya memang sudah uzur (maksude 30 tahun ke atas), tapi kan 2 orang diantara kami 3 orang diantara kami ini jago futsal, ditambah arek-arek enom dosen politeknik Batam. Harusnya ini kami patut masuk tim unggulan.

Tapi sekali lagi kita mengulang momen masa lalu, ketemu tim tangguh arek-arek TEC. Belum lagi tim gabungan Unisem dan Schneider (Dr.Angka), dan arek-arek galangan (C.U.K).

Pertemuan pertama lawan Dr Angka ternyata kita bisa mengimbangi bahkan nyaris menang, namun akhirnya kita kalah 2-3. Setelah tenaga terkuras, di pertandingan kedua kita melawan OC TEC yang mana kutahu ada si Wado (Ade Mulyana) adik kelasku, playmaker handal yang juga jago bikin gol. Hmm.. benar aja kita pontang-panting dan menjadi lumbung gol dengan 5 gol yang terlebih dahulu ke gawang kami. Beruntung di menit-menit akhir kami bisa menipiskan keadaan dengan membalas dua gol, sayang kami terlambat, paling tidak ini tak membuat kami terlalu malu, hehehehe....

Dengan hasil ini kita sudah pasti gagal melaju ke Final, pertandingan terakhir pun sudah tidak menentukan. Ini mungkin yang membuat lawan kami C.U.K, kabur dari arena. Akhirnya kami menang 5-0 juga walaupun menang WO lho, heheee. Gak papa toh bukan hasil yang dicari tapi merekatkan persahabatan dan pertemanan lagi sesama teman seperguruan. Siapa tahu ditawari kerja oleh senior di perusahaannya. hehehe

Gak papa, acara seperti ini kan sakjane perlu dilestarikan, masalahnya tinggal kepedulian kita selaku alumni ITS masih mau nggak menjalin hubungan dengan ekosisitem kita dahulu. Sebenarnya saya membayangkan IKA Alumni ITS ini kuat bahkan bisa berfungsi seperti organisasi yang multifungsi. Bisa seperti koperasi, yang bisa memberi pinjaman. Atau seperti perusahaan asuransi yang bisa memberikan asuransi pada semua alumninya, atau lainnya. Hmm... mungkin cita-cita itu masih jauh, tapi itu adalah mimpi, bisa saja jadi kenyataan jika ada kesamaan visi diantara kita.

VIVAT ITS! Hidup ITS... Hidup ITS

14 Desember 2009

HeHeHe.... Ternyata Tahun ini Aku Gagal Jadi PNS

Tahun 2009 ini adalah tahun pertama aku mencoba melamar dan tes menjadi PNS. Ini adalah pengalaman pertama setelah sekian lama aku lulus kuliah dan selalu menolak melamar profesi ini, bahkan menoleh pun tidak. Menurutku, dulu profesi menjadi PNS yang notabene adalah abdi negara, adalah profesi yang sia-sia. Maksudnya sia-sia untuk kehidupanku kelak di akhirat.

Maklumlah profesi yang satu ini sangat rawan dari hal-hal yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan, atau bahkan seolah menuhankan diri kita. Maksud saya coba lihat orang yang ngurus ijin apalah (saya takmau sebut karena takut dituduh melanggar UU ITE). Kadang kita dibuat kesal dan terkesan arogan.

Tapi akhirnya toh tahun ini, setelah sering digojloki adikku bahwa aku sok idealis. Hahh...akhirnya luruh juga untuk melamar jadi PNS. Targetku cuma satu, yaitu mendekatkan diri pada kampung halaman yang tercinta, Lamongan. Atau berada di sekitar kampung istri di Tasik, toh masih Pulau Jawa, bisa ditempuh dengan berbagai moda angkutan.

Tercatat tahun ini ikut tes di 3 tempat, Bandung, Lamongan, dan Batam. Yang terakhir kusebut ini adalah aku sedikit ragu, karena bingung justru kalau ketrima... makin susah kan kalau mau balik ke Jawa.

Alhamdulillah... gagal semuanya. Tapi untuk mencapai kesuksesan kita harus evaluasi dan bisa menilai kegagalanku dimana.

Tes di Bandung di Departemen Perdagangan akhirnya kandas, maklum dah lupa pelajaran Kimia dan mungkin gagal di TOEFL. Tes di Lamongan gagal juga, kalau ini justru aku merasa fair karena setelah seminggu tes kemudian nilai keluar. Bahkan adik iparku yang merasa nilainya jelek ternyata ketrima walaupun nilainya memang jelek tapi nilai tersebut terbaik lho di jurusannya. Kegagalanku lebih dipicu karena aku tidak bisa melejit, aku merasa nilaiku baik. Tapi apalah arti jika dibanding 200 lebih sainganku bernilai lebih baik. Apalagi banyak diantara mereka juga alumni ITS yang tak diragukan kapasitasnya.

Nah, tes yang terakhir di batam ini... ya mau gimana lagi, rupanya iklim Pemerintahan sini masih jauh kata bersih dari KKN. Kalau yang diatas sudah bobrok, pasti akan menurun ke bawah. Saya tidak menuduh, tapi banyak fakta di lapangan yang nyatanya berkata sedemikian itu. Seperti keabsahan kelolosan seleksi administrasi, ternyata walau jurusannya tidak sama dengan kualifikasinya beberapa orang bisa lolos bahkan diterima/lulus tes. Kemudian waktu pengumuman yang lumayan lama, dan transparansi nilai yang tak ada, serta akses internet untuk hal tersebut justru membuktikan proses penerimaan ini diragukan kapasitasnya.

Ya... bagaimanapun tak bisa saya pungkiri bahwa segala proses yang sudah dimulai dengan kejelekan tentu akan mendatangkan hal-hal yang bermuara pada kejelekan. Tuhan tahu dan saya senantiasa berkata "Jangan Menyerah!"

02 Desember 2009

Hmm... Asyiknya Naik Lion Air 737-900ER

Beberapa waktu lalu, aku pernah komentar yang negatif soal maskapai Lion Air. Namun beberapa hari yang lalu, saya merasakan sesuatu yang lebih baik dan jauh berbeda pada maskapai ini.

Lion Air rupanya telah melakukan perubahan dengan mendatangkan pesawat boeing yang ’terbaru’ di kelas penerbangan domestik. Tampil dengan beberapa pesawat Boeing 737-900 ER, Lion Air tampak paling gagah di Indonesia. Bayangan saya sebelum terbang bersama Lion Air saya sudah under estimate, pasti saya akan naik pesawat MD lagi. Tapi ternyata Lion Air penerbangan Batam – Surabaya kali ini, saya disuguhi pesawat yang menakjubkan Boeing 737-900 ER. Nggak fair rasanya, kalau nggak memujinya.

Selama ini penerbangan domestik yang pernah saya pernah jalani saya hanya menemukan Garuda Indonesia yang terdepan, dengan Boeing 737-800 NG dan Mandala Air dengan pesawat jenis Airbus A320. Namun entah kenapa beberapa minggu ini kok nggak ada lagi penerbangan Mandala rute Batam – Surabaya.

Boeing 737-900 ER pesawat dengan kursi kulit yang bagus enak dan yang jelas lebih lapang dari MD. Sensasi terbang pun tampak menyenangkan, perasaan takut saat take off dengan MD sudah nggak ada lagi, bahkan getaran dalam pesawat sangat minim kurasakan. Hmm... ini baru pesawat top!

Kalau begini, aku pasti menjadikan Lion Air sebagai prioritas pertama maskapai nasional yang kugunakan, selain Garuda Indonesia tentunya.

Beda Jadi Gelandangan di Juanda dan Changi

Pernah lihat film The Terminal? Kayaknya aku serasa lagi syuting film tersebut. Gara-gara delay penerbangan, aku harus terlantar 3,5 jam di Juanda itu belum termasuk ditambahkan satu jam lagi kedatangan awal. Hmm... maka total 4.5 jam aku harus menunggu disana, mulai jam 2 siang sampai jam setengah tujuh malam. Gila, selama itu aku ngapain enaknya di Juanda?

Mula-mula sih aku merasa santai aja dengan kondisi seperti ini. Kupikir karena aku berada di Bandara International, orang awam seperti aku akan mengartikannya seharusnya bandara ini mempunyai taraf dan standard International.

Tapi aku sungguh kecewa, karena praktis setelah melalui pengecekan fiskal dan dokumen imigrasi, seratus persen aku menjadi gelandangan di sana. Mau masuk lobi ruang tunggu nggak bisa karena belum waktunya, jadinya harus nunggu di area yang menghubungkan keberangkatan dan kedatangan International?

Memang ada tempat duduknya, namun sepanjang mata memandang hanya ada satu rombong gerobak penjual oleh-oleh panganan dan minuman.

HP low bat lagi ngapain lagi membunuh waktu yang 3 jam itu? Bisa jamuran nih. Memang sih ini kesalahan maskapai yang membuatku harus menunggu walaupun ujung-ujungnya juga ngasih kompensasi makanan tapi kayaknya itu belum cukup.

Aku pernah sekali bawa laptop ke Juanda nyalain wifi, terlihat beberapa sinyal, kirain bisa internetan, hmm...payah satu sinyal pun nggak ada yang bisa. Alhamdulillah, setelah 3 jam nunggu ddi luar akhirnya bisa masuk ke lobi, saat nge-charge HP, nonton TV, dan makan. Eit, toilet dimana? Ya... ada diluar? Harus keluar lagi dan antri lagi melewati ruang pemeriksaan, yang benar saja! Lantas aku jadi panik sendiri mau ngapain ya di Singapore sambil nunggu pagi, karena last ferry ke Batam sudah telat jika aku tiba jam 10 waktu Singapore?

Akhirnya tepat jam 7 aku meninggalkan kepenatan di Bandara International Juanda yang menurutku nggak international banget standarnya.

Yup, bener dugaanku aku nyampai jam 10 malam waktu singapore (lebih cepat satu jam dari WIB atau setara WITA). Hmm...aku sempat panik setelah turun dari pesawat, selain tampangku lebih mirip TKI daripada turis. Setelah berjalan beberapa saat, ya... aku serasa terpesona bo! gak nyangka banget ada bandara sekeren Changi ini. Yang kulihat pertama, eskalator (tangga berjalan) ini menggunakan sistem standby, artinya kalau sensor didepan mendeteksi ada orang yang mau menggunakan, otomatis dia jalan kalau nggak, ya normalnya diam saja.

Kemudian pandanganku tertuju pada sekelompok bule yang pada klesetan di lantai koridor. Kok nyaman aja kayaknya, jelas apa lantai ini terlapisi karpet atau gimana ya? Yang jelas besih dan nyaman, beberapa petugas berseliweran naik otopet listrik (segway). Lalu pandangan mataku tertuju pada sekelompok orang yang berdiri menggunakan komputer, eh... ternyata free internet, sayangnya komputer sudah penuh harus nunggu. Kulihat beberapa bilik meja dan dilengkapi kursi sudah dilengkapi networking port dan stop kontak masing-masing. Andai bawa laptop setidaknya aku bisa duduk, nyalain wifi, dan ngenet sepuasnya, kayak cerita temanku yang barusan kesini seminggu yang lalu.

Tapi disini, menunggu itu tidak menjemukan. Ada beberapa kursi yang bentuknya mirip kursi malas yang lazim ditemui di pantai. Tapi ini lebih berfungsi untuk beristirahat. Akhirnya aku bisa rebahan juga, menyelonjorkan kaki dan melepas sepatu, hmm... ini baru nyantai. Ya... berhubung waktu sudah tidak memungkinkan akhirnya kuputusin untuk bermalam di Changi saja, nggak tahu apakah ntar aku diusir atau nggak? Setelah lowong pengguna free internet, aku lalu mencobanya akses disini cepat wuzz...wuzz dan yang pakai nggak bakal kecewa, namun pihak bandara rupnya mendesain agar tiap 15 menit komputer ini log off sendiri. Rupanya agar kita tidak memonopoli fasilitas publik ini dan bergiliran dengan orang lain yang membutuhkannya. Hmm.. ntar kalau nggak ada orang aku mau internetann sampai pagi. Kalau merasa haus tinggal cari kran air minum disebelah, pencet tombolnya, buka mulut, maka rasa haus pun terobati. Toilet pun nggak jauh dari tempatku berdiri tadi, sudah dilengkapi pula bagi penyandang cacat.

Puas internetan, setengah dua pagi akhirnya aku tertidur di kursi rebah tersebut sampai pagi bersama beberapa bule di sebelahku. Aku bahkan tidak merasa jadi gelandangan, malah serasa menikmati tidur di hotel mewah, karena bising suara pesawat ternyata nyaris tak terdengar di tempatku tidur. Hmm.... nyaman dan tenang.

Andai juanda seperti ini? Sebagai bandara international seharusnya memanjakan pengunjungnya dan membuat senang perasaan calon penumpang. Hendaknya ya diberikan fasilitas yang memadai. Mungkin aku sih maklum, tapi turis mancanegara? Hendaknya kita memberikan kesan dan pelayanan yangg bagus. Hmm... katanya Visit Indonesia Year? Ya... mana ada turis mau datang lagi dua kali kalau fasilitas penyambutannya saja berantakan. Please deh.....