Ada satu hal yang berbeda ketika saya merayakan ulang tahun di pertengahan bulan Juli kemarin. Saya mengikuti dan bergabung dalam sebuah komunitas baru. Disitu saya seolah ditelanjangi jati diri kita, dan membuat saya tertampar dan sadar menjadi manusia lagi. Kenapa seperti itu? Diakui atau tidak, selama ini saya selalu merasa lebih dari orang lain, dan terbiasa mengkasta dan mengkotak-kotakkan diri, membuat sekat dalam kehidupan ini berdasarkan agama yang dianut dan cukup bangga dengan strata sosial di masyarakat sebagai lulusan Sarjana salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di Indonesia.
Padahal semua yang sudah kita dapatkan hanyalah materi yang selalu terbatas oleh ruang dan waktu. Yang tak ada apa-apanya dibandingkan DIA sang Super Ego yang memiliki sifat ArRahman dan ArRohim. Tubuh kita hanyalah materi tak berarti apa-apa, karena apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah fana. Lalu apa yang patut kita banggakan? Selama ini kita terbelenggu pada sosok image di mata masyarakat, seolah kita mesti ini itu, mengikuti apa yang mereka sebut sebagai peradaban atau kebudayaan. Padahal semuanya salah, semua itu nonsense!
Tentu saja kita mesti bersyukur dengan menerima, memakai dan manfaatkan kehidupan ini, juga dengan mengikuti aturan-Nya dan selalu berjalan lurus (dalan nan tigor, kata orang Batak). Bagaimanapun juga saya punya prinsip dan keyakinan bahwa Tuhan kita Maha Adil, dan, PASTI melihat perbuatan kita. Andai teman, Boss, tak melihat apa yang kita lakukan dan memuji atau mencatat nya dalam QPI kita, tapi DIA yang Maha Kuasa dan Mengetahuinya. Jadi kita tak perlu khawatir, untuk mengabdi dan melayaninya tak perlu beritanya sampai memasyarakat dan butuh puja-puji dari masyarakat sekitar. Yang jelas Tuhan kita tak tidur, DIA tahu dan kita juga mesti tahu tugas kita di muka bumi ini.
Bukankah kita mesti sadar, kita hanya makhluk yang sangat super mikro dibandingkan dengan besarnya jagad raya?
Fabi ayi ala irobikuma tukadziban?
Padahal semua yang sudah kita dapatkan hanyalah materi yang selalu terbatas oleh ruang dan waktu. Yang tak ada apa-apanya dibandingkan DIA sang Super Ego yang memiliki sifat ArRahman dan ArRohim. Tubuh kita hanyalah materi tak berarti apa-apa, karena apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah fana. Lalu apa yang patut kita banggakan? Selama ini kita terbelenggu pada sosok image di mata masyarakat, seolah kita mesti ini itu, mengikuti apa yang mereka sebut sebagai peradaban atau kebudayaan. Padahal semuanya salah, semua itu nonsense!
Tentu saja kita mesti bersyukur dengan menerima, memakai dan manfaatkan kehidupan ini, juga dengan mengikuti aturan-Nya dan selalu berjalan lurus (dalan nan tigor, kata orang Batak). Bagaimanapun juga saya punya prinsip dan keyakinan bahwa Tuhan kita Maha Adil, dan, PASTI melihat perbuatan kita. Andai teman, Boss, tak melihat apa yang kita lakukan dan memuji atau mencatat nya dalam QPI kita, tapi DIA yang Maha Kuasa dan Mengetahuinya. Jadi kita tak perlu khawatir, untuk mengabdi dan melayaninya tak perlu beritanya sampai memasyarakat dan butuh puja-puji dari masyarakat sekitar. Yang jelas Tuhan kita tak tidur, DIA tahu dan kita juga mesti tahu tugas kita di muka bumi ini.
Bukankah kita mesti sadar, kita hanya makhluk yang sangat super mikro dibandingkan dengan besarnya jagad raya?
Fabi ayi ala irobikuma tukadziban?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar