Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

15 Maret 2012

Ketika Semangat Itu (Nyaris) Padam

salah satu potret tempat usaha yang sepi di tengah kota Batam
Banyak Motivator Entrepreneurship bilang, "Kalau mau kaya jangan jadi karyawan, jadilah pengusaha!"

Pengusaha itu adalah orangnya, sedangkan tindakannya disebut wirausaha. Kalau mau diterjemahkan secara leksikal adalah: wi·ra 1 n pahlawan; laki-laki; 2 a bersifat jantan (berani); perwira; dan usa·ha n 1 kegiatan dng mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu: 2 kegiatan di bidang perdagangan (dng maksud mencari untung); perdagangan; perusahaan:

Sedangkan wirausaha sendiri kalau diartikan sama dengan wiraswasta, dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wi·ra·swas·ta n orang yg pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya;

Melihat situasi yang sedemikian ini seharusnya semangat kita menjadi terpacu untuk berlomba-lomba untuk berwirausaha. Apalagi kalau kita rajin ikut seminarnya Ipho Santosa atau Andre Wongso. Manusia mana yang tidak ngiler dan kepingin mendapatkan uang banyak. Tidak mau kan, melulu seumur hidup menjadi seorang pekerja pabrik (buruh)! Gimana bisa kaya?

Tapi ingat, semua kesuksesan ini tidak datang dengan tiba-tiba harus ada kerja keras. Artinya untuk membangun suatu kepercayaan ke konsumen tentunya perlu suatu proses dan inovasi. Hal ini tentu harus dilandasi keyakinan, perhitungan yang bagus (pandai membaca pasar/peluang), dan semangat yang tak kunjung padam. Ini adalah modal dasar yang seharusnya dimiliki. Semua hal ini membuat kita memiliki rasa cinta dan tanggung jawab untuk menjadikan usaha kita lebih berkembang dan berinovasi.

Paling enak, wirausaha itu berasal dari hobi. Kalau senang main Game dan Internet ya... dirikanlah Game Station dan Warnet. kalau pintar buat roti, ya sudah bikin roti saja. Kalau pintar masak ya.. bikin warung makan. Idealnya kan seperti itu, tapi sekarang kan banyak juga waralaba yang membuat kita tidak merasa berusaha sendiri dari titik nol.

Harus diakui dalam berusaha harus pintar membaca 'peta konsumen'. Diakui atau tidak segmen pasar itu bermacam-macam, terbentuk dari beberapa faktor ekonomi dan jenis usaha kita, tentunya terimbas pada hal ini. Juga pemilihan lokasi, serta budaya. (Berhenti sejenak) - Emm.. maaf, saya tidak ingin menggurui hanya memandang saja.

Misalnya seperti ini, kita buka Game station yang nanggung, kurang wah... ditempat/daerah orang-orang ekonomi atas, dimana mereka rata rata tiap KK sudah memiliki PS atau N2 wii sendiri. Ya... jangan berharap banyak. Begitu juga, kita mencoba menjaring konsumen ditengah kebingungan segmen yang hendak kita bidik, dengan menawarkan sesuatu yang biasa pada konsumen. Kalau seperti ini, saya sebagai konsumen tentu akan mencari harga yang murah (standar) daripada harus membayar lebih mahal.

Tapi.... kadangkala saya ngeri melihat semangat dan kegigihan para pengusaha, khususnya di Batam. Ada yang berbulan-bulan warungnya sepi sepi saja, tetap ikhtiar... nambah ini itu, dekor dan menu. Masih sepi lagi.... bikin model angkringan (karena di kota itu lagi demam angkringan). Masih sepi... tetap nekad.

Ya... itu ma bunuh diri, mungkin harus dievaluasi, kadangkala pemilihan lokasi yang salah padahal sebenarnya masakannya enak. Mungkin juga masakannya yang terkesan 'biasa'. Ya... ada banyak kendala sebenarnya dalam berwirausaha. Tapi sebenarnya, yang penting kita mesti tetap 'terjaga' dan evaluasi, tidak menutup kritikan dan selalu semangat, dan siap berinovasi.

Salam sukses! Semoga tetap menyala semangat usaha anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar