Mohon maaf sebelumnya saat saya memposting judul ini. Karena ini hanya opini saya, yang kebetulan adalah pengkhayal tingkat tinggi. Saya juga tak ingin dituduh hoax atau mengaburkan fakta yang sedang didalami oleh pihak kepolisian. Yang saya utarakan dalam tulisan saya hanyalah pikiran saya, yang kebanyakan nonton film psikopat dan teracuni oleh novel misteri.
Menyikapi teror yang terjadi di Semarang dan sekitarnya, para korbannya dipilih bukanlah secara acak (random victims). Itu terlalu sederhana jika dijabarkan jika para korbannya adalah random victims. Setidaknya pada teror-teror pembakaran awal yang terjadi, saya yakin pelaku sengaja memilih korbannya. Kenapa saya ngomong demikian? Karena awal-awal teror pembakaran adalah motif utama pelaku untuk melakukan tindakan kriminal, dan masih bersih dari unsur-unsur show off, dan random victioms.
Dalam pandangan saya, pelaku ini bisa bersifat sosiopat atau malah berkecenderungan psikopat. Setidaknya ada beberapa motif yang melandasi terjadinya pembakaran tersebut.
1. Sakit Hati
Bisa jadi pelaku merasa sakit hati terhadap para korban. Dari sini bisa didapatkan adanya ikatan emosi, artinya pelaku paling tidak dengan korban, entah langsung atau melalui keluarga/ temannya. Walaupun bisa saja korban tidak kenal dengan pelaku.
2. Hakim Jalanan
Anda masih ingat dengan ichiro, seorang yang mengendarai mobil Suzuki Vitara putih ala offroad, yang berani menjadi jagoan dan hakim jalanan. Dia dengan berani menabrakkan mobilnya pada kendaraan lain yang 'tidak patuh', yang melanggar lalu lintas atau rambu jalanan.
Bisa jadi pelaku adalah ichiro jenis lain, mengingat kenapa yang disasar adalah mobil atau motor. Bisa saja pelaku ini orangnya taat dan patuh peraturan. Namun dia sangat mendendam dan jengkel pada orang yang seenaknya melanggar peraturan, dan ditambah tidak ada mendapatkan penegakan aturan yang jelas oleh aparat kepolisian.
Mungkin saja pelaku kesal dengan para korban saat mereka jumpa di jalanan, dan pelaku melihat perilaku jalanan para korban membahayakan pengendara lain, atau tidak patuh rambu lalu lintas. Sehingga mungkin saja terbersit ide, "Jika nggak bisa bener bawa kendaraan, mending kendaraanmu saya bakar!"
Sehingga pelaku membuntuti dimana para korban tinggal, 'menggambar' lokasi target, dan kemudian melancarkan aksinya ketika lingkungan korban tinggal sepi (aman).
3. Iri Hati
Sebenarnya ini motif yang terlalu sumir jika mengatakan pelaku iri hati. Tetapi ini bisa saja, walaupun sebenarnya terlalu luas untuk dijabarkan.
Namun perlu diingat, area TKP sekarang sudah 'tercemar'. Hal ini karena kejadian 'kan sudah viral. Dan perlu diingat, ketika hal ini viral maka akan timbul hal lain, yakni kemungkinan munculnya para peniru aksi ini (copycat). Ya... entah karena terinspirasi, gaya-gayaan, ingin saja, atau memang berteman dengan pelaku awal dalam suatu forum atau organisasi.
Jadi akan makin susah diendus jejak siapa pelaku ini sebenarnya. Tetapi pelaku ini juga manusia, yang saya yakin punya emosi dan hasrat. Pelaku bisa saja tetap tak terendus jika dia bekerja 'rapi', hati-hati dalam memilih korban, dan benar-benar tidak terlalu nekad menyasar korbannya. Artinya, bisa saja calon korban tinggal di perumahan yang dijaga 24 jam oleh security saat keluar masuk. Akan jadi bumerang, jika pelaku tetap nekad melancarkan aksinya pada kawasan seperti ini.
Bagaimanapun juga itu versi dugaan saya saja, jika memang benar pelakunya adalah tipe sosiopat, psikopat, atau main hakim sendiri. Perilaku seperti ini tetap tidak bisa ditolerir walaupun masyarakatnya yang bermasalah. Namun diperlukan peran serta semua pihak untuk memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat. Akan tetapi bisa saja pelakunya menyasar korbannya dengan random acak dan hanya menakut-nakuti warga. Bagaimanpun juga semoga Polri bisa mengungkap kejadian teror pembakkaran yang sesungguhnya. Bagi saya sendiri, kasus teror pembakaran kendaraan lama kelamaan, seandainya tanpa tertangkap juga akan menguap dengan sendirinya.
Menyikapi teror yang terjadi di Semarang dan sekitarnya, para korbannya dipilih bukanlah secara acak (random victims). Itu terlalu sederhana jika dijabarkan jika para korbannya adalah random victims. Setidaknya pada teror-teror pembakaran awal yang terjadi, saya yakin pelaku sengaja memilih korbannya. Kenapa saya ngomong demikian? Karena awal-awal teror pembakaran adalah motif utama pelaku untuk melakukan tindakan kriminal, dan masih bersih dari unsur-unsur show off, dan random victioms.
Dalam pandangan saya, pelaku ini bisa bersifat sosiopat atau malah berkecenderungan psikopat. Setidaknya ada beberapa motif yang melandasi terjadinya pembakaran tersebut.
1. Sakit Hati
Bisa jadi pelaku merasa sakit hati terhadap para korban. Dari sini bisa didapatkan adanya ikatan emosi, artinya pelaku paling tidak dengan korban, entah langsung atau melalui keluarga/ temannya. Walaupun bisa saja korban tidak kenal dengan pelaku.
2. Hakim Jalanan
Anda masih ingat dengan ichiro, seorang yang mengendarai mobil Suzuki Vitara putih ala offroad, yang berani menjadi jagoan dan hakim jalanan. Dia dengan berani menabrakkan mobilnya pada kendaraan lain yang 'tidak patuh', yang melanggar lalu lintas atau rambu jalanan.
Bisa jadi pelaku adalah ichiro jenis lain, mengingat kenapa yang disasar adalah mobil atau motor. Bisa saja pelaku ini orangnya taat dan patuh peraturan. Namun dia sangat mendendam dan jengkel pada orang yang seenaknya melanggar peraturan, dan ditambah tidak ada mendapatkan penegakan aturan yang jelas oleh aparat kepolisian.
Mungkin saja pelaku kesal dengan para korban saat mereka jumpa di jalanan, dan pelaku melihat perilaku jalanan para korban membahayakan pengendara lain, atau tidak patuh rambu lalu lintas. Sehingga mungkin saja terbersit ide, "Jika nggak bisa bener bawa kendaraan, mending kendaraanmu saya bakar!"
Sehingga pelaku membuntuti dimana para korban tinggal, 'menggambar' lokasi target, dan kemudian melancarkan aksinya ketika lingkungan korban tinggal sepi (aman).
3. Iri Hati
Sebenarnya ini motif yang terlalu sumir jika mengatakan pelaku iri hati. Tetapi ini bisa saja, walaupun sebenarnya terlalu luas untuk dijabarkan.
Namun perlu diingat, area TKP sekarang sudah 'tercemar'. Hal ini karena kejadian 'kan sudah viral. Dan perlu diingat, ketika hal ini viral maka akan timbul hal lain, yakni kemungkinan munculnya para peniru aksi ini (copycat). Ya... entah karena terinspirasi, gaya-gayaan, ingin saja, atau memang berteman dengan pelaku awal dalam suatu forum atau organisasi.
Jadi akan makin susah diendus jejak siapa pelaku ini sebenarnya. Tetapi pelaku ini juga manusia, yang saya yakin punya emosi dan hasrat. Pelaku bisa saja tetap tak terendus jika dia bekerja 'rapi', hati-hati dalam memilih korban, dan benar-benar tidak terlalu nekad menyasar korbannya. Artinya, bisa saja calon korban tinggal di perumahan yang dijaga 24 jam oleh security saat keluar masuk. Akan jadi bumerang, jika pelaku tetap nekad melancarkan aksinya pada kawasan seperti ini.
Bagaimanapun juga itu versi dugaan saya saja, jika memang benar pelakunya adalah tipe sosiopat, psikopat, atau main hakim sendiri. Perilaku seperti ini tetap tidak bisa ditolerir walaupun masyarakatnya yang bermasalah. Namun diperlukan peran serta semua pihak untuk memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat. Akan tetapi bisa saja pelakunya menyasar korbannya dengan random acak dan hanya menakut-nakuti warga. Bagaimanpun juga semoga Polri bisa mengungkap kejadian teror pembakkaran yang sesungguhnya. Bagi saya sendiri, kasus teror pembakaran kendaraan lama kelamaan, seandainya tanpa tertangkap juga akan menguap dengan sendirinya.
Saya yakin, anda yang bakar. Hayoo ngaku!!
BalasHapusJangan banyak omong loe tong, loe yang psiko. Mereka yang bakar itu tim gue
BalasHapus