Ceritanya nih, aku habis training coaching & counselling beberapa hari yang lalu. Mulanya sih selama ini aku cuek abis pada segala sesuatu yang ada sekitar. Tidak terlalu peduli pada sekitarnya kasarannya. Habis training ini, kok mata hatiku mulai terbuka lagi ya, maksudnya mungkin naluri kemanusiaan, moral dan kesetiakawanan sosial.
Ternyata kalau kita lihat, Tuhan selalu memberikan kita berbagai cara yang istimewa agar kita berbuat baik pada orang lain, atau makhluk lain. Cuma, kita sendiri peka nggak pada kondisi tersebut. Kadangkala kita terlalu asyik pada diri kita.
Contohnya begini, dalam perjalanan mau kerja kadang tak sengaja kita menemuka ranting kecil yang melintang di tikungan, kita tahu, lalu apakah kita menghindar saja dan tak perlu menyingkirkannya? Itulah yang disebut egois. Jika seperti itu kan lebih baik kita berbuat untuk orang banyak denngan menyingkarkan ranting itu.
Contoh yang kedua, dalam perjalanan pulang kerja larut malam dengan istri, -dimana berharap lekas berjumpa dengan anak dan berharap masih belum tidur, tiba-tiba bertemu dengan pengendara motor yang mungkin kehabisan bensin. Egoku berkata, toh kita tidak tahu orang itu, bukan tetangga pula buat apa diurusin toh banyak orang lain yang akan menolongnya. Padahal kita mungkin mampu mengantar menarik/mendorong motornya sampai SPBU atau toko penjual bensin tapi kenapa kita tak mencoba melakukan suatu kebaikan? Apa anda terlalu egois untuk cepat-cepat beristirahat, bayangkan bila hal ini terjadi pada anda. Untung kalau cuma habis bensin saja, kalau tabrakan di tengah jalan dan tak ada yang menolong.
Mulai sekarang biasakanlah berbuat baik pada lingkungan sekitar anda. Anda pasti sempat, toh nonton Sang pemimpi saja anda sempat, apalagi berhenti sebentar untuk 'mencari surga'. Yakinlah, Tuhan tidak tidur, segala perbuatan baik pasti menuai kebaikan pula.
Ternyata kalau kita lihat, Tuhan selalu memberikan kita berbagai cara yang istimewa agar kita berbuat baik pada orang lain, atau makhluk lain. Cuma, kita sendiri peka nggak pada kondisi tersebut. Kadangkala kita terlalu asyik pada diri kita.
Contohnya begini, dalam perjalanan mau kerja kadang tak sengaja kita menemuka ranting kecil yang melintang di tikungan, kita tahu, lalu apakah kita menghindar saja dan tak perlu menyingkirkannya? Itulah yang disebut egois. Jika seperti itu kan lebih baik kita berbuat untuk orang banyak denngan menyingkarkan ranting itu.
Contoh yang kedua, dalam perjalanan pulang kerja larut malam dengan istri, -dimana berharap lekas berjumpa dengan anak dan berharap masih belum tidur, tiba-tiba bertemu dengan pengendara motor yang mungkin kehabisan bensin. Egoku berkata, toh kita tidak tahu orang itu, bukan tetangga pula buat apa diurusin toh banyak orang lain yang akan menolongnya. Padahal kita mungkin mampu mengantar menarik/mendorong motornya sampai SPBU atau toko penjual bensin tapi kenapa kita tak mencoba melakukan suatu kebaikan? Apa anda terlalu egois untuk cepat-cepat beristirahat, bayangkan bila hal ini terjadi pada anda. Untung kalau cuma habis bensin saja, kalau tabrakan di tengah jalan dan tak ada yang menolong.
Mulai sekarang biasakanlah berbuat baik pada lingkungan sekitar anda. Anda pasti sempat, toh nonton Sang pemimpi saja anda sempat, apalagi berhenti sebentar untuk 'mencari surga'. Yakinlah, Tuhan tidak tidur, segala perbuatan baik pasti menuai kebaikan pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar