Sorry, judul ini tak ada kaitannya dengan Polpot lho!!!
Ya, karena malam ini telah kulakukan pembantaian besar-besaran di halaman rumahku. Ya.. halaman sempit sekira 24 meter persegi telah menjadi ajang keganasan dan kebrutalanku. Selama sekira satu jam aku beraksi meracuni, menghancurkan, memukul, bahkan menginjak-injak dengan tanpa kenal ampun. Puluhan bahkan lebih dari 50-an mati dedel duel gak karu-karuan di tanganku.
Aku bahkan semakin brutal tak hanya berada di tamanku saja, semua yang ada di rumahku kubantai pula, kuangkat kursi kucari sudut demi sudut. Hah... aku sangat kalap malam ini karena tidurku tak pernah nyenyak karenamu. Cukup sudah, kini kalian harus tanggung akibatnya karena menganggu ketentramanku dan keluarga.
Plass, prok!! bau khas itu langsung tercium ketika aku sukses membunuhmu, dan senyum puas terbias di wajahku.
Ya... para kecoa itu harus meregang nyawa olehku malam ini. Ada yang mati karena menghirup Baygon atau karena kuinjak-injak dengan sol sandalku. Ya... rumput liar halaman telah menjadi saksi keganasanku. Rencana yang kurancang sejak sore tadi akhirnya berjalan lancar. Maklum hari ini cuaca hujan terus dan baru sore tadi mendung menghilang dari pandangan. Aku yakin para kecoak akan berpesta malam ini, jadi daripada ada teroris menelusup di ranjangku dan berjalan di tubuhku lebih baik aku bertindak.
Liang saluran air, septic tank, daun-daun tanaman adalah tempat yang nyaman bagi mereka. Dan disanalah aku harus memusnahkannya menghancurkan koloni dan kroni-kroninya, termasuk semut dan rayap.
Selama ini aku telah bermurah hati jadi inilah saatnya kau bertindak melakukan seharusnya yang kuulakukan. Karena ini adalah baru awal dari sebuah genocide dari ras kecoa di area rumahku, sebelum nantinya menyusul tikus dan rayap.
Hmm... tobat-tobat, kenapa sih kalian ini suka mengganggu ketentramanku. Coba kalau kalian bersahabat tentu aku tak marah dan tak ingin musnahkan kalian.
Ya, karena malam ini telah kulakukan pembantaian besar-besaran di halaman rumahku. Ya.. halaman sempit sekira 24 meter persegi telah menjadi ajang keganasan dan kebrutalanku. Selama sekira satu jam aku beraksi meracuni, menghancurkan, memukul, bahkan menginjak-injak dengan tanpa kenal ampun. Puluhan bahkan lebih dari 50-an mati dedel duel gak karu-karuan di tanganku.
Aku bahkan semakin brutal tak hanya berada di tamanku saja, semua yang ada di rumahku kubantai pula, kuangkat kursi kucari sudut demi sudut. Hah... aku sangat kalap malam ini karena tidurku tak pernah nyenyak karenamu. Cukup sudah, kini kalian harus tanggung akibatnya karena menganggu ketentramanku dan keluarga.
Plass, prok!! bau khas itu langsung tercium ketika aku sukses membunuhmu, dan senyum puas terbias di wajahku.
Ya... para kecoa itu harus meregang nyawa olehku malam ini. Ada yang mati karena menghirup Baygon atau karena kuinjak-injak dengan sol sandalku. Ya... rumput liar halaman telah menjadi saksi keganasanku. Rencana yang kurancang sejak sore tadi akhirnya berjalan lancar. Maklum hari ini cuaca hujan terus dan baru sore tadi mendung menghilang dari pandangan. Aku yakin para kecoak akan berpesta malam ini, jadi daripada ada teroris menelusup di ranjangku dan berjalan di tubuhku lebih baik aku bertindak.
Liang saluran air, septic tank, daun-daun tanaman adalah tempat yang nyaman bagi mereka. Dan disanalah aku harus memusnahkannya menghancurkan koloni dan kroni-kroninya, termasuk semut dan rayap.
Selama ini aku telah bermurah hati jadi inilah saatnya kau bertindak melakukan seharusnya yang kuulakukan. Karena ini adalah baru awal dari sebuah genocide dari ras kecoa di area rumahku, sebelum nantinya menyusul tikus dan rayap.
Hmm... tobat-tobat, kenapa sih kalian ini suka mengganggu ketentramanku. Coba kalau kalian bersahabat tentu aku tak marah dan tak ingin musnahkan kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar