Letusan Merapi, Oktober 2010 |
Mungkin ini adalah cara Tuhan berbicara kepada kita pada bangsa Indonesia agar saling menyayangi dan merasakan kesatuan sebagai bangsa. Bencana Wasior bukan milik Papua Barat saja, tapi semua bangsa Indonesia harus merasa prihatin dan saling bahu membahu membantu. Begitu pula dengan bencana yang kini sekaligus melanda pulau Jawa dan Sumatera. Ini bukanlah bencana personal, dimana kita yang sekarang tak terkena musibah hanya berucap alhamdulillah bukan ditempat kita, atau malah berkata tsunami, gunung meletus, gak ngefek tuh di sini. Atau malah berkata makanya kalau tinggal jangan di gunung atau di pulau pulau yang rawan tsunami!
Tsunami Mentawai, Oktober 2010 |
Jadi masihkah kita sebagai bangsa masih menganggap bencana itu hanya derita warga sekitar dan tanggung jawab Pemerintah saja?
Merapi telah mencuri lebih dari 20-an nyawa dan belasan korban luka bakar dan gangguan ISPA serta puluhan ribu warga terpaksa mengungsi di pengungsian. Belum lagi harta benda dan rumah yang rusak serta 300-an ternak sapi menjadi korban.
Begitupula dengan pulau pulau kecil di sekitar kepulauan Mentawai yang telah merenggut lebih dari 300-an nyawa serta ratusan orang masih dinyatakan hilang. Belum lagi pemulihan pemukiman yang porak poranda.
Apalagi faktor jarak dan cuca untuk menjadi kendala tersendiri untuk secepatnya menyalurkan bantuan dan pemulihan.
Bagaimanapun juga kita tak bisa memilah milah bencana, namun aksi dan tindakan yang responsif yang diperlukan dari kita. Kalaupun kita tak bisa turun sebagai relawan atau menyalurkan bantuan ke tempat bencana, masih banyak LSM dan media lain yang bisa dipercaya untuk membantu mereka, saudara saudara kita yang bernasib kurang mujur itu.
Seperti dibawah ini:
Salurkan peduli anda melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT):
Rekening Peduli Merapi: BCA No. 676 030 3133, Mandiri No. 128 000 4723 620, BNI Syariah No. 009 611 0239 a/n Aksi Cepat Tanggap.
Rekening Peduli Mentawai: BCA No. 676 030 2021, Mandiri No. 101 000 563 4264, BSM No. 101 000 5557 a/n Aksi Cepat Tanggap.
Jadi masih pantaskah kita berdiam diri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar