Kontestasi PEMILU 2019 sudah selesai di tengah-tengah masyarakat, dan bola panas tengah bergulir ke MK. Namun ditengah upaya tim BPN selaku kubu 02 Prabowo, tengah melengkapi bukti bukti kecurangan Pemilu. Internal tim BPN diguncang krisis koalisi dari Partai Demokrat selaku partai pendukung Prabowo-Sandi.
Tampaknya, setelah pengumuan pemenang Pemilu tanggal 22 Mei 2019, yang memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf membuat petinggi Demokrat yang tentu saja diamini SBY memutar haluan.
Sebagai seorang visioner, SBY tidak hanya melihat kondisi sekarang namun juga harus melihat masa depan. SBY tentu akan belajar dari hasil Pemilu tahun ini yang tidak menguntungkan Demokrat, bahkan suara Demokrat pun tertinggal oleh Nasdem, partai yang relatif baru.
Tapi itulah efek ketika tidak berada di pemerintahan, rupanya berpengaruh signifikan menggerus public trust. Oleh karena itu saya kira wajar, jika Demokrat akan mencari pelampung ke partai pemenang Pilpres, demi mendapatkan perhatian publik (media massa). Bahkan ia akan rela pecah kongsi, jika memang Jokowi yang menang.
Jika Jokowi terpilih lagi maka pada Pemilu 2024, posisi Presiden sudah tentu lowong. Karena petahana tidak bisa mencalonkan lagi. Meminjam istilah outsourcing, karyawan tersebut sudah maksimum kontrak. Disaat inilah akan muncul figur lain.
Apakah Prabowo akan ikut kompetisi lagi? Saya pikir tidak, kalaupun iya dia bukan figur yang menarik lagi, karena sudah renta sebagai nomer satu. Ya. . Walaupun Mahatir Muhammad ternyata masih terpilih lagi, ketika usianya sudah 90an.
Itulah kenapa, beberapa hari ini gencar berita AHY silaturahmi berbau politik ke keluarga Megawati, GusDur, Habibie. Agus Harimurti Yudoyono atau yang dikenal AHY, harus mengambil hati publik, dan lawan politiknya.
Bahkan jika dirunut lebih jauh, proses berlabuhnya ke kubu Prabowo pun terkesan setengah hati untuk menunaikan syarat agar bisa mengajukan calon di Pemilu 2024 dan menjelang last minute. Disamping itu, ada ketidaksinkronan kode dari SBY yang ditangkap oleh Prabowo, PKS dan Gerindra. Dimana malah Sandiaga Uno yang dimunculkan sebagai Calon Wakil Presiden, bukan malah AHY selaku pewaris tahta Demokrat. Tapi kini semuanya telah terjadi, dan AHY beserta Partai Demokrat yang tentu saja diamini SBY melakukan manuver politik yang mungkin bisa berdampak signifikan pada Pemilu 2024.
Ketika partai lain belum mencari figur calon presiden atau cawapres di 2024, AHY telah melakukan manufer tersebut. Jika PDI sebagai partai pemenang Pemilu 2019, nantinya akan memunculkan Puan Maharani, sebagai Capres 2024, rasanya akan susah mendapatkan perhatian publik, jika Cawapresnya bukan figur yang kuat pula. Kenapa, ya karena dia wanita. Ambil contoh Kepala Daerah yang dipimpin wanita, maka figur wakilnya harus kuat.
Atau bisa saja konstelasi berubah, dan Demokrat mengangkat figur AHY sebagai Capres dan berusaha mencari pengaruh dalam pusaran partai partai kubu Jokowi Ma'ruf.
Jangan lupakan pula tokoh tokoh lain yang siap bersaing di 2024. Seperti Risma, Ganjar, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Anies Baswedan, dan lain lain. Tapi yang pasti dari AHY dia punya modal, sebagai pewaris tahta partai Demokrat, sedangkan figur lainnya kecuali Puan Maharani, harus menunggu kebijakan partai.
Ingat, Demokrat tidak hanya mengincar jabatan Menteri di Pemerintahan Jokowi periode kedua saja. Tapi ini adalah langkah politik Demokrat untuk comeback ke Pemerintahan. Kita lihat saja nanti, langkah-langkah AHY selanjutnya.
Tampaknya, setelah pengumuan pemenang Pemilu tanggal 22 Mei 2019, yang memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf membuat petinggi Demokrat yang tentu saja diamini SBY memutar haluan.
Sebagai seorang visioner, SBY tidak hanya melihat kondisi sekarang namun juga harus melihat masa depan. SBY tentu akan belajar dari hasil Pemilu tahun ini yang tidak menguntungkan Demokrat, bahkan suara Demokrat pun tertinggal oleh Nasdem, partai yang relatif baru.
Tapi itulah efek ketika tidak berada di pemerintahan, rupanya berpengaruh signifikan menggerus public trust. Oleh karena itu saya kira wajar, jika Demokrat akan mencari pelampung ke partai pemenang Pilpres, demi mendapatkan perhatian publik (media massa). Bahkan ia akan rela pecah kongsi, jika memang Jokowi yang menang.
Jika Jokowi terpilih lagi maka pada Pemilu 2024, posisi Presiden sudah tentu lowong. Karena petahana tidak bisa mencalonkan lagi. Meminjam istilah outsourcing, karyawan tersebut sudah maksimum kontrak. Disaat inilah akan muncul figur lain.
Apakah Prabowo akan ikut kompetisi lagi? Saya pikir tidak, kalaupun iya dia bukan figur yang menarik lagi, karena sudah renta sebagai nomer satu. Ya. . Walaupun Mahatir Muhammad ternyata masih terpilih lagi, ketika usianya sudah 90an.
Itulah kenapa, beberapa hari ini gencar berita AHY silaturahmi berbau politik ke keluarga Megawati, GusDur, Habibie. Agus Harimurti Yudoyono atau yang dikenal AHY, harus mengambil hati publik, dan lawan politiknya.
Bahkan jika dirunut lebih jauh, proses berlabuhnya ke kubu Prabowo pun terkesan setengah hati untuk menunaikan syarat agar bisa mengajukan calon di Pemilu 2024 dan menjelang last minute. Disamping itu, ada ketidaksinkronan kode dari SBY yang ditangkap oleh Prabowo, PKS dan Gerindra. Dimana malah Sandiaga Uno yang dimunculkan sebagai Calon Wakil Presiden, bukan malah AHY selaku pewaris tahta Demokrat. Tapi kini semuanya telah terjadi, dan AHY beserta Partai Demokrat yang tentu saja diamini SBY melakukan manuver politik yang mungkin bisa berdampak signifikan pada Pemilu 2024.
Ketika partai lain belum mencari figur calon presiden atau cawapres di 2024, AHY telah melakukan manufer tersebut. Jika PDI sebagai partai pemenang Pemilu 2019, nantinya akan memunculkan Puan Maharani, sebagai Capres 2024, rasanya akan susah mendapatkan perhatian publik, jika Cawapresnya bukan figur yang kuat pula. Kenapa, ya karena dia wanita. Ambil contoh Kepala Daerah yang dipimpin wanita, maka figur wakilnya harus kuat.
Atau bisa saja konstelasi berubah, dan Demokrat mengangkat figur AHY sebagai Capres dan berusaha mencari pengaruh dalam pusaran partai partai kubu Jokowi Ma'ruf.
Jangan lupakan pula tokoh tokoh lain yang siap bersaing di 2024. Seperti Risma, Ganjar, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Anies Baswedan, dan lain lain. Tapi yang pasti dari AHY dia punya modal, sebagai pewaris tahta partai Demokrat, sedangkan figur lainnya kecuali Puan Maharani, harus menunggu kebijakan partai.
Ingat, Demokrat tidak hanya mengincar jabatan Menteri di Pemerintahan Jokowi periode kedua saja. Tapi ini adalah langkah politik Demokrat untuk comeback ke Pemerintahan. Kita lihat saja nanti, langkah-langkah AHY selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar