Tahun 2009 ini adalah tahun pertama aku mencoba melamar dan tes menjadi PNS. Ini adalah pengalaman pertama setelah sekian lama aku lulus kuliah dan selalu menolak melamar profesi ini, bahkan menoleh pun tidak. Menurutku, dulu profesi menjadi PNS yang notabene adalah abdi negara, adalah profesi yang sia-sia. Maksudnya sia-sia untuk kehidupanku kelak di akhirat.
Maklumlah profesi yang satu ini sangat rawan dari hal-hal yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan, atau bahkan seolah menuhankan diri kita. Maksud saya coba lihat orang yang ngurus ijin apalah (saya takmau sebut karena takut dituduh melanggar UU ITE). Kadang kita dibuat kesal dan terkesan arogan.
Tapi akhirnya toh tahun ini, setelah sering digojloki adikku bahwa aku sok idealis. Hahh...akhirnya luruh juga untuk melamar jadi PNS. Targetku cuma satu, yaitu mendekatkan diri pada kampung halaman yang tercinta, Lamongan. Atau berada di sekitar kampung istri di Tasik, toh masih Pulau Jawa, bisa ditempuh dengan berbagai moda angkutan.
Tercatat tahun ini ikut tes di 3 tempat, Bandung, Lamongan, dan Batam. Yang terakhir kusebut ini adalah aku sedikit ragu, karena bingung justru kalau ketrima... makin susah kan kalau mau balik ke Jawa.
Alhamdulillah... gagal semuanya. Tapi untuk mencapai kesuksesan kita harus evaluasi dan bisa menilai kegagalanku dimana.
Tes di Bandung di Departemen Perdagangan akhirnya kandas, maklum dah lupa pelajaran Kimia dan mungkin gagal di TOEFL. Tes di Lamongan gagal juga, kalau ini justru aku merasa fair karena setelah seminggu tes kemudian nilai keluar. Bahkan adik iparku yang merasa nilainya jelek ternyata ketrima walaupun nilainya memang jelek tapi nilai tersebut terbaik lho di jurusannya. Kegagalanku lebih dipicu karena aku tidak bisa melejit, aku merasa nilaiku baik. Tapi apalah arti jika dibanding 200 lebih sainganku bernilai lebih baik. Apalagi banyak diantara mereka juga alumni ITS yang tak diragukan kapasitasnya.
Nah, tes yang terakhir di batam ini... ya mau gimana lagi, rupanya iklim Pemerintahan sini masih jauh kata bersih dari KKN. Kalau yang diatas sudah bobrok, pasti akan menurun ke bawah. Saya tidak menuduh, tapi banyak fakta di lapangan yang nyatanya berkata sedemikian itu. Seperti keabsahan kelolosan seleksi administrasi, ternyata walau jurusannya tidak sama dengan kualifikasinya beberapa orang bisa lolos bahkan diterima/lulus tes. Kemudian waktu pengumuman yang lumayan lama, dan transparansi nilai yang tak ada, serta akses internet untuk hal tersebut justru membuktikan proses penerimaan ini diragukan kapasitasnya.
Ya... bagaimanapun tak bisa saya pungkiri bahwa segala proses yang sudah dimulai dengan kejelekan tentu akan mendatangkan hal-hal yang bermuara pada kejelekan. Tuhan tahu dan saya senantiasa berkata "Jangan Menyerah!"
Maklumlah profesi yang satu ini sangat rawan dari hal-hal yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan, atau bahkan seolah menuhankan diri kita. Maksud saya coba lihat orang yang ngurus ijin apalah (saya takmau sebut karena takut dituduh melanggar UU ITE). Kadang kita dibuat kesal dan terkesan arogan.
Tapi akhirnya toh tahun ini, setelah sering digojloki adikku bahwa aku sok idealis. Hahh...akhirnya luruh juga untuk melamar jadi PNS. Targetku cuma satu, yaitu mendekatkan diri pada kampung halaman yang tercinta, Lamongan. Atau berada di sekitar kampung istri di Tasik, toh masih Pulau Jawa, bisa ditempuh dengan berbagai moda angkutan.
Tercatat tahun ini ikut tes di 3 tempat, Bandung, Lamongan, dan Batam. Yang terakhir kusebut ini adalah aku sedikit ragu, karena bingung justru kalau ketrima... makin susah kan kalau mau balik ke Jawa.
Alhamdulillah... gagal semuanya. Tapi untuk mencapai kesuksesan kita harus evaluasi dan bisa menilai kegagalanku dimana.
Tes di Bandung di Departemen Perdagangan akhirnya kandas, maklum dah lupa pelajaran Kimia dan mungkin gagal di TOEFL. Tes di Lamongan gagal juga, kalau ini justru aku merasa fair karena setelah seminggu tes kemudian nilai keluar. Bahkan adik iparku yang merasa nilainya jelek ternyata ketrima walaupun nilainya memang jelek tapi nilai tersebut terbaik lho di jurusannya. Kegagalanku lebih dipicu karena aku tidak bisa melejit, aku merasa nilaiku baik. Tapi apalah arti jika dibanding 200 lebih sainganku bernilai lebih baik. Apalagi banyak diantara mereka juga alumni ITS yang tak diragukan kapasitasnya.
Nah, tes yang terakhir di batam ini... ya mau gimana lagi, rupanya iklim Pemerintahan sini masih jauh kata bersih dari KKN. Kalau yang diatas sudah bobrok, pasti akan menurun ke bawah. Saya tidak menuduh, tapi banyak fakta di lapangan yang nyatanya berkata sedemikian itu. Seperti keabsahan kelolosan seleksi administrasi, ternyata walau jurusannya tidak sama dengan kualifikasinya beberapa orang bisa lolos bahkan diterima/lulus tes. Kemudian waktu pengumuman yang lumayan lama, dan transparansi nilai yang tak ada, serta akses internet untuk hal tersebut justru membuktikan proses penerimaan ini diragukan kapasitasnya.
Ya... bagaimanapun tak bisa saya pungkiri bahwa segala proses yang sudah dimulai dengan kejelekan tentu akan mendatangkan hal-hal yang bermuara pada kejelekan. Tuhan tahu dan saya senantiasa berkata "Jangan Menyerah!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar