Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

19 September 2009

Noordin M Top, Selamat Jalan Wahai Mujahid…

Noordin M Top tewas dalam penggrebekan yang dilakukan aparat densus dan kepolisian di desa Mojosongo, Jebres, Solo, Kamis, 17 September 2009. Sebagian besar orang mengutuk dan bergembira dengan tewasnya Noordin. Sedikit yang simpati dan haru dengan kepergiannya. Jikalau pilihan Noordin M Top dalam berjihad memerangi musuh-musuh Islam, utamanya Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya benar, maka betapa beruntungnya dia. Karena dia akan dianggap sebagai mujahid dan mati sebagai syuhada. Insya Allah!

Jihad Hukum Islam Yang Abadi
Banyak orang beranggapan jika seorang pemimpin jihad atau seorang mujahid syahid, maka jihad akan berhenti dan berarti perjuangan mereka mengalami kekalahan. Padahal dalam pandangan Islam, jika seorang mujahid syahid, maka itu adalah sebuah ‘kemenangan’ dan sebuah kemuliaan bagi ummat Islam.

Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah (9) : 111)

Dalam sejarah panjang Islam, telah berlalu para mujahidin menuju syahid, hingga wafatnya Nabi Muhammad SAW, dan hal tersebut merupakan sunatullah (hukum alam dan ketetapan Allah SWT) yang harus terjadi dan dialami oleh kaum Muslimin dalam memperjuangkan agama mereka. Sejak syahidnya para pahlawan perang Badar, Uhud, Khandaq, hingga syahidnya para mujahid di abad modern, seperti Syekh Abdullah Azzam, Syekh Ahmad Yassin, Rantisi, Khattab, Samil Bashayev, Mullah Dadullah, Syekh Yusuf Al Uyairi, Syekh Abu Mus’ab Az Zarqawi, Syekh Mukhlas, Imam Samudra, Amrozi, dan kini Noordin M Top.

Kematian seorang mujahid di tangan musuhnya bisa saja dianggap sebagai sebuah kesuksesan besar, terutama bagi musuh-musuh Islam, yakni Amerika dan sekutu-sekutunya. Tapi bagi mujahid, kematian mulia tersebut atau syahid adalah kemuliaan yang selama ini mereka selalu mencarinya. Karena dalam kamus mereka hanya ada dua kebaikan dan berusaha mendapatkan salah satu darinya, yakni Hidup Mulia atau Mati Syahid.

Syekh Usamah bin Ladin dalam video The Caravan of Syuhada mengatakan:

“Penutup para nabi dan rasul, Muhammad SAW., mengharapkan kedudukan ini. Perhatikan dan renungkan kedudukan seperti apakah yang diharapkan oleh sebaik-baiknya manusia ini. Beliau berharap menjadi seorang syahid. “Demi jiwa Muhammad yang ada ditangan-Nya. Sungguh aku berharap bisa berperang lalu aku terbunuh, kemudian (hidup lagi) untuk berperang lalu aku terbunuh, kemudian (hidup lagi) untuk berperang lalu aku terbunuh.” (Al Hadits)

Hidup yang lama dan panjang ini diringkas oleh Nabi SAW dengan petunjuk Allah SWT., dalam sabda Beliau di atas. Beliau sangat menginginkan kedudukan ini. Orang yang bahagia adalah orang yang telah dipilih oleh Allah SWT sebagai seorang syahid.

“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran (3) : 168-171)

Wallahu’alam bis Showab! (M.Fachry/arrahmah.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar