Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

24 Februari 2018

Super Parsa

Anakku cowok yang satu ini memang luar biasa dalam hal Matematika.

Padahal dahulu, saat masih sekolah kelas 1 ~ 2 di Batam dia masih lambat berhitung, dan memakai tangan.

Namun peningkatan pesat terjadi ketika istri dan anak yang pindah ke Lamongan, di saat Parsa kelas 3 SD. Waktu itu pertenghan kelas 3, ada brosur Kumon, dan istri tertarik untuk memasukkan Parsa kursus Kumon. Tentu saja aku yang merasa tidak pernah memaksakan ikut ini itu kecuali ajaran ibadah Islam, menanyakan Parsa, tertarik atau tidak dengan Matematika. Dan dia senang katanya. Akupun OK aja (siap bayarin SPPnya), asal dia bahagia.

Dan... dia mulai berkembang pesat. Level demi level telah di raih.

Pada waktu kelas 4 SD, Parsa pernah mengikuti lomba KMNR. Waktu seleksi tingkat Lamongan Parsa pun lolos ke Surabaya. Waktu di Surabaya, masih banyak teman temannya dari SD Muhammadiyah Lamongan yang bersamanya. Namun sayangnya, hanya Parsa lah yang lolos ke final di Bogor. Itupun hanya 5 orang wakil Lamongan dari kelas 4. Akhirnya saya pun ikut mendampingi beserta satu guru dari SD-nya. Tapi ketika di Bogor Parsa tidak mendapatkan medali. Namun kami semua sangat bangga padanya. Kamu hebat.. anggap ini pengalaman berharga.

Beberapa saat kemudian Parsa mendapatkan piala dari KUMON atas peningkatan level G kalau tak salah, yang luar biasa.

Namun kemudian istri memutuskan balik ke Batam setelah pengobatannya selesai. Jadinya yang tinggal bersamaku adalah istri dan adiknya Parsa, yaitu Echa yang mulai sekolah SD Mutiara Insani di Batam. Echa ini juga luar biasa, tapi nanti kujelaskan dalam segmen yang lain.

Parsa karena sudah merasa nyaman, akhirnya tetap sekolah di Lamongan. Tinggal bersama mbah Kung dan mbah Utinya.

Namun Allah memiliki cerita yang lain. Ada musibah, mbah uti atau ibundaku wafat. Otomatis galau dong ninggal anak dengan mbah kungnya saja.

Dan akhirnya, istriku menemui pihak sekolah untuk berencana memindahkan Parsa ke Batam lagi. Walaupun aku tahu sebenarnya Parsa gak mau, tapi dia pasrah saja. Namun rupanya pihak sekolah keberatan, karena banyak berencana mengikutkan Parsa dalam banyak perlombaan.

Ya udah, akhirnya kami mengurungkan niat itu. Apalagi mbah kung atau Bapak tidak mau diajak pindah menempati rumah adikku. Ya.... itung itung Parsa buat temennya mbah lah, setelah gak da ibu. Tapi tiap 3 bulan sekali pasti aku jenguk.

Ya.... Parsa pun diikutkan lomba Olimpiade Matematika seleksi kecamatan. Dan hasilnya, Parsa Juara 1 lolos tingkat Kabupaten.

Eh... selesai lomba ini, ternyata ada Olimpiade Ahmad Dahlan tingkat karesidenan Bojonegoro. Olimpiadenya yayasan Muhammadiyah se -Lamongan, Bojonegori, Tuban. Lagi lagi Parsa dapat piala, kali ini Juaara Harapan II. Karena ternyata ada presentasi yang mana si abang jelas 'susah' ngomong. Tapi patut bangga, karena dari Juara 1 hingga Harapan 1 semuanya kelas 6, dia sendiri kelas 5.

Tak jauh dari Olimpiade Ahmad Dahlan, eh langsung disusul Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten. Kalo menurutku, orang Lamongan kota 'kan sudah dikalahkan Parsa, jadi seharusnya mudah Juara. Namun rupanya tidak mudah, karena babak pertama nilai Parsa kalah dengan dari kecamatan Babat. Tapi di babak berikutnya Parsa meraih nilai terbaik dan Juara 1, disusul Babat, dan Aji anak SD Jetis III.

Perasaan baru tanggal 22 Februari dia tanding, ealah Sabtu ini, 24 Februari ini kok dia lomba lagi di Babat katanya. Juara atau tidak, kami patut bangga padanya.

Namun adakalanya abang sulit menerima kekalahan. Seperti saat lomba yang diadakan Sakinah dan di Babat tadi pagi. Mungkin dia mikir kok iso seh, padahal dia sempat nongkrong ranking 2 di sesi awal. Namun di final cuma peringkat 22. Tapi setelah aku cek soalnya memang dia melakukan perhitungan yang salah. Lha inilah saatnya bagi ortu untuk bisa menguatkan dan menerima kekalahan dari kesalahan. Wajar, mental anak masih muda tentu masih labil. Namun selama ada harapan dan tidak membuat patah arang. Tetap semangat, dan belajar dari kesalahan. Insya Allah bisa berprestasi lagi.

Terus terang saya iri, karena semasa SD saya hanya sekali ikut lomba MIPA, itu pun cuma dapat Juara Harapan I. Ya... si abang Parsa memang super, dan saya bangga dan bersyukur memiliki, mendapat amanah ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar