Ketupat dan opor ayam selalu tak bisa dipisahkan dari hari raya Idul Fitri. Biasanya suguhan itu selalu tersaji di rumah-rumah dan menjadi menu wajib di hari lebaran. Tapi kota dan masyarakat Lamongan mempunyai cerita lain tentang menu istimewa lebaran itu.
Masyarakat Lamongan memiliki tradisi kupatan (hari raya ketupat) selain hari raya idul fitri. Menjelang 1 Syawal, di saat lebaran pertama masyarakat Lamongan biasanya tidak membuat ketupat dan opor untuk disuguhkan di hari lebaran itu. Biasanya hari pertama itu justru lebih banyak dihabiskan untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan sanak saudara. Terutama dengan keluarga dan handai tolan yang lama tak bersua. Inilah yang membuat jalinan keluarga tetap terjalin utuh. Lalu apa menu makanan selain suguhan jajanan kecilnya?
Biasanya adalah makanan khas Lamongan, seperti sego boranan, tahu campur, dan nasi kuning. Atau malah terkesan ala kadarnya saja. Lho kok gitu saja? Pada kemana ketupat dan opor ayamnya?
Kehidupan masyarakat Lamongan terkenal sangat agamis. Jadi biasanya hari raya Idul Fitri itu bukanlah waktu yang tepat untuk langsung menuangkann kegembiraan dan merayakannya. Melainkan ada waktu yang lebih tepat untuk merayakannya, kapan itu?
Tanggal 1 Syawal memang adalah hari yang diharamkan untuk berpuasa. Namun sunnah Rosulullah Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri, beliau meneruskan berpuasa sehari sesudahnya hingga selama seminggu. Nah.. pada seminggu setelah lebaran, barulah kita rasakan makna Idul Fitri yang sesungguhnya. Itulah saat dimana segala kegembiraan, keceriaan, dan perayaan kemenangan berlangsung. Tradisi tersebut dibarengi dengan ramai-ramainya orang Lamongan sibuk membuat ketupat untuk dihantarkan ke sanak saudara dan tetangga, serta untuk dimakan bersama keluarganya.
Di Tanjung Kodok (sekarang bernama Wisata Bahari Lamongan)yang berlokasi di Kecamatan Paciran-Lamongan, hampir tiap tahun selalu diadakan pesta menyambut Tradisi Kupatan ini. Dan acara ini lebih meriah dibanding tanggal 1 Syawalnya, ini dikarenakan mungkin sudah tidak ada yang ngganjel lagi. Lain cerita kalau mereka merayakannya di 1 Syawal padahal seminggu sesudahnya masih di sunnahkan untuk puasa. Eman-eman kan kalau masak banyak tak ada yang menghabiskan.
Menurut hikayat, tradisi seperti ini sudah berlangsung turun-temurun mengikuti ajaran dari Kanjeng Sunan Drajad. Beliau adalah Walisanga yang bermukim di daerah Paciran, Lamongan.
Memang kalau orang luar daerah yang tidak mengerti tradisi seperti ini, mungkin akan bertanya-tanya, kenapa kok masyarakat Lamongan tidak membuat ketupat pada hari raya Idul Fitri. Padahal masyarakat Lamongan juga membuat ketupat, sama seperti daerah lainnya, bedanya mereka membuatnya pada hari ketujuh setelah lebaran. Masyarakat Lamongan memang unik, hmm... jadi lebaran dua kali dong!
Masyarakat Lamongan memiliki tradisi kupatan (hari raya ketupat) selain hari raya idul fitri. Menjelang 1 Syawal, di saat lebaran pertama masyarakat Lamongan biasanya tidak membuat ketupat dan opor untuk disuguhkan di hari lebaran itu. Biasanya hari pertama itu justru lebih banyak dihabiskan untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan sanak saudara. Terutama dengan keluarga dan handai tolan yang lama tak bersua. Inilah yang membuat jalinan keluarga tetap terjalin utuh. Lalu apa menu makanan selain suguhan jajanan kecilnya?
Biasanya adalah makanan khas Lamongan, seperti sego boranan, tahu campur, dan nasi kuning. Atau malah terkesan ala kadarnya saja. Lho kok gitu saja? Pada kemana ketupat dan opor ayamnya?
Kehidupan masyarakat Lamongan terkenal sangat agamis. Jadi biasanya hari raya Idul Fitri itu bukanlah waktu yang tepat untuk langsung menuangkann kegembiraan dan merayakannya. Melainkan ada waktu yang lebih tepat untuk merayakannya, kapan itu?
Tanggal 1 Syawal memang adalah hari yang diharamkan untuk berpuasa. Namun sunnah Rosulullah Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri, beliau meneruskan berpuasa sehari sesudahnya hingga selama seminggu. Nah.. pada seminggu setelah lebaran, barulah kita rasakan makna Idul Fitri yang sesungguhnya. Itulah saat dimana segala kegembiraan, keceriaan, dan perayaan kemenangan berlangsung. Tradisi tersebut dibarengi dengan ramai-ramainya orang Lamongan sibuk membuat ketupat untuk dihantarkan ke sanak saudara dan tetangga, serta untuk dimakan bersama keluarganya.
Di Tanjung Kodok (sekarang bernama Wisata Bahari Lamongan)yang berlokasi di Kecamatan Paciran-Lamongan, hampir tiap tahun selalu diadakan pesta menyambut Tradisi Kupatan ini. Dan acara ini lebih meriah dibanding tanggal 1 Syawalnya, ini dikarenakan mungkin sudah tidak ada yang ngganjel lagi. Lain cerita kalau mereka merayakannya di 1 Syawal padahal seminggu sesudahnya masih di sunnahkan untuk puasa. Eman-eman kan kalau masak banyak tak ada yang menghabiskan.
Menurut hikayat, tradisi seperti ini sudah berlangsung turun-temurun mengikuti ajaran dari Kanjeng Sunan Drajad. Beliau adalah Walisanga yang bermukim di daerah Paciran, Lamongan.
Memang kalau orang luar daerah yang tidak mengerti tradisi seperti ini, mungkin akan bertanya-tanya, kenapa kok masyarakat Lamongan tidak membuat ketupat pada hari raya Idul Fitri. Padahal masyarakat Lamongan juga membuat ketupat, sama seperti daerah lainnya, bedanya mereka membuatnya pada hari ketujuh setelah lebaran. Masyarakat Lamongan memang unik, hmm... jadi lebaran dua kali dong!
Infonya sangat bermanfaat ya, terimakasih lo ya, Semoga anda di berikan kelancaran
BalasHapusdalam berusaha, dan di beri kesehatan, kelanjaran, dan tak lupa kesuksesan , dan
juga makin jaya ya :)
Dari :
Pembicara Internet Marketing
menjadikan jualan anda lebih terkenal dan banyak dikenal oleh masyarakat luas,
menjadikan No 1 di semua halaman google, dengan menggunakan fasilitas GRATIS
di INTERNET.
anda berminat??
hub Bpk. Agus Setiyawan
081 333 841183 (Simpati)
0817 537894 (XL)
0341 5455330 (Flexi)
atau kunjungi di
http://www.pembicarainternetmarketing.com/workshop-internet-jadikan-internet-se
bagai-mesin-pencetak-uang.html
@Anonim Amiin, hmmm wah...lokasinya jauh
BalasHapus