Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

29 Desember 2009

Anti Sistem Demokrasi Produk Indonesia

Sebenarnya sejak lama uneg-uneg ini ingin kutulis. Tapi mungkin baru kali ini saya siap mempertanggungjawabkan pemikiran saya.

Demokrasi, kata-kata ini sudah sejak kecil ditanamkan kedalam otak kita melalui pendidikan sekolah. Biasanya bapak atau ibu guru sering mencontohkan dalam mengambil keputusan di suatu forum rapat desa maka dilakukan dengan musyawarah desa, ini adalah salah satu contoh demokrasi. Benar, nggak salah, sistem demokrasi adalah kegiatan untuk menentukan arah keputusan berdasarkan pencapaian kata mufakat, secara jujur, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Yang jadi masalah, apakah penentuan pendapat dengan musyawarah atau voting telah mencerminkan kebenaran? Jawabannya TIDAK atau kalau ragu-ragu, bilang saja BELUM TENTU.

Kadangkala kita lupa, sebenarnya hal terpenting untuk berdemokrasi kita perlu meninjau satu landasan/ dasar, dimana keputusan tersebut akan diambil. Jadi hendaklah orang yang melakukan ini berilmu, paham dan bisa mempertanggungjawabkan dihadapan masyarakat dan Tuhan,serta mengerti baik buruknya keputusan yang terjadi.

Di dalam agama Islam ada Majelis Syura yang lebih kompleks mengatur demokrasi yang baik dan benar, yaitu harus berpegang teguh pada beberapa prinsip, antara lain:

1. Prinsip Syura Pertama: Musyawarah hanyalah disyariatkan dalam permasalahan yang tidak ada dalilnya.
Sebagaimana telah jelas bagi setiap muslim bahwa tujuan musyawarah ialah untuk mencapai kebenaran, bukan hanya sekedar untuk membuktikan banyak atau sedikitnya pendukung suatu pendapat atau gagasan.

2.Prinsip Syura Kedua: Kebenaran tidak di ukur dengan jumlah yang menyuarakannya.
Oleh karena itu walaupun suatu pendapat didukung oleh kebanyakan anggota musyawarah, akan tetapi bila terbukti bahwa mereka menyelisihi dalil, maka pendapat mereka tidak boleh diamalkan. Dan walaupun suatu pendapat hanya didukung atau disampaikan oleh satu orang, akan tetapi terbukti bahwa pendapat itu selaras dengan dalil, maka pendapat itulah yang harus di amalkan.

Bukan seperti demokrasi yang terjadi sekarang, seolah olah suara rakyat adalah suara Tuhan. Hmm... keblinger kok bareng-bareng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar