Mungkin ada baiknya menuliskan kesan dan pengalaman baru disini, sebelum otakku meledak kebanyakan memori dan uneg-uneg, Hiperbola .
Sebenarnya tak ada bedanya, hampir sama seperti kerjaan di perusahaan manufaktur lainnya. Cuma job responsibility- ku sekarang adalah sebagai QA/QC, gak beda jauh sih dengan process. Tujuannya sama sih, mengontrol dan memastikan kualitas produk sesuai dengan requirement quality standard dari Customer. Kalau di perusaahaan lama urusannya hanya focus pada internal perusahaan dan biasanya ‘bentrok’ dengan productivity dari produksi, sekarang urusannya lebih melebar. Tak hanya scope internal saja yang diurusi melainkan mulai dari Supplier hingga Customer Issued. Tapi sekali lagi saya anggap masih mampu karena itu adalah hal yang biasa juga kukerjakan di tempat lama.
Masalah mulai timbul ketika harus bertanggungjawab pada review check BOM (Bill of Material) List, membuat issue perubahan Drawing (Manufacturing Spec), hingga ngurusi proses di produksi, dan parahnya training pun under QA, walah!!!
Hmm….ini dah nyalahi kodrat kayak gini, BOM List ’kan biasanya dikerjain material control atau PPIC dan Purchasing, sedangkan QA dan section lain hanya sekedar tahu dan implement. Parahnya BOM list disini beda kasus dengan tempat lama, gini-gini gue pernah berada di section PPIC. Kalau di tempat lama, dimana material level 1 hingga sub-sub level penyusun lainnya teratur, dan mudah untuk di breakdown, jelas. Tapi… disini lain, part level 1 yang harusnya total assembly itu ternyata juda ada part turunan semi assembly. Kalau sudah seperti ini, tentu buat pusing orang yang ngecek. Dimana banyak part yang dipakai common model, dimana modelnya ratusan dengan total semua part kira-kira 7000-an item. Kalau Cuma sekedar cek dari BOM list gak masalah, tapi ketika sudah buka drawing… hmm ngelu gak, mati mati kon!
Terus lucunya (ketawa dulu deh, ngetawain penderitaanku) ada perubahan part dan drawing, harusnya kayak gini ’kan dikerjain sama Doccon dan R&D Engineering yang lain sekedar review. Lalu yang lebih lucu lagi, ternyata nih produksi gak ada Proses yang independen, berdiri sendiri, punya kewenangan untik membuat sistem kerja, mapping rootcause problem, buat problem solving lalu action dan monitoring. Nyata-nyata sistem PDCA-nya gak jalan, hingga akhirnya tanggungjawab dilimpahkan ke QA lagi, bleeeh!!! Lalu ada lagi yang bikin aku terkesan disini, sebegitu hebatkah QA ini hingga sampai sampai harus mengkoordinir training operator atau staff yang baru join. Hmm... Super QA kalau aku boleh bilang. Masalahnya untuk kasus kasus yang nyalahin kodrat tadi dikarenakan section-nya gak ada. Material control gak ada, hingga dikeroyok bareng Purchaser, Warehouse, dan Planner. Doccon gak jelas scope responsibility-nya, campur kerjaan sebagai clerk, gak ada yang lead. Trainer juga gak ada, Process Engineer apalagi? Nonsense. Tapi untungnya (ternyata masih untung), aku tak menjalani kehidupan kayak gini sendirian, ada section head stamping dan molding yang harus rangkap jabatan sebagai maintenance tools atau mechanic-electric machine-nya masing-masing.
Kata orang, kerjaannya nyantai tapi itu gak sepenuhnya benar. Sebenarnya nyantai, karena pressure dari Boss kurang dan kurang concern ngerjain semuanya. Kalau dipikir-pikir, kalau semua kerjaan dikerjakan dengan benar bakal nggak kelar dan bejibun. Maka dari itu sistem quality internal gak jalan. IPR atau NCR gak pernah dikerjain produksi, sama mau ngerjain prosesnya gak ada yang ada QA. Masak gue ngasih kerjaan gue sendiri? Mampus lah!
Kalau dari paribosone wong jawa kuwi “ngisor meja ono ulane, ojo gelo iku carane.” Artinya nggak usah merasa aneh, nyinyir, karena tiap tempat pasti punya cara sendiri. Walaupun terkesan pelit untuk nambah orang. Jadinya ya... pakai skala prioritas, yang penting jalan kalau dirasa belum ya nanti, atau kalau jarang ya kapan-kapan, atau gak perlu ya tak usah dikerjakan. Ok kan?
Sebenarnya tak ada bedanya, hampir sama seperti kerjaan di perusahaan manufaktur lainnya. Cuma job responsibility- ku sekarang adalah sebagai QA/QC, gak beda jauh sih dengan process. Tujuannya sama sih, mengontrol dan memastikan kualitas produk sesuai dengan requirement quality standard dari Customer. Kalau di perusaahaan lama urusannya hanya focus pada internal perusahaan dan biasanya ‘bentrok’ dengan productivity dari produksi, sekarang urusannya lebih melebar. Tak hanya scope internal saja yang diurusi melainkan mulai dari Supplier hingga Customer Issued. Tapi sekali lagi saya anggap masih mampu karena itu adalah hal yang biasa juga kukerjakan di tempat lama.
Masalah mulai timbul ketika harus bertanggungjawab pada review check BOM (Bill of Material) List, membuat issue perubahan Drawing (Manufacturing Spec), hingga ngurusi proses di produksi, dan parahnya training pun under QA, walah!!!
Hmm….ini dah nyalahi kodrat kayak gini, BOM List ’kan biasanya dikerjain material control atau PPIC dan Purchasing, sedangkan QA dan section lain hanya sekedar tahu dan implement. Parahnya BOM list disini beda kasus dengan tempat lama, gini-gini gue pernah berada di section PPIC. Kalau di tempat lama, dimana material level 1 hingga sub-sub level penyusun lainnya teratur, dan mudah untuk di breakdown, jelas. Tapi… disini lain, part level 1 yang harusnya total assembly itu ternyata juda ada part turunan semi assembly. Kalau sudah seperti ini, tentu buat pusing orang yang ngecek. Dimana banyak part yang dipakai common model, dimana modelnya ratusan dengan total semua part kira-kira 7000-an item. Kalau Cuma sekedar cek dari BOM list gak masalah, tapi ketika sudah buka drawing… hmm ngelu gak, mati mati kon!
Terus lucunya (ketawa dulu deh, ngetawain penderitaanku) ada perubahan part dan drawing, harusnya kayak gini ’kan dikerjain sama Doccon dan R&D Engineering yang lain sekedar review. Lalu yang lebih lucu lagi, ternyata nih produksi gak ada Proses yang independen, berdiri sendiri, punya kewenangan untik membuat sistem kerja, mapping rootcause problem, buat problem solving lalu action dan monitoring. Nyata-nyata sistem PDCA-nya gak jalan, hingga akhirnya tanggungjawab dilimpahkan ke QA lagi, bleeeh!!! Lalu ada lagi yang bikin aku terkesan disini, sebegitu hebatkah QA ini hingga sampai sampai harus mengkoordinir training operator atau staff yang baru join. Hmm... Super QA kalau aku boleh bilang. Masalahnya untuk kasus kasus yang nyalahin kodrat tadi dikarenakan section-nya gak ada. Material control gak ada, hingga dikeroyok bareng Purchaser, Warehouse, dan Planner. Doccon gak jelas scope responsibility-nya, campur kerjaan sebagai clerk, gak ada yang lead. Trainer juga gak ada, Process Engineer apalagi? Nonsense. Tapi untungnya (ternyata masih untung), aku tak menjalani kehidupan kayak gini sendirian, ada section head stamping dan molding yang harus rangkap jabatan sebagai maintenance tools atau mechanic-electric machine-nya masing-masing.
Kata orang, kerjaannya nyantai tapi itu gak sepenuhnya benar. Sebenarnya nyantai, karena pressure dari Boss kurang dan kurang concern ngerjain semuanya. Kalau dipikir-pikir, kalau semua kerjaan dikerjakan dengan benar bakal nggak kelar dan bejibun. Maka dari itu sistem quality internal gak jalan. IPR atau NCR gak pernah dikerjain produksi, sama mau ngerjain prosesnya gak ada yang ada QA. Masak gue ngasih kerjaan gue sendiri? Mampus lah!
Kalau dari paribosone wong jawa kuwi “ngisor meja ono ulane, ojo gelo iku carane.” Artinya nggak usah merasa aneh, nyinyir, karena tiap tempat pasti punya cara sendiri. Walaupun terkesan pelit untuk nambah orang. Jadinya ya... pakai skala prioritas, yang penting jalan kalau dirasa belum ya nanti, atau kalau jarang ya kapan-kapan, atau gak perlu ya tak usah dikerjakan. Ok kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar