”Inilah kenapa gue males sekali berurusan dengan masa lalu...........
Itu lho si A ngajak balik hubungan serius lagi,
Gila nggak tuh! Padahal ’kan sekarang gue dah punya C...”
Mungkin ini terkesan sentimentil ketika kita terkenang kembali dengan masa lalu. Apalagi yang berkaitan dengan cinta dan emosi... hmmmf!!! Pasti ada waktu dimana kita merasa tercabik-cabik hati, emosi dan ingin ’mengenyahkan’ mantan pasangan/ pacar kita dari hidup kita ketika timbul perselisihan diantara kita. Momen dimana sesuatu yang menyangkut dirinya seolah menjadi musuh utama dalam hidup ini dan jijik..
Namun ketika waktu berjalan dan hati kita mampu berdamai dengan emosi. Seirama dengan hal itu, hubungan kita dengan sang mantan bisa dibilang menjadi baik lagi dan ’mesra’. Tentu saja konotasi mesra disini harus diletakkan dalam proporsi yang sesuai dengan situasi dan kondisi kita saat ini. Yang menjadi persoalan adalah ketika pada kondisi sekarang kita telah memiliki pasangan lainnya.
Nah inilah yang menjadi persoalan jangan sampai mesra disalah gunakan melakukan tindakan yang bisa memicu atau menyakiti hati pasangan kita sekarang. Masih untung kalau kondisi kita sekarang masih sebatas pacaran dengan pasangan baru kita, parahnya kalau kondisi kita saat ini ternyata sudah berumahtangga, sudah memiliki suami atau istri, selain sang mantan kita.
Mari kita bahas satu persatu, kalau untuk kondisi masih available tentu bukan jadi kendala. Kemesraan yang terbangun lagi mungkin bisa saja sebatas sahabat atau bisa juga menjadi lebih jauh, tentu saja ini tergantung pada komitmen yang kita bangun saat berdamai dengan masa lalu. Hal ini bisa tercapai kalau tercapai rasa yang setara dan proporsinya sama, jangan timbul ge-er diantara salah satu pihak. Tapi terserah saja kalau lah kita ingin mengulang lagi hubungan masa lalu, tentu saja dengan pertimbangan yang masak dan komitmen yang kuat untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Satu hal lagi, kita harus mengesampingkan gengsi untuk balik lagi, tentu saja ini dipengaruhi subyektifitas dan lingkungan pergaulan. Artinya bukan masalah besar, tergantung mau atau tidak kita menjalaninya lagi. Dimana intinya semuanya berpulang lagi pada sebesar mana cinta kita padanya.
Kasus kedua, ketika posisi kita sekarang sedang memiliki pacar, sedang bertunangan, atau malah sudah berumahtangga dengan pasangan baru kita. Sebenarnya bukan masalah jika kita berdamai dengan masa lalu namun yang diperlukan adalah trust, honesty, dan respect. Artinya kedekatan kita dengan masa lalu (sang mantan) jangan sampai menimbulkan reaksi fusi yang memicu terjadinya ledakan emosi hingga mengakibatkan perpecahan hubungan kita sekarang. Semuanya bersumber pada komunikasi yang tentu saja harus dilandasi sikap keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, dan saling menghargai diri kita, pasangan kita sekarang, ataupun dengan sang mantan. Akan lebih baik lagi jika mengenalkan jati diri sang mantan pada pasangan kita, tentu saja tak perlu mengekspos kemesraan yang pernah dijalani dulu. Hindari hal-hal yang membuat pasangan kita cemburu.
Intinya hubungan yang kita jalani haruslah berlandas pada sikap dan proporsi yang bisa kita berikan. Hindari sikap ge-er dan romantisme masa lalu, bersikaplah sewajarnya seperti teman atau sahabat. Jangan pernah terpancing untuk bermain api karena ada banyak pihak yang pasti disakiti. Satu hal lagi, setidaknya akan lebih baik lagi jika pasangan kita mengetahui hubungan (bisnis atau friendship) kita dengan sang mantan.
Bukankah lebih bijak menambah teman daripada musuh di kehidupan ini? Lupakan perihnya masa lalu dan berdamailah untuk kehidupanmu sekarang dan kelak.
Itu lho si A ngajak balik hubungan serius lagi,
Gila nggak tuh! Padahal ’kan sekarang gue dah punya C...”
Mungkin ini terkesan sentimentil ketika kita terkenang kembali dengan masa lalu. Apalagi yang berkaitan dengan cinta dan emosi... hmmmf!!! Pasti ada waktu dimana kita merasa tercabik-cabik hati, emosi dan ingin ’mengenyahkan’ mantan pasangan/ pacar kita dari hidup kita ketika timbul perselisihan diantara kita. Momen dimana sesuatu yang menyangkut dirinya seolah menjadi musuh utama dalam hidup ini dan jijik..
Namun ketika waktu berjalan dan hati kita mampu berdamai dengan emosi. Seirama dengan hal itu, hubungan kita dengan sang mantan bisa dibilang menjadi baik lagi dan ’mesra’. Tentu saja konotasi mesra disini harus diletakkan dalam proporsi yang sesuai dengan situasi dan kondisi kita saat ini. Yang menjadi persoalan adalah ketika pada kondisi sekarang kita telah memiliki pasangan lainnya.
Nah inilah yang menjadi persoalan jangan sampai mesra disalah gunakan melakukan tindakan yang bisa memicu atau menyakiti hati pasangan kita sekarang. Masih untung kalau kondisi kita sekarang masih sebatas pacaran dengan pasangan baru kita, parahnya kalau kondisi kita saat ini ternyata sudah berumahtangga, sudah memiliki suami atau istri, selain sang mantan kita.
Mari kita bahas satu persatu, kalau untuk kondisi masih available tentu bukan jadi kendala. Kemesraan yang terbangun lagi mungkin bisa saja sebatas sahabat atau bisa juga menjadi lebih jauh, tentu saja ini tergantung pada komitmen yang kita bangun saat berdamai dengan masa lalu. Hal ini bisa tercapai kalau tercapai rasa yang setara dan proporsinya sama, jangan timbul ge-er diantara salah satu pihak. Tapi terserah saja kalau lah kita ingin mengulang lagi hubungan masa lalu, tentu saja dengan pertimbangan yang masak dan komitmen yang kuat untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Satu hal lagi, kita harus mengesampingkan gengsi untuk balik lagi, tentu saja ini dipengaruhi subyektifitas dan lingkungan pergaulan. Artinya bukan masalah besar, tergantung mau atau tidak kita menjalaninya lagi. Dimana intinya semuanya berpulang lagi pada sebesar mana cinta kita padanya.
Kasus kedua, ketika posisi kita sekarang sedang memiliki pacar, sedang bertunangan, atau malah sudah berumahtangga dengan pasangan baru kita. Sebenarnya bukan masalah jika kita berdamai dengan masa lalu namun yang diperlukan adalah trust, honesty, dan respect. Artinya kedekatan kita dengan masa lalu (sang mantan) jangan sampai menimbulkan reaksi fusi yang memicu terjadinya ledakan emosi hingga mengakibatkan perpecahan hubungan kita sekarang. Semuanya bersumber pada komunikasi yang tentu saja harus dilandasi sikap keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, dan saling menghargai diri kita, pasangan kita sekarang, ataupun dengan sang mantan. Akan lebih baik lagi jika mengenalkan jati diri sang mantan pada pasangan kita, tentu saja tak perlu mengekspos kemesraan yang pernah dijalani dulu. Hindari hal-hal yang membuat pasangan kita cemburu.
Intinya hubungan yang kita jalani haruslah berlandas pada sikap dan proporsi yang bisa kita berikan. Hindari sikap ge-er dan romantisme masa lalu, bersikaplah sewajarnya seperti teman atau sahabat. Jangan pernah terpancing untuk bermain api karena ada banyak pihak yang pasti disakiti. Satu hal lagi, setidaknya akan lebih baik lagi jika pasangan kita mengetahui hubungan (bisnis atau friendship) kita dengan sang mantan.
Bukankah lebih bijak menambah teman daripada musuh di kehidupan ini? Lupakan perihnya masa lalu dan berdamailah untuk kehidupanmu sekarang dan kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar