Lama aku tak berceloteh di blog ini, padahal banyak peristiwa yang kualami.
Satu kejadian paling menyedihkan adalah disaat aku, dan kami semua kehilangan ibunda atau mbah uti tercinta. Ya... ibunda tercinta, yang paling baik, paling bisa mengerti, paling sabar, dan semua yang terbaik telah menghadap illahi.
Padahal, aku berencana mengunjungi ibu dan merayakan, saat ulang tahunnya yang ke-67 di tanggal 10 Oktober 2017. Namun ternyata suratan takdir berkata lain.
Beberapa hari menjelang ultah ibu, yakni akhir bulan September, ibu merasa badannya lemes, nggak berdaya. Lalu cek ke dokter dan berobat, ternyata gula darahnya tinggi sampai 400an. Ibu memang ada riwayat gula darah tinggi (diabetes).
Namun beberapa hari tak kunjung enak badannya, akhirnya adikku yg pertama yang tinggal di Lamongan, Erni memutuskan membawa ibu ke rumah sakit RSUD Dr. SOEGIRI. Ibu dirawat disana. Adikku yang kedua, Evy pun memutuskan pulang dari Jakarta demi menunggui ibu. Pada hari keempat akhirnya ibu diperbolehkan pulang, di hari Jumat Malam. Kondisi ibu terlihat membaik, dan bahkan bisa 'keluyuran' di sekitar rumah. Aku bahkan dilarang pulang sama beliau karena sudah merasa baikan. Saat itu tanggal 7 Oktober, tapi aku tetap ngotot untuk pulang pada saat ibu berulangtahun tanggal 10 Oktober. Lagian aku pingin ngunjungi anak pertamaku yang kutitipkan di Lamongan sama Mbah Kung dan Mbah Utinya.
Lalu tanggal 8 Oktober, menurut adikku, ibu seperti diserang rasa panik, ketika tahu bapak tidak ada di rumah. Padahal saat itu bapak lagi cari bubur. Dan ibu batuk sedikit, namun nafas terasa berat.
Adikku yang kerja di Jakarta berencana balik lagi ke Jakarta pada hari itu. Namun dia ragu-ragu melihat kondisi ibu kok seperti itu. Namun, ibu menyuruh adikku untuk balik ke Jakarta, karena adiku sudah lama cuti. Dengan terpaksa adikku pun naik kereta api sesuai tiket yang telah dibelinya. Dan dia info ke aku kalau dia harus balik ke Jakarta namun tidak tega karena kondisi ibu drop lagi. Akupun sudah beli tiket pulang pada hari Senin pagi, 9 Oktober 2017. Karena tiket hari Minggu sudah habis.
Disaat lain, adikku Erni membawa kembali ibu masuk UGD RSUD. Sebenarnya saat itu, ibu bisa jalan naik mobil. Namun pada saat di UGD kondisinya drop, tapi masih sadar.
Gula darah ibu sekitar 400an. Mulai saat itu semua organ ibu dicek. Dan ditemukan ada phnemonia di lobus paru-paru yang sudah menyebar. Darah ibu saat diambil untuk dicek juga terlihat menghitam. Aku trenyuh dan hanya bisa berdoa karena aku tak disampingnya. Adikku Erni lah yang selalu mendampinginya, dan keponakanku dan bulik-bulikku.
Sampai jam 10 malam kondisi ibu belum stabil, ritme nafasnya masih kurang bagus, dan masih harus tetap di UGD. Menjelang pergantian hari, jam 12an malam, ibu dipindah ke ruangan rawat pasien. Karena kondisinya dirasa stabil. Sama di ruangan sebelumnya, bahkan adikku sempat berseloroh dan ibu masih tersenyum.
Namun... tak dinyana, sebelum masuk ke ruangan. Tarikan nafas sekali ibu dan tiba-tiba 'tertidur'. Dan... usaha RPJ sudah dilakukan maksimal. Sekitar setengah jam akhirnya dokter menyatakan ibu meninggal tepat di jam 1.00 dini hari, tanggal 9 Oktober 2017. Tepat sehari, sebelum ulang tahunnya.
Adikku Evy mengetahui kabar ini saat dia berada di KA yang tiba Semarang. Atas berita ini, tentu saja kami sekeluarga pulang dari Batam.
Namun... ternyata secepat-cepatnya kami. Aku tak bisa melihat wajah ibu tercinta di saat terakhir kali. Mungkin inilah penyesalanku, menunda nunda kepulangan.
Memang, aku sering pulang ke Lamongan, setidaknya 3 bulan sekali. Dan.... terkadang aku lupa, masih mencari-cari dimana keberadaan ibu, kok tidak menyapaku.
Hmm... aku kan selalu berdoa untukmu Bu, semoga engkau wafat dalam keadaan khusnul khotimah dan surga menjadi tempat tinggalmu. Aaamiin.
Satu kejadian paling menyedihkan adalah disaat aku, dan kami semua kehilangan ibunda atau mbah uti tercinta. Ya... ibunda tercinta, yang paling baik, paling bisa mengerti, paling sabar, dan semua yang terbaik telah menghadap illahi.
Padahal, aku berencana mengunjungi ibu dan merayakan, saat ulang tahunnya yang ke-67 di tanggal 10 Oktober 2017. Namun ternyata suratan takdir berkata lain.
Beberapa hari menjelang ultah ibu, yakni akhir bulan September, ibu merasa badannya lemes, nggak berdaya. Lalu cek ke dokter dan berobat, ternyata gula darahnya tinggi sampai 400an. Ibu memang ada riwayat gula darah tinggi (diabetes).
Namun beberapa hari tak kunjung enak badannya, akhirnya adikku yg pertama yang tinggal di Lamongan, Erni memutuskan membawa ibu ke rumah sakit RSUD Dr. SOEGIRI. Ibu dirawat disana. Adikku yang kedua, Evy pun memutuskan pulang dari Jakarta demi menunggui ibu. Pada hari keempat akhirnya ibu diperbolehkan pulang, di hari Jumat Malam. Kondisi ibu terlihat membaik, dan bahkan bisa 'keluyuran' di sekitar rumah. Aku bahkan dilarang pulang sama beliau karena sudah merasa baikan. Saat itu tanggal 7 Oktober, tapi aku tetap ngotot untuk pulang pada saat ibu berulangtahun tanggal 10 Oktober. Lagian aku pingin ngunjungi anak pertamaku yang kutitipkan di Lamongan sama Mbah Kung dan Mbah Utinya.
Lalu tanggal 8 Oktober, menurut adikku, ibu seperti diserang rasa panik, ketika tahu bapak tidak ada di rumah. Padahal saat itu bapak lagi cari bubur. Dan ibu batuk sedikit, namun nafas terasa berat.
Adikku yang kerja di Jakarta berencana balik lagi ke Jakarta pada hari itu. Namun dia ragu-ragu melihat kondisi ibu kok seperti itu. Namun, ibu menyuruh adikku untuk balik ke Jakarta, karena adiku sudah lama cuti. Dengan terpaksa adikku pun naik kereta api sesuai tiket yang telah dibelinya. Dan dia info ke aku kalau dia harus balik ke Jakarta namun tidak tega karena kondisi ibu drop lagi. Akupun sudah beli tiket pulang pada hari Senin pagi, 9 Oktober 2017. Karena tiket hari Minggu sudah habis.
Disaat lain, adikku Erni membawa kembali ibu masuk UGD RSUD. Sebenarnya saat itu, ibu bisa jalan naik mobil. Namun pada saat di UGD kondisinya drop, tapi masih sadar.
Gula darah ibu sekitar 400an. Mulai saat itu semua organ ibu dicek. Dan ditemukan ada phnemonia di lobus paru-paru yang sudah menyebar. Darah ibu saat diambil untuk dicek juga terlihat menghitam. Aku trenyuh dan hanya bisa berdoa karena aku tak disampingnya. Adikku Erni lah yang selalu mendampinginya, dan keponakanku dan bulik-bulikku.
Sampai jam 10 malam kondisi ibu belum stabil, ritme nafasnya masih kurang bagus, dan masih harus tetap di UGD. Menjelang pergantian hari, jam 12an malam, ibu dipindah ke ruangan rawat pasien. Karena kondisinya dirasa stabil. Sama di ruangan sebelumnya, bahkan adikku sempat berseloroh dan ibu masih tersenyum.
Namun... tak dinyana, sebelum masuk ke ruangan. Tarikan nafas sekali ibu dan tiba-tiba 'tertidur'. Dan... usaha RPJ sudah dilakukan maksimal. Sekitar setengah jam akhirnya dokter menyatakan ibu meninggal tepat di jam 1.00 dini hari, tanggal 9 Oktober 2017. Tepat sehari, sebelum ulang tahunnya.
Adikku Evy mengetahui kabar ini saat dia berada di KA yang tiba Semarang. Atas berita ini, tentu saja kami sekeluarga pulang dari Batam.
Namun... ternyata secepat-cepatnya kami. Aku tak bisa melihat wajah ibu tercinta di saat terakhir kali. Mungkin inilah penyesalanku, menunda nunda kepulangan.
Memang, aku sering pulang ke Lamongan, setidaknya 3 bulan sekali. Dan.... terkadang aku lupa, masih mencari-cari dimana keberadaan ibu, kok tidak menyapaku.
Hmm... aku kan selalu berdoa untukmu Bu, semoga engkau wafat dalam keadaan khusnul khotimah dan surga menjadi tempat tinggalmu. Aaamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar