Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

14 Oktober 2009

Miyabi oh Miyabi

Minggu ini, media seolah diramaikan dengan pro-kontra kedatangan Miyabi. Berbagai elemen islam baik dalam perkumpulan mahasiswa dan FPI seolah berteriak keras mencegah sang bintang untuk menginjakkan kakinya di Indonesia. Namun pro-kontra ini tak ayal memicu pertanyaan pada publik, siapa sebenarnya Miyabi? Hal inilah yang akhirnya memicu publik yang tadinya awam terhadap figur dia kemudian berusaha mencari tahu. Masalahnya Miyabi adalah artis film porno, jadi ’kepiawaian’ aktingnya hanya bisa dilihat ya...di film-film porno. Hal ini tentunya memicu permintaan/ konsumsi pada VCD atau DVD porno yang dibintangi Miyabi. Yang jelas dengan adanya pro kontra ini justru membuat VCD/DVD porno Miyabi menjadi laris manis. Ini kan justru makin memperumit masalah, piye toh!

Saya sendiri, tadinya awam pada figur Miyabi ini. Pertama kali saya melihat sosok cantik ini pada parodi-parodi email yang dikirimkan teman-teman, sedikit tergelitik dengan iklan coblos partai 69-nya. Kata teman saya, sosok cantik itu bernama Maria Ozawa, ya memang cantik sih! Tapi katanya, dia adalah artis porno Jepang, yang mempunyai nama beken Miyabi, hmm....tadinya sih tak percaya. Maklum selama petualanganku di dunia hitam -ketika masa kuliah itu- saya tak pernah mengenal sosok itu. Ealah ternyata artis baru toh, pantesan gak ngerti lha wong pas 4 tahun terakhir ini sudah insaf.

OK kembali ke topik, masalahnya kenapa di Indonesia ini ada film yang judulnya ”Menculik Miyabi”. Katanya ide ceritanya tentang tiga orang mahasiswa yang terobsesi pada sosok Miyabi. Walaupun melibatkan bintang film porno tapi katanya film ini bergenre komedi situasi. OK, produser mungkin bisa membuat perisai dengan kata-kata seperti ini. Tapi mereka tidak bisa berkelit, kalau inti ceritanya sudah bertema ”terobsesi” ini artinya apa, artinya ini masalah mindset, karakteristik yang menunjukkan keinginan mendalam, yang didapat karena terinspirasi yang pasti sudah pernah dilihat. Apalagi mahasiswa, kenapa rupanya? Pengalaman saya dulu, justru ketika menyandang status mahasiswa itulah pergaulan dan tingkah laku orang menjadi merasa bebas. Mereka yang kebanyakan dari kampung hidup bersama keluarga di lingkungan baik-baik, justru mulai mengenal film porno, pacaran dan seks bebas di lingkungan mahasiswa.

Nah, itu kan artinya film ini walaupun katanya jauh dari adegan porno tapi jelas memasukkan pikiran dan obsesi mesum pada jiwa pemuda. Dan pengaruhnya sangat buruk, terutama pada anak-anak sekolah. Saya tak peduli pada mahasiswa, tapi anak-anak SD, SMP, hingga SMA. Kalau mereka sudah dijejali pikiran seks maka otak mereka jadi terganggu jelas merusak moral, prestasi belajar, dan tingkah laku. Kalau hanya sekedar onani atau masturbasi, mungkin saya kurang persoalkan. Bahayanya kalau mereka sudah berani mengintip wanita yang sedang buka baju (mandi), atau parahnya mencoba melakukan hubungan seks dengan pacarnya.

Zaman sekarang anak SD sudah banyak yang berani pacaran, ya kalau cuma cinta monyet tak masalah. Tapi kalau sudah sampai ciuman, raba-rabaan, hingga menjurus pada tingkat ingin saling mengetahui yang tersembunyi hingga mengajak berhubungan seks, itu jelas masalah besar. Artinya negara ini dalam bahaya, tingkat seks bebas semakin maju menjadi usia dini. Piye iki, cilik-cilik kok wis kenal seks.

Sebenarnya bukan Miyabi-nya yang saya salahkan, tapi kenapa harus ada film dengan ide seperti itu? Itu kan tontonan publik! Jadi andaikata Miyabi datang ke Indonesia cuma untuk berlibur, jalan-jalan, atau berbelanja, tak ada masalah dan saya pasti persilakan. Asal bukan untuk yang satu itu!

Jadi kalau ada diantara anda atau pihak lain yang pro dengan kedatangan Miyabi di Indonesia untuk syuting film tersebut, saya doakan semoga anak perempuan anda atau saudari anda agar sukses mengikuti jejak Miyabi, hehehe....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar