Ini sharing pengalaman pribadi teman saya. Dia mengeluh, seharusnya kemarin (Jumat 04/01/2013), ibunya terbang kembali ke kampung halamannya di Medan, setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama keluarga besarnya di Batam.
Padahal waktu berangkat ke bandara Hang Nadim sudah lebih pagi dari jam keberangkatan yang seharusnya 10.55. Sialnya, di perjalanan terjadi ban bocor, sehingga motor harus masuk bengkel dan diservis. Ibu temanku sampai juga di bandara jauh sebelum jam keberangkatan. Namun tiket masih di tangan saudaranya yang sedang menservis motornya. Dan setelah dengan perjuangan, akhirnya saudaranya yang membawa tiket itu, sampai di bandara. Masih kurang setengah jam lebih, sebelum jam keberangkatan saat ke tempat check in tiket. Saat itu papan pengumuman menunjukkan status Boarding.
Namun betapa terkejutnya teman saya ketika mengetahui bahwa petugas tidak lagi melayani check in dengan alasan terlambat check in, kasarnya jam check in sudah ditutup. Padahal waktu itu masih menunjukkan setengah sebelas kurang, artinya masih ada setengah jam lagi waktu pesawat berangkat.
Alasan yang diberikan pun nggak masuk akal, katanya pesawat sudah penuh dan sudah siap berangkat. Hah..? dari mana penuh, lha wong masih ada dua orang yang ditinggal, belum termasuk beberapa orang lainnya yang marah-marah serupa dengan yang dia lakukan. Total jumlah calon penumpang yang senasib dengannya ada hampir 10 orang, katanya. Dan semua tiket dinyatakan hangus dan dikembalikan nominalnya hanya 10% saja dari pembelian. Whats?
Yang jadi pertanyaan kenapa penuh, katanya petugasnya dia mendahulukan orang yang datang duluan. Kalau begitu, jadi bertanya-bertanya sebenarnya berapa jumlah tiket yang dijual maskapai berlogo Singa Terbang ini?
Jadi curiga? apakah ini permainan? Sebuah pembalasan licik dari maskapai penerbangan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggungjawab Pengangkut Angkutan Udara. Jika delay kena denda, jadi lebih baik terbang cepat-cepat dengan menjual banyak kursi (yang tidak jelas jumlahnya). Kemudian pasti dari sekian kursi yang terjual, banyak calon penumpang yang tidak terangkut. Otomatis merekalah yang datang belakangan. Dan.... akhirnya hangus deh tiketnya. Maskapai untung berlipat, kita rugi banyak karena sudah hangus cuma kembali 10%, lalu harus keluar duit lagi untuk beli tiket pesawat, kalau memang benar-benar harus pergi. Coba kalau seandainya kita nggak punya duit lagi untuk beli tiket, apa nggak nelongso?
Kalau ini terjadi pada satu orang saja, mungkin aku bisa berburuk sangka pada temanku itu. Tapi pengalaman dari beberapa teman lainnya, hal seperti itu juga pernah mereka alami.
Sebagai konsumen, bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini. Apakah dibenarkan menutup waktu check in, sementara keberangkatan pesawat masih setengah jam lagi? Dan bagaimana kontrol Pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan tentang kesesuaian jumlah tiket yang dijual dan jumlah kursi yang ada. Yakin, tiket yang dijual tidak melebihi ambang batas jumlah kursi?
Semoga yang lain tidak mengalami hal ini, datanglah jauh-jauh jam sebelum waktu keberangkatan. Siapa tahu pesawat anda terbang satu jam sebelumnya.
Padahal waktu berangkat ke bandara Hang Nadim sudah lebih pagi dari jam keberangkatan yang seharusnya 10.55. Sialnya, di perjalanan terjadi ban bocor, sehingga motor harus masuk bengkel dan diservis. Ibu temanku sampai juga di bandara jauh sebelum jam keberangkatan. Namun tiket masih di tangan saudaranya yang sedang menservis motornya. Dan setelah dengan perjuangan, akhirnya saudaranya yang membawa tiket itu, sampai di bandara. Masih kurang setengah jam lebih, sebelum jam keberangkatan saat ke tempat check in tiket. Saat itu papan pengumuman menunjukkan status Boarding.
Namun betapa terkejutnya teman saya ketika mengetahui bahwa petugas tidak lagi melayani check in dengan alasan terlambat check in, kasarnya jam check in sudah ditutup. Padahal waktu itu masih menunjukkan setengah sebelas kurang, artinya masih ada setengah jam lagi waktu pesawat berangkat.
Alasan yang diberikan pun nggak masuk akal, katanya pesawat sudah penuh dan sudah siap berangkat. Hah..? dari mana penuh, lha wong masih ada dua orang yang ditinggal, belum termasuk beberapa orang lainnya yang marah-marah serupa dengan yang dia lakukan. Total jumlah calon penumpang yang senasib dengannya ada hampir 10 orang, katanya. Dan semua tiket dinyatakan hangus dan dikembalikan nominalnya hanya 10% saja dari pembelian. Whats?
Yang jadi pertanyaan kenapa penuh, katanya petugasnya dia mendahulukan orang yang datang duluan. Kalau begitu, jadi bertanya-bertanya sebenarnya berapa jumlah tiket yang dijual maskapai berlogo Singa Terbang ini?
Jadi curiga? apakah ini permainan? Sebuah pembalasan licik dari maskapai penerbangan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggungjawab Pengangkut Angkutan Udara. Jika delay kena denda, jadi lebih baik terbang cepat-cepat dengan menjual banyak kursi (yang tidak jelas jumlahnya). Kemudian pasti dari sekian kursi yang terjual, banyak calon penumpang yang tidak terangkut. Otomatis merekalah yang datang belakangan. Dan.... akhirnya hangus deh tiketnya. Maskapai untung berlipat, kita rugi banyak karena sudah hangus cuma kembali 10%, lalu harus keluar duit lagi untuk beli tiket pesawat, kalau memang benar-benar harus pergi. Coba kalau seandainya kita nggak punya duit lagi untuk beli tiket, apa nggak nelongso?
Kalau ini terjadi pada satu orang saja, mungkin aku bisa berburuk sangka pada temanku itu. Tapi pengalaman dari beberapa teman lainnya, hal seperti itu juga pernah mereka alami.
Sebagai konsumen, bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini. Apakah dibenarkan menutup waktu check in, sementara keberangkatan pesawat masih setengah jam lagi? Dan bagaimana kontrol Pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan tentang kesesuaian jumlah tiket yang dijual dan jumlah kursi yang ada. Yakin, tiket yang dijual tidak melebihi ambang batas jumlah kursi?
Semoga yang lain tidak mengalami hal ini, datanglah jauh-jauh jam sebelum waktu keberangkatan. Siapa tahu pesawat anda terbang satu jam sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar