Siang itu, saat Jumatan saya tidak bertemu dengan Gigih. Padahal biasanya kami sempatkan salam atau ngobrol selepas Jumatan. Saya masih belum menaruh curiga, bahkan saya belum tahu tentang penggerebekan teroris di sejumlah tempat di Batam. Maklum, karena sejak jam 8 pagi hingga setengah sebelasan, kami ada meeting dan
teleconference dengan induk perusahaan di Jepang.
Bahkan setelah seorang rekan kerja bilang ada penggerebekan teroris di Mediterania, dan dengan nada guyon katanya namanya Rahmat dan mengapa saya tidak ditangkap, saya juga masih santai dan belum terpikirkan kalau yang ditangkap itu orang yang kukenal baik.
Barulah ketika waktu agak senggang, selepas makan siang dalam perjalanan audit ke Supplier, mulailah saya browsing berita di internet via hape. Lha, ada gambar rumah, yang dari pagarnya sangat kukenal. Bayangan saya Mediterania lokasi penangkapan yang ke arah Tunas Industri, bukan yang berhadapan dengan Puri Legenda.
Dep! Benak saya langsung berkecamuk, dalam hati saya ingin langsung telepon Gigih tapi lalu kuurungkan. Tentu saja kalau memang benar yang ditangkap Gigih yang saya maksud, pasti dia tidak bisa angkat telepon. Saya kenal dengan Gigih, karena dia adik dari sahabat baik saya. Abangnya dan saya, pernah kuliah di universitas yang sama dan pernah bekerja di tempat kerja yang sama.
Kemudian saya menghubungi abangnya yang diluar kota via sms untuk menanyakan perihal nama Gigih sebenarnya. Dan dia membenarkan kalau Gigih yang dimaksud sama dengan Gigih Rahmat Dewa yang ditangkap Densus88. Dan abangnya juga terkejut kalau Gigih disangkutpautkan ke kelompok Bahrun Naim.
Astaghfirullah! Mulai hari itu saya agak galau. Salah apa sih Gigih? Dari apa yang saya baca di media elektronik ataupun koran, katanya dia ketua KGR (
Khatibah Gigih Rahmat atau
Khatibah Gonggong Rebus), ah...terserah
sak karepmu dewelah! Dan lucunya katanya kelompok ini yang berafiliasi dengan ISIS dan Bahrun Naim, akan menyerang
Marina Bay di Singapura dengan meluncurkan roket. Roket? Roket mbahmu kiper yo.....
Hello???
Wake up man! Jangan lama-lama kalau
fly?
Tangio dhisik ta rek! Sing bener ae nik ngomong ojo asal njeplak wae rek! Pak Polisi saya pikir anda-anda sekalian itu kan pintar, coba pakai logika! Prinsip Investigasinya gimana? Atau pakai prinsip FMEA kami.
Oke, kembali ke Gigih. Dia itu pribadi yang sangat sopan, ketemu saya selalu cium tangan, malah sering saya cegah, soale gak enak
rek, risih! apalah saya ini, saya cuma teman abangnya, bukan pak kyai. Dia itu santun dan bahasanya halus khas Jawa Tengahan. Suatu kali, pernah kami asyik ngobrol padahal adzan Ashar sudah tiba, dan dia mengingatkan untuk sholat jamaah dan tepat waktu. Wah salut
arek iki!
Dia dan abangnya sama-sama pecinta
alam, pecinta kedamaian, penyuka suara alam. Makanya dia sering mendaki gunung, menjelajah hutan, dan camping di sana. Bahkan dia pernah bercerita, dulu dia pernah beberapa hari tersesat di gunung, dan Alhamdulillah selamat.
Setahu saya abangnya kelahiran Pemalang atau Pekalongan saya lupa, jadi saya pikir dia bukan orang Solo. Dia anak ketiga dari empat bersaudara. Dia masih SMP saat mereka menjadi yatim piatu.
Oya, Gigih ini pribadi yang memiliki otak encer. Itulah kenapa dia selalu keterima beberapa Universitas. Kalau nggak salah, dia pernah kuliah di UNES tapi karena di kegiatan luar kampus akhirnya DO. Kemudian pernah kuliah di Malaysia, saya lupa namanya, namun terbengkalai juga. lalu pernah di Universitas Terbuka tapi kayaknya nggak selesai juga. Hingga akhirnya dibawa abangnya ke Batam untuk dikuliahkan di Poltek Batam untuk diawasi hingga selesai. Selama kuliah, sama dengan namanya Gigih. Dia ini juga nyambi kerja di media cetak di batam, Haluan Kepri, spesialis masuk malam. Sepengatahuan saya dia kerja di bagian IT.
Tapi setelah abangnya memutuskan keluar dari Batam. Saya juga jarang berkomunikasi dengannya karena waktu itu dia tinggal di Sekupang dengan istri yang baru dinikahinya. Dan saat saya dan abangnya ada bisnis, lalu aku berjumpa lagi dengannya di Mediterania lagi. Pada saat itu anaknya baru lahir, baru berusia 3 bulan. Lalu saya kerap berjumpa lagi dengannya saat Sholat Jumat, ketika dia sudah pindah kerja di kawasan industri BIP.
Oya, kembali soal roket? Roket tuh bullshit nggak ada sama sekali?
Meminjam ucapan Cak Lontong, Mikir? Roket dari mana?
Lha wong, Kim Jong Un saja butuh berapa kali uji coba agar target Korsel pas. Lha ini masih amatir, mau gimana itung-itungannya? Jarak antara Batam dan Marina Bay itu 35-50 km, kecepatan angin berapa km/jam, ke arah mana, wis... kudu akeh sing diitung rek!!! Satu lagi, mau taruh mana tempat peluncurannya, biar tidak ketahuan pihak berwenang? Oya, setahu saya teknologi teroris Indonesia kemuluken lha kalau sampai bikin roket gitu! Hebatlah! Mbuh maneh kalau roket air yang sering ditandingkan saat kami kuliah dulu, ngakak sambil guling-guling!!!
Sudahlah Pak Kapolri, Pak Kepala BNPT, Pak Kepala Densus88. Obrolan sahabat saya via dumay, itu cuma obrolan ala warung kopi yang bercanda-canda saja, sesama rekan-rekan seforum yang prihatin terhadap penindasan dan ketidakadilan pada umat Islam. Ngaku saja, kalian dapat pesanan dari Singapura yang takut National Day-nya 9 Agustus 2016 nanti diganggu aksi terorisme. Sama seperti Bastille Day-nya Perancis dan lain-lain. Dan kalian tuh pada parno (baca: paranoid) sekali! Jadi demi mencegah hal-hal itu, bercandaan ala Khatibah Gonggong Rebus pun dianggap serius.
Saya yakin itu, karena apa? Ya... satelit komunikasi Indonesia saja nebeng Singapura. Apalagi yang masih jadi rahasia Indonesia. Semua bisa dianggap ancaman oleh Singapura, langsung bisa diretas dari posisi dan IP kita. Jadi,ya tinggal tunggu aja dianggap teroris.
...
Inikah arti de-radikalisme? Kalian nangkepi orang-orang yang aktif rajin ibadah dan ngaji, takut ya... kalau mereka lebih mencintai Islam dibanding negara.
Wolak-Walike Zaman! Gih, semoga kamu seperti namamu, Gigih!!! Cepatlah Kau Bebas! Saya nggak tega bayangin sedang apa kamu disana. Bismillahirrohmanirrohim! Semoga Allah selalu bersamamu bro!
#SaveGigih
Kata orang, cinta tak harus memiliki. Namun ketika Cinta hanya jadi angan yang tak berbalas. Haruskah berhenti mencintai?
Kami adalah orang-orang yang rindu dan mencintai KEBENARAN.
Rakhmat Wijaya
@dewatacengkar14
Batam Center