Akhirnya keturutan juga ngajak keluarga jalan-jalan bareng ke Singapura. Walaupun terkesan mendadak, dan baru diusulkan istri, H-3. Sebenarnya yang bikin gamang ke sana itu, gara-gara mbayangin repotnya kalau bepergian dengan anak-anak. Tapi akhirnya ya gitu deh jalani aja.
Jadilah akhirnya sehari sebelum
"Gong Ci Fa Cay", kami sekeluarga berangkat. Tepat pukul 8.30 WIB, fery
Batamfast meninggalkan pelabuhan Batam Center menuju Harbour Front, Singapore. Sebenarnya sih aku baru 4 kali ke Singapore itu pun
sorangan wae, paling banter sama temen-temen, malah sama ibunya anak-anak juga belum pernah. Masuk Singapore kita langsung dihadapkan pada pintu imigrasi, aku kebagian bawa si Echa, anak keduaku yang baru berumur 1.5 tahun sedangkan abangya yang belum genap 5 tahun ke imigrasi bareng mamanya. Yang ada di pikiran burukku saat itu, pasti si petugas imigrasi nuduh aku mau jual bayi alias
trafficking. Apalagi urutannya ngadep si petugas imigrasi misah, aku kebagian si sipit sedang Ibu dan abangnya kebagian si item. (Hm...SARA banget nih.. jangan ditiru)
Gini kira-kira pertanyaannya,
"What's your business in Singapore?"
Aku jawab,
"Just trip and vacation with my family." Dalam hati nih orang usil banget pingin tau aja.
Lanjut,
"How many days?"
Langsung kujawab,
"Just one day, after that back to Batam."
"Only one day? Oya where's her mom?" Nih orang nggak percaya banget, kayaknya tampangku kriminal banget yoo.
"There are they, mom and my son." sambil kutunjuk ke arah ibunya. Dia lalu melihat ke arah istri dan anakku yang sudah nunggu.
"OK, enjoy the trip. Next please!" pungkasnya...
Lega deh..... setidaknya ini yang kedua aku mengalami momen ketidakpercayaan dari petugas imigrasi. Pada awal ke Singapore dulu, sempat aku ditanya hal yang sama, terus dengan siapa saya kesini (Singapura)? Akhirnya setelah kutunjukkan surat dinas baru percaya, memang sih saat itu tampang ndeso & gondrong, persis TKI hehehee... lha sekarang podho
Setelah lingak linguk, akhirnya kami memutuskan naik MRT saja, tujuan pertama kami ke Orchard Road. Semua serba auto dan seperti tidak memerlukan operator/petugas. Berhubung nggak punya uang dollar pecahan kecil ( kurang dari S$5) akhirnya nyamperin informasi untuk beli card saja, pikirku lebih hemat kalau mau kesini lagi. Lagian mau ambil peta kecil penunjuk informasi rute. Sebenarnya bisa saja aku mau naik taksi, cuma aku mau ngajarkan ke anakku untuk menikmati fasilitas publik layaknya MRT di Singapore. Biar besok kalau kuajak ke Jakarta atau Surabaya bisa bandingin, hehehe... Yang bikin seneng suasana naik MRT itu, fasilitas. Selain Full AC, display LCD penunjuk stasiun berikutnya jelas dan perkiraan kedatangannya tepat. Terus di kursi itu kan ada tulisan 'Reserved'. Tahu artinya reserve kan, yup cadangan, anda benar! Artinya pilihan utamanya ya berdiri, kursi ini hanya dikhususkan dipakai wanita hamil, ibu yang membawa anak kecil, orang cacat, dan manula. Yang membuatku salut dan respek pada orang Singapore, rupanya mereka lebih peduli ketika di dekat mereka ada 4 kategori di atas yang tidak kebagian kursi. Buru-buru mereka langsung berebut menawarkan kursi pada istri dan anakku. Hmm... ini lho yang dinamakan sopan santun, unggah ungguh, dan tepo seliro.
Hmm... andai Indonesia punya fasilitas publik seperti ini, ketepatan waktu, nyaman, bersih, sifat santun, dan lancar tanpa calo. Kemudian melihat infrastruktur yang mendukung ekskalator bagus dengan kecepatan tinggi, subway yang terhubung antar koridor dan plaza. Hmm.... mbatin
Kemudian jalan-jalan di Orchard, hehehe... banyak cewek mirip ngartis, dandan seksi, terkesan vulgar. Tapi ketika nguping ternyata beberapa berlogat Jawa, hehe mungkin para TKW. Oohh maklum hari Minggu mungkin lagi libur, boleh jalan-jalan.
Jalan jalan ditengah kota baik di Orchard, Bugis Junction, atau lainnya nampaknya sangat mengasyikkan untuk jalan di pedestrian, selain semua pada jalan, baik bule, dan turis lokal, asia dll. Memang negara ini menawarkan suasana pesona keindahan landscape kota modern. Anehnya walau geografis Batam dan Singapore sangat dekat, tapi di Singapore ini sangat enjoy untuk jalan-jalan. Cuaca terkesan lebih dingin, padahal harusnya sama panasnya dengan Batam? Tanya Kenapa? Disamping gedungnya tinggi-tinggi di sepanjang jalan (pedestrian) banyak pohon yang tumbuh yang membuat suasana asri. Lagi lagi mbatin dalam hati kapan Batam minimal bisa kayak gini.
Yang bikin salut adalah kewibawaan Pemerintahnya. Mereka buat aturan dan semua warga ataupun pendatang, dan turis bisa menaati dan mengikuti. Tahu sendiri dendanya, pasti keder! Selain aturan ERP di jalanan tertentu, untuk membatasi jumlah mobil pribadi yang berlalu lalang. Pajak kendaraan juga sangat tinggi, ditambah lagi harga BBM juga tinggi. Jadi seperti orang yang super kaya lah yang bisa punya mobil dan berjalan-jalan keliling kota.
Selain itu, di tempat taman dan lokasi yang strategis pasti banyak petugas kebersihan yang naik sepeda angin roda tiga, dimana dibelakangnya ada kantong besar sampah yang dikumpulkan dari masing-masing tong-tong sampah yang sudah dipilah-pilah, antara lain: sampah plastik, sampah kaleng, dan sampah basah (seingatku). Dan mereka ada banyak dan sering patroli, mungkin kalau hari-hari kerja tak sebanyak saat ini. Merokok pun tak bisa sembarangan, jangan harap ketemu rokok di ruang publik. Merokok ya mesti parkir (berhenti) di tong sampah yang ada puntungnya, gak bisa sambil jalan seperti kereta api.
Yang membuat saya heran, betapa banyak mall dan pertokoan. Dan itupun laris, pasti laku! pembelinya ya selain turis mancanegara, para pendatang, serta Turis kere macam kami. Karena negara ini sangat pesat industri wisatanya, apalagi Singapore adalah pusat transit untuk Asia (The Gate of Asia). Sehingga sepertinya kalau jualan asal ditaruh di Singapore pasti laku! Hehehe.... padahal mungkin banyak yang buatan Indonesia yang harganya kalau di Indonesia jelas lebih murah. Beda banget situasinya dengan keadaan di Indonesia. Secara geografis lebih luas namun secara ekonomi kalah kelas. Ada pameo sih, kalau Singapore bisa kayak gitu karena negaranya kecil, jadi lebih terkonsentrasi dan mudah diatur. Tapi saya rasa itu nggak sepenuhnya benar. Mereka bisa karena punya komitmen untuk mewujudkan cita-cita selain itu didukung dan dituntut oleh aparat pemerintahan yang jujur, bertauladan, dan berkualitas.
Tapi segala sesuatunya pasti ada kurang dan lebihnya. Negara ini memang sangat tergantung pada energi. Indonesia pun banyak ekspor gas ke sana, padahal Batam dan Kepulauan Riau sekitar kadang masih byar pet. Ya.. Kalau dipikir-pikir negara Singapore ini pasti banyak makai listrik. Segala sesuatu mulai basement pakai AC lampu dan ekskalator dimana-mana. gak bisa bayangin berapa energi yang dibutuhkan. Aku pernah terbang malam naik Jetstar dari Juanda ke Changi. Aku bernah berpikir hanya Surabaya atau Jakarta lah City of Light. Tapi salah! Rupanya di Singapore sangat terang benderang, Marina Bay dikelilingi lampu nan elok dan indah. Lalu si Merlion dan Air mancur menari di Bugis Junction, kenapa mesti buang-buang air, tapi untuk fasum toilet di mall dan gedung-gedung lainnya, kalau abis BAB bersihinnya mesti pake tisu. No water hahaha... kalau bagiku ya seperti gak cebok heheheh...
Ya begitulah setelah lepas Maghrib kami pulang ke Batam lagi, dah... puas belanja jalan-jalan. Lain kali mungkin bisa lebih lama disana....