Ada artikel menarik yang ditulis oleh Rieke Dyah pitaloka. Silakan disimak, ditelaah, dan menurut anda masih perlukah Pemerintah menaikkan BBM?
Saya Rieke Diah Pitaloka, sekedar mengingatkan 13 hari lagi adalah keputusan kenaikan harga BBM. Salah satu argumen SBY, kenaikan tersebut adalah untuk menyelamatkan APBN supaya tidak jebol.
Berikut saya sampaikan data yang tidak pernah SBY sampaikan kepada rakyat, hitungan yang sesungguhnya bahwa dengan tidak mengurangi subsidi dan tidak menaikan harga BBM sebetulnya APBN tidak jebol.
Berikut ini data yang saya kompilasi dari berbagai sumber, terutama dari para ekonom yang tidak bermahzab neolib!
- Indonesia menghasilkan 930.000 Barel/hari, 1 Barel = 159 liter
- Harga Minyak Mentah = 105 USD per Barel
- Biaya Lifting + Refining + Transporting (LRT) 10 USD per
Barel
= (10/159) x Rp.9000 = Rp. 566 per Liter - Biaya LRT untuk 63 Milyar Liter
= 63 Milyar x Rp.566,- = Rp. 35,658 trilyun - Lifting = 930.000 barel per hari,
atau = 930.000 x 365 = 339,450 juta barel per tahun - Hak Indonesia adalah 70%, maka = 237,615 Juta Barel per tahun
- Konsumsi BBM di Indonesia = 63 Milyar Liter per tahun,
atau dibagi dengan 159 = 396,226 juta barel per tahun - Pertamina memperoleh dari Konsumen :
= Rp 63 Milyar Liter x Rp.4500,-
= Rp. 283,5 Trilyun - Pertamina membeli dari Pemerintah
= 237,615 Juta barel @USD 105 x Rp. 9000,-
= Rp. 224,546 Trilyun - Kekurangan yang harus di IMPOR
= Konsumsi BBM di Indonesia – Pembelian Pertamina ke pemerintah = 158,611 Juta barel
= 158,611 juta barel @USD 105 x Rp. 9000,-
= Rp. 149,887 Trilyun
- Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebanyak 63 Milyar liter dengan harga Rp.4500,- yang hasilnya Rp. 283,5 Trilyun.
- Pertamina harus impor dari Pasar Internasional Rp. 149,887 Trilyun
- Pertamina membeli dari Pemerintah Rp. 224,546 Trilyun
- Pertamina mengeluarkan uang untuk LRT 63 Milyar Liter
@Rp.566,-
= Rp. 35,658 Trilyun - Jumlah pengeluaran Pertamina Rp. 410,091 trilyun
- Pertamina kekurangan uang, maka Pemerintah yang membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini di sebut “SUBSIDI”
- Kekurangan yang dibayar pemerintah (SUBSIDI) = Jumlah
pengeluaran Pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan
di Indonesia
= Rp. 410,091 trilyun – Rp. 283,5 Trilyun
= Rp. 126,591 trilyun - Tapi ingat, Pemerintah juga memperoleh hasil penjualan juga kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp. 224,546 trilyun. Catatan Penting: hal inilah yang tidak pernah disampaikan oleh Pemerintah kepada masyarakat.
- Maka kesimpulannya adalah pemerintah malah kelebihan uang, yaitu
sebesar perolehan hasil penjualan ke pertamina – kekurangan yang dibayar
Pemerintah (subsidi)
= Rp. 224,546 Trilyun – Rp. 126,591 Trilyun
= Rp. 97,955 Trilyun
Artinya, APBN tidak Jebol justru saya jadi bertanya: dimana sisa
uang keuntungan SBY jual BBM Sebesar Rp. 97,955 trilyun, itu baru hitungan 1
tahun. Dimana uang rakyat yang merupakan keuntungan SBY jual BBM selama 7 tahun
kekuasaannya?
JANGAN MAU DIBOHONGI LAGI, mohon bantu berikan penyadaran kepada
rakyat, tolak kenaikan BBM, Tolak BLT sebab itu adalah akal muslihat agar
subsidi dicabut akibatnya SBY UNTUNG RAKYAT BUNTUNG!
Jakarta 16 Maret 2012
Salam Juang
Jakarta 16 Maret 2012
Salam Juang
seharusnya pemerintah bisa berpikir jernih untuk menaikan BBM, apakah perlu atau tidak, disaat maraknya kasus korupsi yang terjadi. sehingga membuat rakyat ragu apakah benar dana subsidi ini akan dialihkan untuk kesejahteraan rakyat atau tetap masuk ke kantong para koruptor.
BalasHapus