Kalau sampai waktuku,
Aku hanya ingin merintih perlahan
Bahkan tak ingin terdengar olehmu
Biarlah aku yang menjalaninya
Kalau sampai waktuku,
Jangan ada air mata diantara kalian
Karena hanya jadi beban di hatiku
Ikhlaskan ini semua terjadi
Kalau sampai waktuku,
Jangan buat aku kecewa
28 Maret 2010
27 Maret 2010
Layu Sebelum Berkembang
Sebuah kabar duka diumumkan Rabu sore lalu oleh lokal manajemen perusahaan. Ya... sebuah proyek baru dari PSN yang digadang-gadang segera diproduksi ternyata dinyatakan batal. Proyek ini memang sangat diidam-idamkan karena sudah 3 bulan ini kami kurang aktifitas kerja pasca tutupnya (End of Line) N2 project (N2 Assembly dan N2 Pick up -yang mana adalah bagian dari N2 Wii devices). Ibaratnya kami sekarang hanya makan gaji buta dengan berangkat pagi tanpa ada pekerjaan berarti (hanya nongkrong di office, nge-game, atau nongkrong di smooking corner) sambil menunggu waktu makan siang dan bel pulang jam 5.
Kabar pembatalan ini sontak membuat audiances –yang terdiri dari lebih 50 staf yang berhubungan dengan produk tersebut, termasuk saya tentunya- menjadi lesu, bingung, kalut, dan yang pasti kecewa. Angan-angan kami untuk bisa mengepulkan asap dapur lebih banyak dari tambahan upah lembur (overtime) langsung sirna. Berbagai pertanyaan langsung mengemuka mengomentari kelanjutan nasib para karyawan, baik kami yang notabene staf permanen ataupun ratusan karyawan kontrak yang sudah berbulan-bulan ini dirumahkan.
Berapa lama lagi kami menunggu tanpa kejelasan kerjaan? Bahkan ada rekan kerja yang dari produksi sampai meneteskann air mata, tak tega menyampaikan ini pada anak buahnya. Dari sekian banyak pertanyaan itu tentu saja tak ada jawaban yang detail dan hanya bersifat global. Seperti saat pasca sholat Jum'at tadi, melanjutkan sesi jawaban dari pertanyaan yang tak bisa dijawab lokal manajemen dan rupanya tadi mereka berusaha menyampaikan jawaban dari Top Manajemen. Seperti saya duga sebelumnya, jawaban dari top manajemen juga bias dan hanya umum. Seperti menyerap karyawan yang gak ada kerjaan akan 'di taruh mana' juga masih tanda tanya. Apakah semuanya masuk ke section yang masih bertahan ini? Saya rasa bisa bahkan sangat bisa walaupun nantinya berefek pada jam kerja dan jumlah tim. Bisa saja nanti jadi 3G2S (3 groups 2 shift).
Saat Rabu sore itu saya dan 3 orang rekan lainnya hanya diam tak berkomentar, begitu pula tadi siang. Kami memang sudah tak punya hak untuk turut campur pada hak prerogative Manajemen. Lho kenapa?
Karena Rabu paginya, kami sudah menandatangani paket rasionalisasi PHK karyawan. Dengan kata lain saya dan 20 orang lainnya hanya tinggal menunggu waktu saja untuk beralih status menjadi mantan karyawan.
Jalan ini terpaksa saya ambil karena menurut saya perusahaan ini sudah kehilangan rohnya. Dari sebuah perusahaan desainer dan pemroduksi, kini hanya tinggal menjadi perusahaan sub contract satu grupnya yang lebih besar. Orang luar (non karyawan sini) yang melihat keadaan ini pasti tak percaya. Kok bisa? Padahal 'kan baru saja ambil alih Sanyo Baterai, terus produknya juga terkenal berkualitas dan bagus. Itulah orang luar cuma tahunya seperti itu. Padahal resiko dari sebuah perusahaan besar dengan nama besar dan grup besar, pasti akan berusaha mengevaluasi anak perusahaannya apakah layak dipertahankan atau mesti dimerger. Tapi itulah resiko dari grup yang besar, maka demi mengurangi cost yang membengkak dan menganalisa jumlah profit maka dipastikan pasti ada 'pengorbanan' demi menjaga persaingan dengan kompetitor lain. Dan bila waktu itu tiba, aku takut terlambat dan jadi menyesal karena terlena dengan keadaan ini.
Jadi, saya memilih lebih baik meninggalkannya dulu sebelum semua hal buruk terjadi, mumpung umur juga masih lumayan muda. Kini akupun tak menyesal lagi karena kalau jadi produk ini digelar, berarti aku seolah tak bertanggungjawab atas kelahirannya. Walaupun manajemen tak terus terang hal apa yang membatalkan produk ini gagal diproduksi masal disini namun saya menduganya jelas karena pertimbangan biaya yang ditimbulkannya. Wajar, perusahaan mana sih yang gak profit oriented? Itu satu hal yang wajar dari bisnis. Yang patut dicermati jangan sampai nasib para karyawan yang tersisa ini tak terserap sempurna, atau hanya sekedar diada-adakan kerjanya, support sana-sini biar gak nganggur.
Lak gak enak sih dibayar tapi nganggur? Opo maneh nganggur terus gak dapat duit. Aku hanya berdoa semoga mereka, rekan-rekanku yang mendapat kerjaan di section yang baru tetap semangat untuk bekerja dan lebih banyak produk baru lainnya. Dan kami-kami yang bakal 'wisuda', semoga bisa melanjutkan hidup dengan lebih berarti, menjalani pengalaman hidup yang baru.
Amiin.
Kabar pembatalan ini sontak membuat audiances –yang terdiri dari lebih 50 staf yang berhubungan dengan produk tersebut, termasuk saya tentunya- menjadi lesu, bingung, kalut, dan yang pasti kecewa. Angan-angan kami untuk bisa mengepulkan asap dapur lebih banyak dari tambahan upah lembur (overtime) langsung sirna. Berbagai pertanyaan langsung mengemuka mengomentari kelanjutan nasib para karyawan, baik kami yang notabene staf permanen ataupun ratusan karyawan kontrak yang sudah berbulan-bulan ini dirumahkan.
Berapa lama lagi kami menunggu tanpa kejelasan kerjaan? Bahkan ada rekan kerja yang dari produksi sampai meneteskann air mata, tak tega menyampaikan ini pada anak buahnya. Dari sekian banyak pertanyaan itu tentu saja tak ada jawaban yang detail dan hanya bersifat global. Seperti saat pasca sholat Jum'at tadi, melanjutkan sesi jawaban dari pertanyaan yang tak bisa dijawab lokal manajemen dan rupanya tadi mereka berusaha menyampaikan jawaban dari Top Manajemen. Seperti saya duga sebelumnya, jawaban dari top manajemen juga bias dan hanya umum. Seperti menyerap karyawan yang gak ada kerjaan akan 'di taruh mana' juga masih tanda tanya. Apakah semuanya masuk ke section yang masih bertahan ini? Saya rasa bisa bahkan sangat bisa walaupun nantinya berefek pada jam kerja dan jumlah tim. Bisa saja nanti jadi 3G2S (3 groups 2 shift).
Saat Rabu sore itu saya dan 3 orang rekan lainnya hanya diam tak berkomentar, begitu pula tadi siang. Kami memang sudah tak punya hak untuk turut campur pada hak prerogative Manajemen. Lho kenapa?
Karena Rabu paginya, kami sudah menandatangani paket rasionalisasi PHK karyawan. Dengan kata lain saya dan 20 orang lainnya hanya tinggal menunggu waktu saja untuk beralih status menjadi mantan karyawan.
Jalan ini terpaksa saya ambil karena menurut saya perusahaan ini sudah kehilangan rohnya. Dari sebuah perusahaan desainer dan pemroduksi, kini hanya tinggal menjadi perusahaan sub contract satu grupnya yang lebih besar. Orang luar (non karyawan sini) yang melihat keadaan ini pasti tak percaya. Kok bisa? Padahal 'kan baru saja ambil alih Sanyo Baterai, terus produknya juga terkenal berkualitas dan bagus. Itulah orang luar cuma tahunya seperti itu. Padahal resiko dari sebuah perusahaan besar dengan nama besar dan grup besar, pasti akan berusaha mengevaluasi anak perusahaannya apakah layak dipertahankan atau mesti dimerger. Tapi itulah resiko dari grup yang besar, maka demi mengurangi cost yang membengkak dan menganalisa jumlah profit maka dipastikan pasti ada 'pengorbanan' demi menjaga persaingan dengan kompetitor lain. Dan bila waktu itu tiba, aku takut terlambat dan jadi menyesal karena terlena dengan keadaan ini.
Jadi, saya memilih lebih baik meninggalkannya dulu sebelum semua hal buruk terjadi, mumpung umur juga masih lumayan muda. Kini akupun tak menyesal lagi karena kalau jadi produk ini digelar, berarti aku seolah tak bertanggungjawab atas kelahirannya. Walaupun manajemen tak terus terang hal apa yang membatalkan produk ini gagal diproduksi masal disini namun saya menduganya jelas karena pertimbangan biaya yang ditimbulkannya. Wajar, perusahaan mana sih yang gak profit oriented? Itu satu hal yang wajar dari bisnis. Yang patut dicermati jangan sampai nasib para karyawan yang tersisa ini tak terserap sempurna, atau hanya sekedar diada-adakan kerjanya, support sana-sini biar gak nganggur.
Lak gak enak sih dibayar tapi nganggur? Opo maneh nganggur terus gak dapat duit. Aku hanya berdoa semoga mereka, rekan-rekanku yang mendapat kerjaan di section yang baru tetap semangat untuk bekerja dan lebih banyak produk baru lainnya. Dan kami-kami yang bakal 'wisuda', semoga bisa melanjutkan hidup dengan lebih berarti, menjalani pengalaman hidup yang baru.
Amiin.
26 Maret 2010
Manusia Tanpa Sesal
Waktu tak akan pernah terhenti ataupun berbalik ke masa lalu. Sekali berdetak tiada seorangpun yang sanggup menghentikannya apalagi untuk memutarnya kembali ke masa lalu. Hanya Sang Pencipta yang berkuasa untuk menghentikannya atau memutarnya lagi. Tapi kita sebagai makhluk, berusahalah mencoba melakukan sesuatu dengan matang dan penuh perhitungan, jangan pernah berpikir segala hal yang terjadi atau terlanjur dilakukan bisa di undo atau dihapus.
Kita memang bisa melakukan sesuatu yang sama atau yang tak bisa kita lakukan pada masa itu tapi waktu sudah berubah dan bertambah. Jadi ketika kita mencoba hal yang sama dengan waktu yang berbeda mungkin saja hasilnya berubah.
Untuk itulah maka jangan pernah anda menyesal setelah melakukan sesuatu, pikirkan dengan matang segala resikonya supaya anda menjadi manusia tanpa sesal. Begitu pula dengan perbuatan anda, lakukan dengan jernih dan perhitungan yang benar. Maksudnya sangat bukan mengharuskan langkah-langkah anda harus selalu benar. Tapi ketika kita melakukan suatu kesalahan jangan sampai merasa menyesalinya saja dan membayangkan untuk kembali ke masa lalu. Kita harus punya langkah cerdas, ketika kita terjerembab dalam kesalahan maka kita harus punya langkah cerdas untuk membuat langkah berikutnya sesuai dengan target kita.
Wajarlah... kalau manusia itu gudangnya salah. Dan untuk menjadi manusia tanpa sesal maka kita jangan pernah ragu-ragu, tidak terpaku pada satu alternatif saja, harus memiliki banyak alternatif dengan skala nilai prioritas tertentu. Dan cerdas dalam menyikapi kesalahan kita sekarang atau masa lalu, sehingga kita bisa menjadi manusia tanpa sesal.
Kita memang bisa melakukan sesuatu yang sama atau yang tak bisa kita lakukan pada masa itu tapi waktu sudah berubah dan bertambah. Jadi ketika kita mencoba hal yang sama dengan waktu yang berbeda mungkin saja hasilnya berubah.
Untuk itulah maka jangan pernah anda menyesal setelah melakukan sesuatu, pikirkan dengan matang segala resikonya supaya anda menjadi manusia tanpa sesal. Begitu pula dengan perbuatan anda, lakukan dengan jernih dan perhitungan yang benar. Maksudnya sangat bukan mengharuskan langkah-langkah anda harus selalu benar. Tapi ketika kita melakukan suatu kesalahan jangan sampai merasa menyesalinya saja dan membayangkan untuk kembali ke masa lalu. Kita harus punya langkah cerdas, ketika kita terjerembab dalam kesalahan maka kita harus punya langkah cerdas untuk membuat langkah berikutnya sesuai dengan target kita.
Wajarlah... kalau manusia itu gudangnya salah. Dan untuk menjadi manusia tanpa sesal maka kita jangan pernah ragu-ragu, tidak terpaku pada satu alternatif saja, harus memiliki banyak alternatif dengan skala nilai prioritas tertentu. Dan cerdas dalam menyikapi kesalahan kita sekarang atau masa lalu, sehingga kita bisa menjadi manusia tanpa sesal.
25 Maret 2010
Tips Kupas Tuntas Mencegah Penyakit Ginjal
“Ginjal adalah sebuah organ kecil tetapi penting yang terletak di dalam tubuh, namun mempunyai fungsi yang kompleks dan bekerja secara otomatis. Ginjal berfungsi sebagai alat filtrasi, yaitu mengeluarkan kelebihan garam, asam, air dan asam”, demikian diungkapkan oleh dr. Djoko Santoso, SpPD, K-GH, Phd. Ginjal dianggap mengalami kegagalan secara mendadak atau biasa disebut acute renal failure kalau ginjal tersebut tidak bisa berfungsi secara mendadak. Gagal ginjal mendadak biasanya dapat disembuhkan dengan obat, dialisa atau cuci darah. Kalau pembersihan ginjal seperti ini berhasil, biasanya penderita akan sembuh kembali dan ginjal akan berfungsi secara normal. Namun gagal ginjal pada umumnya terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun. Sehingga apabila tanda-tanda tersebut dapat diketahui secara dini, penderita bisa mendapatkan bantuan. Berikut ini akan dibahas Tips kupas tuntas mencegah penyakit ginjal:
A. Mengenali Gejala Gagal Ginjal. Penyakit ginjal sering menyerang tanpa adanya keluhan sama sekali dari penderitanya. Penyebab gagal ginjal yang utama disebabkan oleh diabetes, sedangkan penyebab gagal ginjal yang kedua adalah penyakit genetik seperti kelainan kekebalan, cacat lahir dan sebab-sebab lainnya. Berikut ini adalah gejal-gejala penting yang berkaitan dengan menurunnya daya kerja ginjal yang berpotensi menjadi penyakit gagal ginjal:
1. Penimbunan Sampah Dalam Darah. Hal ini ditandai dengan kelelahan, sekujur tubuh terasa sakit-sakitan, gatal, kram, mudah lupa, susah tidur, mual-mual, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh terhadap infeksi sangat berkurang.
2. Masalah Keseimbangan Cairan. Penimbunan cairan dengan tanda-tanda pergelangan kaki an juga wajah membengkak. Sebaliknya, pengeringan cairan bisa ditandai dengan mata yang sangat cekung, mulut kering, hampir tidak ada lendir dalam mulut.
3. Gangguan Hormon. Dengan berkurangnya daya kerja ginjal bisa menyebabkan ginjal menghasilkan lebih banyak hormon atau ekstra hormon. Akibatnya, akan menambah hormon tekanan darah. Sebaliknya, hormaon-hormon yang lain menjadi berkurang produksinya. Hal ini menyebabkan tubuh kekurangan darah, lelah dan juga tulang rapuh.
B. Mencegah Gagal Ginjal. Seseorang yang diyakini mempunyai gejala sakit ginjal tidak perlu risau. Kehidupan normal masih tetap dapat dijalani dengan baik. Bahkan dianjurkan untuk tetap berolah raga dengan teratur dan makan dengan makanan yang wajar. Untuk menghindari rusaknya ginjal, Anda bisa mencegahnya melalui cara-cara berikut ini:
1. Olah Raga. Lakukan olah raga secara rutin dan teratur. Olah raga yang teratur -tidak terlalu berat- akan lebih berdampak positif bagi tubuh dibandingkan dengan olah raga berat namun tidak teratur. Misalnya Anda bisa melakukan jalan santai setiap pagi atau bersepeda 1-2 jam setiap minggu.
2. Berhenti Merokok. Dilihat dari sudah pandang manapun merokok akan selalu merugikan tubuh Anda.Karena rokok dengan kandungan nikotinnya dalam proses jangka waktu lama akan merusak organ-organ penting tubuh Anda, baik paru-paru, kulit, jantung maupun ginjal.
3. Kurangi Makanan Berlemak. Makanan berlemak akan menyebabkan kandungan kolesterol dalam darah Anda meningkat.
4. Berat Badan. Perhatikan berat badan sehingga Anda dapat terhindar dari obesitas.
5. Konsumsi Air Putih. Mengonsumsi air putih yang cukup, menghidari konsumsi jamu atau herbal yang tidak jelas, menghidari konsumsi obat-obatan secara sembarangan (tanpa resep dokter) merupakan hal sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi potensi munculnya penyakit ginjal.
6. General Checkup. Gagal ginjal juga dapat dicegah melalui pemeriksaan kesehatan (medical checkup) secara rutin, termasuk pemeriksaan urin dan darah. Memeriksakan gangguan ginjal seperti kencing batu, prostat dapat mecegah munculnya gagal ginjal.
sumber: www.tipsanda.com
A. Mengenali Gejala Gagal Ginjal. Penyakit ginjal sering menyerang tanpa adanya keluhan sama sekali dari penderitanya. Penyebab gagal ginjal yang utama disebabkan oleh diabetes, sedangkan penyebab gagal ginjal yang kedua adalah penyakit genetik seperti kelainan kekebalan, cacat lahir dan sebab-sebab lainnya. Berikut ini adalah gejal-gejala penting yang berkaitan dengan menurunnya daya kerja ginjal yang berpotensi menjadi penyakit gagal ginjal:
1. Penimbunan Sampah Dalam Darah. Hal ini ditandai dengan kelelahan, sekujur tubuh terasa sakit-sakitan, gatal, kram, mudah lupa, susah tidur, mual-mual, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh terhadap infeksi sangat berkurang.
2. Masalah Keseimbangan Cairan. Penimbunan cairan dengan tanda-tanda pergelangan kaki an juga wajah membengkak. Sebaliknya, pengeringan cairan bisa ditandai dengan mata yang sangat cekung, mulut kering, hampir tidak ada lendir dalam mulut.
3. Gangguan Hormon. Dengan berkurangnya daya kerja ginjal bisa menyebabkan ginjal menghasilkan lebih banyak hormon atau ekstra hormon. Akibatnya, akan menambah hormon tekanan darah. Sebaliknya, hormaon-hormon yang lain menjadi berkurang produksinya. Hal ini menyebabkan tubuh kekurangan darah, lelah dan juga tulang rapuh.
B. Mencegah Gagal Ginjal. Seseorang yang diyakini mempunyai gejala sakit ginjal tidak perlu risau. Kehidupan normal masih tetap dapat dijalani dengan baik. Bahkan dianjurkan untuk tetap berolah raga dengan teratur dan makan dengan makanan yang wajar. Untuk menghindari rusaknya ginjal, Anda bisa mencegahnya melalui cara-cara berikut ini:
1. Olah Raga. Lakukan olah raga secara rutin dan teratur. Olah raga yang teratur -tidak terlalu berat- akan lebih berdampak positif bagi tubuh dibandingkan dengan olah raga berat namun tidak teratur. Misalnya Anda bisa melakukan jalan santai setiap pagi atau bersepeda 1-2 jam setiap minggu.
2. Berhenti Merokok. Dilihat dari sudah pandang manapun merokok akan selalu merugikan tubuh Anda.Karena rokok dengan kandungan nikotinnya dalam proses jangka waktu lama akan merusak organ-organ penting tubuh Anda, baik paru-paru, kulit, jantung maupun ginjal.
3. Kurangi Makanan Berlemak. Makanan berlemak akan menyebabkan kandungan kolesterol dalam darah Anda meningkat.
4. Berat Badan. Perhatikan berat badan sehingga Anda dapat terhindar dari obesitas.
5. Konsumsi Air Putih. Mengonsumsi air putih yang cukup, menghidari konsumsi jamu atau herbal yang tidak jelas, menghidari konsumsi obat-obatan secara sembarangan (tanpa resep dokter) merupakan hal sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi potensi munculnya penyakit ginjal.
6. General Checkup. Gagal ginjal juga dapat dicegah melalui pemeriksaan kesehatan (medical checkup) secara rutin, termasuk pemeriksaan urin dan darah. Memeriksakan gangguan ginjal seperti kencing batu, prostat dapat mecegah munculnya gagal ginjal.
sumber: www.tipsanda.com
24 Maret 2010
Rebutan Boker Jam 9-an
Gue nulis sambil nahan nih….
Walah! Ini gara-gara setiap pagi mesti mandi bareng sama jagoan gue yang lucu. Efeknya acara boker pas biasanya pra mandi mesti ditunda dulu. Akhirnya setelah ditahan-tahan dan keburu masuk kerja dan sudah lupa ngerjain lainnya.
Baru deh jam 9-an hal yang tertunda itu muncul lagi, melilit-lilit dan ingin segera keluar. Sialnya jam 9an di PT -yang ada 2 lokasi toilet cowok dimana masing-masing ada 2 bilik- pada lokasi 1 sedang dibersihin sama cleaning service (CS). Yang kedua sedang FULL BOOKIN. Mau ke VIP sungkan… sama Japanesse, jadi mesti nunggu nih…
Walah! Ini gara-gara setiap pagi mesti mandi bareng sama jagoan gue yang lucu. Efeknya acara boker pas biasanya pra mandi mesti ditunda dulu. Akhirnya setelah ditahan-tahan dan keburu masuk kerja dan sudah lupa ngerjain lainnya.
Baru deh jam 9-an hal yang tertunda itu muncul lagi, melilit-lilit dan ingin segera keluar. Sialnya jam 9an di PT -yang ada 2 lokasi toilet cowok dimana masing-masing ada 2 bilik- pada lokasi 1 sedang dibersihin sama cleaning service (CS). Yang kedua sedang FULL BOOKIN. Mau ke VIP sungkan… sama Japanesse, jadi mesti nunggu nih…
23 Maret 2010
Melihat Dikotomi Nasib "Para Pemburu" di Trans TV
Hmm…. Di bulan Maret ini, saya baru mendapatkan acara yang baik lagi. Tiap minggu, kini selalu menjadi acara favorit saya dalam meluangkan waktu menonton TV. Acara itu bernama ”Para Pemburu”, yang ditayangkan setiap Minggu jam 15.30 WIB. Tayangan ini seolah membuka cakrawala kita dengan melihat dari dua sisi. Ya tayangan ini banyak bercerita tentang dua sisi kehidupan masyarakat yang berbeda nasib.
Ada 3 episode yang saya sudah lihat (sejauh ini saya tak tahu sudah berapa kali tayang –katanya memang acara baru di bulan Maret). Kisah pertama yang saya lihat, menceritakan tentang kisah ”Para pemburu Emas” di Sulawesi (saya agak lupa Sulsel atau Sulteng). Disana, diceritakan tentang beratnya perjuangan kaum bawah yang memburu hanya sejumput emas demi bertahan hidup dan menyambung nasib keluarganya. Mereka memburu emas hingga masuk ke dalam gua–gua yang mereka buat sendiri hingga berpuluh-puluh meter. Kemudian dipilah-pilah, itupun semua bahan galian tak berupa emas, hanya sejumput. Itupun tak setiap hari mereka beruntung, jika sudah begitu keluarga mereka harus puasa atau makan seadanya. Ditambah lagi resiko keruntuhan tambang yang bisa merenggut nyawa, yang mana harganya tak sepadan dengan penghasilannya. Padahal harga emas yang dibeli oleh para penadah yang ’jemput bola’ ke tempat-tempat pertambangan tradisional pun hanya dengan nilai terendah, sekitar 200 ribuan per gram. Coba bandingkan dengan harga emas 24 karat di toko-toko perhiasan anda! Sungguh sangat timpang, Kemudian sang narator memaparkan tentang dikotomi kehidupan golongan kaya yang membeli emas hanya untuk investasi atau gaya-gayaan/prestise. Apakah patut kita masih membanggakan emas sebagai investasi ketika melihat jatuh bangun kehidupan mereka?
Kisah kedua, yang saya lihat tentang para pencari batu alam di Gunung Batu, daerah Jawa Barat –lupa Cirebon atau Bogor. Disaat kita sibuk menghias tembok dan taman di rumah kita dengan batu alam yang indah. Disaat lain para pemburu batu alam harus naik turun gunung, jungkir balik bahkan harus menghindari runtuhan gunung yang longsor demi perjuangannya mengumpulkan batu alam. Hanya dihargai rendah perkilonya, rasanya tak setara dengan nilai ketika sampai di tangan kita. Itupun belum ditambah dengan resiko cacat tertimpa bongkahan batu alam. Tayangan ini langsung membatalkan niat saya untuk menghias rumah saya dengan batu alam.
Kisah ketiga, tayang minggu lalu (21/3/10) tentang pemburu berlian (intan). Hampir sama dengan nasib para pemburu emas, miris melihat nasib mereka yang mencari berlian demi sesuap nasi. Padahal selama ini berlian selalu disimbolkan sebagai cinta yang abadi. Lantas masih pantaskah kita bicara cinta jika melihat saudara kita yang tak beruntung itu, mencarinya namun tak bisa memiliki.
Dari beberapa episode yang sudah tayang, presepsi saya tentang Trans TV hanya berisikan acara sampah reality show dan sinetron agak terpatahkan. Paling tidak, dua acara ”Para Pemburu” dan ”John Pantau” telah memberikan pencerahan kepada kita yang hidup di alam teknologi informasi dan globalisasi ini agar tetap peduli pada lingkungan di sekitar kita.
Ada 3 episode yang saya sudah lihat (sejauh ini saya tak tahu sudah berapa kali tayang –katanya memang acara baru di bulan Maret). Kisah pertama yang saya lihat, menceritakan tentang kisah ”Para pemburu Emas” di Sulawesi (saya agak lupa Sulsel atau Sulteng). Disana, diceritakan tentang beratnya perjuangan kaum bawah yang memburu hanya sejumput emas demi bertahan hidup dan menyambung nasib keluarganya. Mereka memburu emas hingga masuk ke dalam gua–gua yang mereka buat sendiri hingga berpuluh-puluh meter. Kemudian dipilah-pilah, itupun semua bahan galian tak berupa emas, hanya sejumput. Itupun tak setiap hari mereka beruntung, jika sudah begitu keluarga mereka harus puasa atau makan seadanya. Ditambah lagi resiko keruntuhan tambang yang bisa merenggut nyawa, yang mana harganya tak sepadan dengan penghasilannya. Padahal harga emas yang dibeli oleh para penadah yang ’jemput bola’ ke tempat-tempat pertambangan tradisional pun hanya dengan nilai terendah, sekitar 200 ribuan per gram. Coba bandingkan dengan harga emas 24 karat di toko-toko perhiasan anda! Sungguh sangat timpang, Kemudian sang narator memaparkan tentang dikotomi kehidupan golongan kaya yang membeli emas hanya untuk investasi atau gaya-gayaan/prestise. Apakah patut kita masih membanggakan emas sebagai investasi ketika melihat jatuh bangun kehidupan mereka?
Kisah kedua, yang saya lihat tentang para pencari batu alam di Gunung Batu, daerah Jawa Barat –lupa Cirebon atau Bogor. Disaat kita sibuk menghias tembok dan taman di rumah kita dengan batu alam yang indah. Disaat lain para pemburu batu alam harus naik turun gunung, jungkir balik bahkan harus menghindari runtuhan gunung yang longsor demi perjuangannya mengumpulkan batu alam. Hanya dihargai rendah perkilonya, rasanya tak setara dengan nilai ketika sampai di tangan kita. Itupun belum ditambah dengan resiko cacat tertimpa bongkahan batu alam. Tayangan ini langsung membatalkan niat saya untuk menghias rumah saya dengan batu alam.
Kisah ketiga, tayang minggu lalu (21/3/10) tentang pemburu berlian (intan). Hampir sama dengan nasib para pemburu emas, miris melihat nasib mereka yang mencari berlian demi sesuap nasi. Padahal selama ini berlian selalu disimbolkan sebagai cinta yang abadi. Lantas masih pantaskah kita bicara cinta jika melihat saudara kita yang tak beruntung itu, mencarinya namun tak bisa memiliki.
Dari beberapa episode yang sudah tayang, presepsi saya tentang Trans TV hanya berisikan acara sampah reality show dan sinetron agak terpatahkan. Paling tidak, dua acara ”Para Pemburu” dan ”John Pantau” telah memberikan pencerahan kepada kita yang hidup di alam teknologi informasi dan globalisasi ini agar tetap peduli pada lingkungan di sekitar kita.
22 Maret 2010
Bisnis Wartel seperti TV Hitam Putih
Pengusaha wartel sedang kurang beruntung. Setelah pernah jadi primadona, wartel nasibnya kini seperti TV hitam-putih. Uang air time pun ditahan operator dengan berlindung pergantian aturan.
Forum Penyelamat Wartel, pekan lalu, mendemo kantor XL, Indosat, Telkom, dan Kemenkominfo. Mereka menuntut pembayaran pelunasan biaya hak air time sebesar Rp54 miliar. Tapi operator berkilah bahwa tagihan itu masih belum jelas karena pergantian aturan.
Tunggakan air time muncul karena pergantian aturan dari Keputusan Menteri No 46 Tahun 2002 menjadi Peraturan Menteri No 5 Tahun 2006 yang memunculkan sistem interkoneksi berbasis biaya. Akibat pergantian aturan itu, biaya air time dihapus, tapi Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) menilai masih ada tunggakan berdasarkan surat keputusan Dirjen Postel No 10/2008.
"Berdasarkan pasal 22 dengan berlakunya Peraturan Menteri No 5 Tahun 2006 bahwa ada pergantian ke biaya interkoneksi, walaupun ditetapkan pada awal 2006 tetapi dalam waktu satu tahun bisa disesuaikan, penerapannya baru awal 2007 sehingga masih terhitung untuk tahun 2006,” ujar Ketua APWI Srijanto Tjokrosudarmo.
Berdasarkan hitungan Telkom, menurut Srijanto tunggakan yang masih harus dibayar operator berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 46 Tahun 2002 dan Peraturan Menteri No 5 Tahun 2006 adalah sebesar Rp 54 miliar. Telkomsel memiliki tunggakan Rp37 miliar (68,4%), Indosat Rp12,1 miliar (22,3%), XL Rp4,17 miliar (7,7%), Mobile-8 Rp729 juta (1,4%), Smart Telecom Rp75 juta (0,1%) dan Natrindo (Axis) Rp 5 juta (0,01%).
Dihubungi terpisah, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menyatakan sedang mengkaji. “Sebenarnya masih terdapat masalah hukum di antara operator dan Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) untuk perhitungan tanggal 1 Januari 2006 hingga 1 Januari 2007 karena di sana terjadi perubahan peraturan yakni dari Keputusan Menteri No 46 Tahun 2002 menjadi Peraturan Menteri No 5 Tahun 2006 yang tidak lagi mengatur biaya hak air time,” ujar Anggota BRTI Heru Sutadi.
Heru mengatakan BRTI sebagai regulator akan menjadi penengah dengan mengusahakan pertemuan pekan ini menyangkut jumlah, mekanisme dan periode waktu pembayaran.
“Kami akan berusaha adil kepada semua pihak yang terlibat yakni Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia, Telkom dan enam operator yang terlibat penunggakan pembayaran,” kata Heru.
Head of Corporate Communications PT Natrindo Telepon Selule (Axis), Anita Avianty menegaskan Axis memiliki iktikad baik secara musyawarah mufakat untuk menyelesaikan masalah air time.
"Memang sudah ada beberapa kali pertemuan antara Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) dan operator untuk membahas biaya air time, namun sayangnya belum tercapai titik temu mengenai jumlah, mekanisme, dan periode kewajiban pembayaran,” ujarnya.
Head of Corporate Communication XL Axiata Febriati Nadira menyatakan hal senada. XL bersedia membayar kewajiban selama ada perhitungan dan jumlah yang jelas dan dikeluarkan oleh pihak berwenang yaitu Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
"Hal ini telah kami bahas dengan BRTI dan sepakat untuk mendapatkan penetapan dari BANI mengenai jumlah, periode, dan mekanisme pembayarannya,” katanya.
Namun Srijanto menyatakan langkah XL yang membawa kasus itu ke BANI tidak pernah mencapai kata sepakat bagi kedua belah pihak. “APWI secara tegas menolak melibatkan BANI, silakan membayar sesuai dengan surat keputusan Dirjen Postel No 10/2008. Jika tidak mau, maka kami akan mengajukan jalur hukum atas tuduhan penggelapan,” ujarnya.
Pengamat telekomunikasi Budi Rahardjo menyarankan agar pengusaha wartel mencoba mencari lahan bisnis baru, daripada tidak mendapatkan untung dengan membuka warung telekomunikasi, “Bisa ke warnet atau warung serba ada lainnya selain wartel, sehingga tidak merugi,” katanya.
Pengamat Telematika Mas Wigrantoro Roes Setiyadi memiliki pandangan serupa. “Wartel memang layaknya televisi hitam-putih tergerus oleh adanya teknologi baru, dengan semakin banyaknya akses terhadap ponsel dan telepon rumah maka kebutuhan masyarakat terhadap wartel akan semakin kecil. Besar kemungkinan para pengusaha wartel harus mencari sumber penghidupan baru selain wartel,” katanya.
Menyangkut nasib wartel, Srijanto mengatakan Senin (22/03) ada pertemuan antara BRTI dengan operator, yang dilanjutkan pertemuan antara BRTI dengan APWI. “Hal ini segera selesai asal ada goodwill dari operator dan pemerintah bertanggung jawab terhadap kehidupan wartel,” harapnya. [mor]
sumber: inilah.com
Forum Penyelamat Wartel, pekan lalu, mendemo kantor XL, Indosat, Telkom, dan Kemenkominfo. Mereka menuntut pembayaran pelunasan biaya hak air time sebesar Rp54 miliar. Tapi operator berkilah bahwa tagihan itu masih belum jelas karena pergantian aturan.
Tunggakan air time muncul karena pergantian aturan dari Keputusan Menteri No 46 Tahun 2002 menjadi Peraturan Menteri No 5 Tahun 2006 yang memunculkan sistem interkoneksi berbasis biaya. Akibat pergantian aturan itu, biaya air time dihapus, tapi Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) menilai masih ada tunggakan berdasarkan surat keputusan Dirjen Postel No 10/2008.
"Berdasarkan pasal 22 dengan berlakunya Peraturan Menteri No 5 Tahun 2006 bahwa ada pergantian ke biaya interkoneksi, walaupun ditetapkan pada awal 2006 tetapi dalam waktu satu tahun bisa disesuaikan, penerapannya baru awal 2007 sehingga masih terhitung untuk tahun 2006,” ujar Ketua APWI Srijanto Tjokrosudarmo.
Berdasarkan hitungan Telkom, menurut Srijanto tunggakan yang masih harus dibayar operator berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 46 Tahun 2002 dan Peraturan Menteri No 5 Tahun 2006 adalah sebesar Rp 54 miliar. Telkomsel memiliki tunggakan Rp37 miliar (68,4%), Indosat Rp12,1 miliar (22,3%), XL Rp4,17 miliar (7,7%), Mobile-8 Rp729 juta (1,4%), Smart Telecom Rp75 juta (0,1%) dan Natrindo (Axis) Rp 5 juta (0,01%).
Dihubungi terpisah, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menyatakan sedang mengkaji. “Sebenarnya masih terdapat masalah hukum di antara operator dan Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) untuk perhitungan tanggal 1 Januari 2006 hingga 1 Januari 2007 karena di sana terjadi perubahan peraturan yakni dari Keputusan Menteri No 46 Tahun 2002 menjadi Peraturan Menteri No 5 Tahun 2006 yang tidak lagi mengatur biaya hak air time,” ujar Anggota BRTI Heru Sutadi.
Heru mengatakan BRTI sebagai regulator akan menjadi penengah dengan mengusahakan pertemuan pekan ini menyangkut jumlah, mekanisme dan periode waktu pembayaran.
“Kami akan berusaha adil kepada semua pihak yang terlibat yakni Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia, Telkom dan enam operator yang terlibat penunggakan pembayaran,” kata Heru.
Head of Corporate Communications PT Natrindo Telepon Selule (Axis), Anita Avianty menegaskan Axis memiliki iktikad baik secara musyawarah mufakat untuk menyelesaikan masalah air time.
"Memang sudah ada beberapa kali pertemuan antara Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) dan operator untuk membahas biaya air time, namun sayangnya belum tercapai titik temu mengenai jumlah, mekanisme, dan periode kewajiban pembayaran,” ujarnya.
Head of Corporate Communication XL Axiata Febriati Nadira menyatakan hal senada. XL bersedia membayar kewajiban selama ada perhitungan dan jumlah yang jelas dan dikeluarkan oleh pihak berwenang yaitu Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
"Hal ini telah kami bahas dengan BRTI dan sepakat untuk mendapatkan penetapan dari BANI mengenai jumlah, periode, dan mekanisme pembayarannya,” katanya.
Namun Srijanto menyatakan langkah XL yang membawa kasus itu ke BANI tidak pernah mencapai kata sepakat bagi kedua belah pihak. “APWI secara tegas menolak melibatkan BANI, silakan membayar sesuai dengan surat keputusan Dirjen Postel No 10/2008. Jika tidak mau, maka kami akan mengajukan jalur hukum atas tuduhan penggelapan,” ujarnya.
Pengamat telekomunikasi Budi Rahardjo menyarankan agar pengusaha wartel mencoba mencari lahan bisnis baru, daripada tidak mendapatkan untung dengan membuka warung telekomunikasi, “Bisa ke warnet atau warung serba ada lainnya selain wartel, sehingga tidak merugi,” katanya.
Pengamat Telematika Mas Wigrantoro Roes Setiyadi memiliki pandangan serupa. “Wartel memang layaknya televisi hitam-putih tergerus oleh adanya teknologi baru, dengan semakin banyaknya akses terhadap ponsel dan telepon rumah maka kebutuhan masyarakat terhadap wartel akan semakin kecil. Besar kemungkinan para pengusaha wartel harus mencari sumber penghidupan baru selain wartel,” katanya.
Menyangkut nasib wartel, Srijanto mengatakan Senin (22/03) ada pertemuan antara BRTI dengan operator, yang dilanjutkan pertemuan antara BRTI dengan APWI. “Hal ini segera selesai asal ada goodwill dari operator dan pemerintah bertanggung jawab terhadap kehidupan wartel,” harapnya. [mor]
sumber: inilah.com
17 Maret 2010
Menghargai Perbedaan Agama & Euforia Pluralisme Kebablasan
Bicara tentang pluralisme tak bisa dilepaskan dari sosok yang bernama Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan nama Gus Dur. Sosok kyai yang pernah jadi Presiden Indonesia sangat lekat dengan isu-isu kontroversial. Satu hal berharga yang pernah dilakukannya di Indonesia adalah membebaskan etnis China merayakan imlek dan hari besar keagamaannya, serta tidak membatasi agama di Indonesia hanya sebatas lima saja. Mulai pada era Gus Dur, 'seolah' kran pluralisme dibuka lebar-lebar, euforia tentu melanda kaum-kaum yang selama merasa terjepit posisinya.
Perayaan tahun baru Imlek, dan perayaan Cap Gomeh yang dulu tidak semeriah ini kemudian latah menjadi euforia di seluruh tanah air. Tentu saja kiranya tak berlebihan kalau etnis China (Tionghoa) di Indonesia menjadikan Gus Dur sebagai bapak pluralisme.
Namun seiring gelombang pluralisme yang melanda, timbul suatu renovasi agama yang membentuk pada aliran agama baru, sebut saja contohnya Ahmadiyah. Agama yang mengambil intisari ajaran agama islam namun direkonstruksi dengan kaidah-kaidah yang sesungguhnya menyalahi Islam sendiri. Celakanya Gus Dur dan pengikutnya, -yang selalu berkata opo jare Gus Dur, kok malah ikut-ikutan membela agama yang malah merusak Islam itu sendiri. Akibatnya jelas, bentrok fisik pasti sering terjadi dari kalangan yang Islam konservatif dengan golongan pembaharuan yang mengusung isu pluralisme. Dari sinilah saya mulai mempertanyakan apa sih sebenarnya pluralisme itu?
Di agama Islam mengajarkan, "agamaku adalah agamaku, agamamu adalah agamamu". Artinya sebenarnya dalam kaidah beragama, Islam sangat menghargai perbedaan agama lain. Namun Islam punya aturan sendiri, begitu pula dengan agama lain pasti memiliki kaidah tersendiri. Tak mungkin orang Islam menjalankan perintah-perintah agama lain begitu pula sebaliknya. Hal-hal yang bersentuhan dengan nilai-nilai keagamaan sebaiknya menjadi urusan penganut agama itu sendiri dengan penciptanya. Dan tidak melibatkan orang lain yang bukan kaumnya dalam suatu hal yang berbau keagamaan.
Benar, saya sendiri sangat menghargai suatu perbedaan agama, saya juga merasa aman dan tenang-tenang saja selama kita bisa menjalankan ibadah dengan nyaman tak mengganggu pihak lain maupun diganggu pihak lain. Begitu pula ketika tetangga mengadakan puja-pujian dekat lingkungan kami selama tertib dan tak mengganggu maka kamipun merasa tenang dan biasa saja. Ya, pada dasarnya yang diperlukan dalam kehidupan umat beragama adalah saling toleransi dengan bertanggungjawab pada umat lain. Arti toleransi yang bertanggungjawab adalah toleransi yang bisa diterima secara logis oleh agamanya dan agama orang lain, jadi bukan terpaksa.
Ketika isu pluralisme diagung-agungkan dengan seolah kita harus melebur dan memperingati perayaan agama, yang bukan agamanya itu adalah salah. Kalau secara kimiawi ini seperti memasukkan unsur pada materi yang bertentangan dengan unsur tersebut. Jadi ketika kita sudah bersentuhan dengan kata-kata yang merupakan bagian dari suatu acara keagamaan agama lain itu sudah menunjukkan terjadinya salah kaprah penghargaan agama lain.
Kalau seseorang yang beragama nasrani berkunjung di rumah temannya yang muslim di hari raya Idul Fitri untuk silaturahmi itu bukan hal yang salah. Begitu pula sebaliknya ketika seorang muslim mengunjungi temannya yang Nasrani untuk silaturahmi di hari natal. Semua berulang pada niatannya.....
Coba kita lihat kondisi negara Indonesia sekarang ini? Apa yang terjadi? Kadangkala masyarakat kita sekarang terjebak dengan kondisi yang 'abu-abu'. Sehingga turut 'larut' dalam perayaan agama umat lain. Kalau sudah seperti ini siapa yang patut menegur? Ketika para pemimpin agama saling adu argumentasi dan umat makin larut dalam koridor pluralisme yang campur aduk, Ini benar dan itu juga benar. Lalu dimanakah letak akidah dari suatu agama? Jalan menuju surga, mungkin berbeda-beda tapi kita punya jalan sendiri yang kita yakini. Ya sudah turuti aturan main dan ikuti! Kalaupun ada ajaran lain yang menyatakan "Boleh", tapi kalau ajaran yang anda yakini mengatakan "Tidak". Ya.. sudah, yang jelas pluralisme bukanlah upaya pencampuradukan agama. "Lakum Diinukum wa Liya Diin", "Bagimu agamamu, bagiku agamaku"... ikutilah!
Kalau semuanya sudah dicampuradukan, masihkah pluralisme masih tepat dianggap sebagai penghargaan perbedaan agama?
Perayaan tahun baru Imlek, dan perayaan Cap Gomeh yang dulu tidak semeriah ini kemudian latah menjadi euforia di seluruh tanah air. Tentu saja kiranya tak berlebihan kalau etnis China (Tionghoa) di Indonesia menjadikan Gus Dur sebagai bapak pluralisme.
Namun seiring gelombang pluralisme yang melanda, timbul suatu renovasi agama yang membentuk pada aliran agama baru, sebut saja contohnya Ahmadiyah. Agama yang mengambil intisari ajaran agama islam namun direkonstruksi dengan kaidah-kaidah yang sesungguhnya menyalahi Islam sendiri. Celakanya Gus Dur dan pengikutnya, -yang selalu berkata opo jare Gus Dur, kok malah ikut-ikutan membela agama yang malah merusak Islam itu sendiri. Akibatnya jelas, bentrok fisik pasti sering terjadi dari kalangan yang Islam konservatif dengan golongan pembaharuan yang mengusung isu pluralisme. Dari sinilah saya mulai mempertanyakan apa sih sebenarnya pluralisme itu?
Di agama Islam mengajarkan, "agamaku adalah agamaku, agamamu adalah agamamu". Artinya sebenarnya dalam kaidah beragama, Islam sangat menghargai perbedaan agama lain. Namun Islam punya aturan sendiri, begitu pula dengan agama lain pasti memiliki kaidah tersendiri. Tak mungkin orang Islam menjalankan perintah-perintah agama lain begitu pula sebaliknya. Hal-hal yang bersentuhan dengan nilai-nilai keagamaan sebaiknya menjadi urusan penganut agama itu sendiri dengan penciptanya. Dan tidak melibatkan orang lain yang bukan kaumnya dalam suatu hal yang berbau keagamaan.
Benar, saya sendiri sangat menghargai suatu perbedaan agama, saya juga merasa aman dan tenang-tenang saja selama kita bisa menjalankan ibadah dengan nyaman tak mengganggu pihak lain maupun diganggu pihak lain. Begitu pula ketika tetangga mengadakan puja-pujian dekat lingkungan kami selama tertib dan tak mengganggu maka kamipun merasa tenang dan biasa saja. Ya, pada dasarnya yang diperlukan dalam kehidupan umat beragama adalah saling toleransi dengan bertanggungjawab pada umat lain. Arti toleransi yang bertanggungjawab adalah toleransi yang bisa diterima secara logis oleh agamanya dan agama orang lain, jadi bukan terpaksa.
Ketika isu pluralisme diagung-agungkan dengan seolah kita harus melebur dan memperingati perayaan agama, yang bukan agamanya itu adalah salah. Kalau secara kimiawi ini seperti memasukkan unsur pada materi yang bertentangan dengan unsur tersebut. Jadi ketika kita sudah bersentuhan dengan kata-kata yang merupakan bagian dari suatu acara keagamaan agama lain itu sudah menunjukkan terjadinya salah kaprah penghargaan agama lain.
Kalau seseorang yang beragama nasrani berkunjung di rumah temannya yang muslim di hari raya Idul Fitri untuk silaturahmi itu bukan hal yang salah. Begitu pula sebaliknya ketika seorang muslim mengunjungi temannya yang Nasrani untuk silaturahmi di hari natal. Semua berulang pada niatannya.....
Coba kita lihat kondisi negara Indonesia sekarang ini? Apa yang terjadi? Kadangkala masyarakat kita sekarang terjebak dengan kondisi yang 'abu-abu'. Sehingga turut 'larut' dalam perayaan agama umat lain. Kalau sudah seperti ini siapa yang patut menegur? Ketika para pemimpin agama saling adu argumentasi dan umat makin larut dalam koridor pluralisme yang campur aduk, Ini benar dan itu juga benar. Lalu dimanakah letak akidah dari suatu agama? Jalan menuju surga, mungkin berbeda-beda tapi kita punya jalan sendiri yang kita yakini. Ya sudah turuti aturan main dan ikuti! Kalaupun ada ajaran lain yang menyatakan "Boleh", tapi kalau ajaran yang anda yakini mengatakan "Tidak". Ya.. sudah, yang jelas pluralisme bukanlah upaya pencampuradukan agama. "Lakum Diinukum wa Liya Diin", "Bagimu agamamu, bagiku agamaku"... ikutilah!
Kalau semuanya sudah dicampuradukan, masihkah pluralisme masih tepat dianggap sebagai penghargaan perbedaan agama?
15 Maret 2010
Segala Keputusan Pasti Ada Konsekuensi
Disini saya berusaha menjelaskan kenapa akhirnya nama saya masuk dalam list tersebut. Tak hanya rekan kerja, section head, ataupun Manager, bahkan istri pun tak urung termenung dan menitikkan air mata dengan keputusan saya ini. Karena selama ini saya tampak enjoy dalam bekerja di perusahaan walaupun ditempatkan dimana saja. Itulah saya, walau orang lain berkata saya mengerjakan pekerjaan yang 'nggak ada arti' toh saya tetap berkomitmen menjalankannya. Hingga kemudian saya berkesempatan untuk lebih bersentuhan dengan proses produksi dan mulai banyak menikmati kesibukan. Apalagi saya berada di blok orang-orang yang menentang keputusan 'gila' Manajemen perusahaan di section ini agar disamaratakan nasibnya dengan kondisi di Mukakuning (PHK). Hah?
Ya, terus terang saya sangat malu ketika para pimpinan Manajemen ini mempunyai niat ke arah situ, lha wong beberapa bisnis unit masih eksis, project ke depan juga masih ada kok ya minta closing business unit juga, yang artinya PHK bersama. Seperti nggak punya semangat untuk menjalankan mandat dari Top Management saja, itu adalah hal yang pertama penyebab saya menolaknya. Yang kedua, karena dalam bisnis unit yang masih eksis itu tak semua orang ingin kehilangan pekerjaan apalagi jika ternyata di perusahaan ini para karyawan tersebut baru menanjak atau mempunyai karir bagus padahal mereka cuma tamatan STM/ SMA saja. Tidak semua orang siap memulai kembali pada keadaan yang susah (back to zero again). Dan yang ketiga, ini adalah cara yang haram karena pada intinya Top Management Jepang tak mempunyai itikad untuk menutup bisnis unit yang disini. Mungkin karena mereka terlanjur investasi dan ada perjanjian sales dengan konsumen. Jadi saya bersyukur, ketika akhirnya manajemen lokal disni kembali bersikap tenang dan meminta maaf pada jajaran Top Management serta tak mau mengungkit-ungkit masalah yang terjadi pada 'tetangga sebelah'.
Kembali pada masalah kenapa akhirnya saya bisa masuk list tersebut? Walaupun saya seorang yang loyal pada perusahaan ini namun saya tak munafik untuk menampik suatu peluang dan tantangan baru. Apalagi wacana ini tiba-tiba datang secara implisit dari pihak perusahaan ketika dalam sebuah perundingan improvement perusahaan yang dilakukan serikat pekerja dan Top Management sudah mentok (deadlock). Ini 'kan artinya dari pihak perusahaan ternyata telah membuka pintu keluar sendiri tanpa saya dobrak. Sebenarnya timbul pertanyaan kok tiba-tiba pihak perusahaan memunculkan wacana rasionalisasi karyawan. Hal ini sebenarnya sudah dapat diprediksi juga karena business plan yang dikondisikan merugi dalam tiga tahun kedepan. Dan solusi rasionalisasi karyawan adalah salah satunya, agar Financial Pressure bisa teratasi dan tidak bengkak. Dimana business plan 2010 antara product, manpower, sales, dan keuntungan rupanya tidak balance. Jadi melalu mekanisme yang tak kuduga rupanya Perusahaan telah berniat membuka pintunya. Walau tak ada woro-woro secara langsung namun wacana dari Japanese second man perusahaan ini patut dipercaya. Melalui joke-joke dari ketua tim perundingan melontarkan pertanyaan pada rekan-rekan, "Seandainya kamu ditawari sekian ....N... mau nggak?" Mulanya sih cuma saya anggap sebagai joke saja, tapi aku jelas curiga Pak JK (sebut saja seperti ini) melontarkan hal ini pasti ada dasarnya.
Orang yang tanggap mestinya ya merespon dan mengejarnya untuk berdiskusi empat mata. Setelah saya bicara dengan Pak JK untuk mengorek keterangan lebih jauh ternyata ada informasi yang benar tentang hal ini. Dalam hati awalnya kembali ragu, tapi saya bertekad bahwa inilah saat yang tepat bagiku untuk meninggalkan perusahaan ini. Tentu saja pertama karena ada tawaran yang menarik karena saya akan mendapatkan lebih dari sekedar hanya resign saja seperti teman-teman seangkatan yang telah terlebih dulu meninggalkanku balik ke Jawa. Perusahaan telah membuka jalan dan It's time to take a Challenge! Kapan lagi saya punya keberanian seperti ini apalagi istri sebentar lagi mau melahirkan dan saya belum memiliki pekerjaan loncatan dalam waktu dekat (misal kasus, ketrima CPNS). Tapi mau sampai kapan saya bertahan dengan kondisi seperti ini? kapan bisa punya mobil mewah kalau jadi mburuh terus disini? Ini tantangan, harus diambil kalau kita nggak puas hanya nerima seperti ini saja
One Step Behind
Siapa sih yang agak nggak gamang kalau meninggalkan zona kenyamanan? Semua orang pasti awalnya merasa sedikit mikir untuk meninggalkan suatu kestabilan. Tapi perusahaan ini juga bukan 'tambang emas' lagi bagiku. Saya melihat perusahaan ini sudah tak memiliki core business unit lagi, artinya rohnya sudah hilang, kini perusahaan pusat (Jepang) cuma sebagai broker saja. Lalu, kalau sudah seperti ini, ya... jangan pernah berharap lebih seperti masa lalu. Apalagi karirku pun agak tertinggal dibandingkan teman-teman walau masih lumayan bagus.
Memang keluar dari perusahaan adalah satu langkah mundur (one step behind) tapi ini adalah suatu ancang-ancang (kuda-kuda) kalau ingin meloncat jauh kedepan. Saya tak pernah menganggap berlebihan pada suatu perusahaan, tak menganggap kalau nggak kerja disini lalu aku akan makan apa? Pikiran-pikiran seperti itu hanya akan mengkerdilkan jiwa dan semangat hidup kita sendiri bahkan seperti mengingkari kuasa-NYA. Sebenarnya Tuhanlah yang memberi rezeki dan rahmat pada kita, tak bekerja di perusahaan ini bukan berarti kita tak bisa hidup lagi. Always think positive! Orang hidup yang ingin dicapai 'kan kebahagiaan. Ibaratnya kita bisa menuju kebahagiaan melewati beberapa jalur, baik yang berkelok-kelok maupun lempeng. Menujunya juga bisa pakai berbagai moda transportasi mulai jalan kaki, naik sepeda, motor, atau mesin jet.
Kalau kugambarkan, sekarang aku melewati jalur A yang jalannya agak berkelok dan sedang naik motor. Sedangkan aku sudah merasa tak bisa cepat lagi (susah beli mobil) dengan jalur yang sama. Nah, ketika samar-samar kulihat ada jalur G yang ternyata lebih besar, dan disitu aku bisa naik apapun kenapa nggak aku ambil. Toh hidup hanya sekali kalau sadar ketika tua ntar hanya bisa menyesalii saja.
Orang bilang, hidup itu dimulai ketika umur 30, "Life Begins at 30". Ya mumpung baru umur segini, anak sudah mau hampir dua. Sebenarnya akupun tak pernah puas pada kehidupanku kini. Apakah seumur hidup harus jadi jongos Nipon, hidupku hanya kuabdikan di perusahaan ini. Menjalani hidup yang biasa-biasa saja? Lalu tua sakit-sakitan bingung mikir biaya anak lalu mati dengan harapan dan utang yang belum terbayarkan? Hah... nggak lah ya, nggak gue banget! Aku merasa sudah matang untuk mulai menaklukan cita-citaku, melakukan hal yang kuinginkan. Bagiku hidup adalah tantangan, andai saja kelak harus ke Afrika atau Eropa dan meninggalkan sementara istri dan anak tak apalah, toh mereka mulai dewasa dan istri tercinta total merawatnya, dan berkumpul dengan kakek dan neneknya. Bagiku hidup adalah pilihan dan Allahpun sebenarnya telah berfirman, "Allah takkan mengubah nasib suatu kaum kalau bukan mereka sendiri yang berusaha".
Jadi masih pantaskah ada yang menyesali keputusanku ini? Hmm... semoga hari itu secepatnya tiba.
ditulis oleh: Rakhmat Wijaya dengan gejolak perubahan yang berkobar
Ya, terus terang saya sangat malu ketika para pimpinan Manajemen ini mempunyai niat ke arah situ, lha wong beberapa bisnis unit masih eksis, project ke depan juga masih ada kok ya minta closing business unit juga, yang artinya PHK bersama. Seperti nggak punya semangat untuk menjalankan mandat dari Top Management saja, itu adalah hal yang pertama penyebab saya menolaknya. Yang kedua, karena dalam bisnis unit yang masih eksis itu tak semua orang ingin kehilangan pekerjaan apalagi jika ternyata di perusahaan ini para karyawan tersebut baru menanjak atau mempunyai karir bagus padahal mereka cuma tamatan STM/ SMA saja. Tidak semua orang siap memulai kembali pada keadaan yang susah (back to zero again). Dan yang ketiga, ini adalah cara yang haram karena pada intinya Top Management Jepang tak mempunyai itikad untuk menutup bisnis unit yang disini. Mungkin karena mereka terlanjur investasi dan ada perjanjian sales dengan konsumen. Jadi saya bersyukur, ketika akhirnya manajemen lokal disni kembali bersikap tenang dan meminta maaf pada jajaran Top Management serta tak mau mengungkit-ungkit masalah yang terjadi pada 'tetangga sebelah'.
Kembali pada masalah kenapa akhirnya saya bisa masuk list tersebut? Walaupun saya seorang yang loyal pada perusahaan ini namun saya tak munafik untuk menampik suatu peluang dan tantangan baru. Apalagi wacana ini tiba-tiba datang secara implisit dari pihak perusahaan ketika dalam sebuah perundingan improvement perusahaan yang dilakukan serikat pekerja dan Top Management sudah mentok (deadlock). Ini 'kan artinya dari pihak perusahaan ternyata telah membuka pintu keluar sendiri tanpa saya dobrak. Sebenarnya timbul pertanyaan kok tiba-tiba pihak perusahaan memunculkan wacana rasionalisasi karyawan. Hal ini sebenarnya sudah dapat diprediksi juga karena business plan yang dikondisikan merugi dalam tiga tahun kedepan. Dan solusi rasionalisasi karyawan adalah salah satunya, agar Financial Pressure bisa teratasi dan tidak bengkak. Dimana business plan 2010 antara product, manpower, sales, dan keuntungan rupanya tidak balance. Jadi melalu mekanisme yang tak kuduga rupanya Perusahaan telah berniat membuka pintunya. Walau tak ada woro-woro secara langsung namun wacana dari Japanese second man perusahaan ini patut dipercaya. Melalui joke-joke dari ketua tim perundingan melontarkan pertanyaan pada rekan-rekan, "Seandainya kamu ditawari sekian ....N... mau nggak?" Mulanya sih cuma saya anggap sebagai joke saja, tapi aku jelas curiga Pak JK (sebut saja seperti ini) melontarkan hal ini pasti ada dasarnya.
Orang yang tanggap mestinya ya merespon dan mengejarnya untuk berdiskusi empat mata. Setelah saya bicara dengan Pak JK untuk mengorek keterangan lebih jauh ternyata ada informasi yang benar tentang hal ini. Dalam hati awalnya kembali ragu, tapi saya bertekad bahwa inilah saat yang tepat bagiku untuk meninggalkan perusahaan ini. Tentu saja pertama karena ada tawaran yang menarik karena saya akan mendapatkan lebih dari sekedar hanya resign saja seperti teman-teman seangkatan yang telah terlebih dulu meninggalkanku balik ke Jawa. Perusahaan telah membuka jalan dan It's time to take a Challenge! Kapan lagi saya punya keberanian seperti ini apalagi istri sebentar lagi mau melahirkan dan saya belum memiliki pekerjaan loncatan dalam waktu dekat (misal kasus, ketrima CPNS). Tapi mau sampai kapan saya bertahan dengan kondisi seperti ini? kapan bisa punya mobil mewah kalau jadi mburuh terus disini? Ini tantangan, harus diambil kalau kita nggak puas hanya nerima seperti ini saja
One Step Behind
Siapa sih yang agak nggak gamang kalau meninggalkan zona kenyamanan? Semua orang pasti awalnya merasa sedikit mikir untuk meninggalkan suatu kestabilan. Tapi perusahaan ini juga bukan 'tambang emas' lagi bagiku. Saya melihat perusahaan ini sudah tak memiliki core business unit lagi, artinya rohnya sudah hilang, kini perusahaan pusat (Jepang) cuma sebagai broker saja. Lalu, kalau sudah seperti ini, ya... jangan pernah berharap lebih seperti masa lalu. Apalagi karirku pun agak tertinggal dibandingkan teman-teman walau masih lumayan bagus.
Memang keluar dari perusahaan adalah satu langkah mundur (one step behind) tapi ini adalah suatu ancang-ancang (kuda-kuda) kalau ingin meloncat jauh kedepan. Saya tak pernah menganggap berlebihan pada suatu perusahaan, tak menganggap kalau nggak kerja disini lalu aku akan makan apa? Pikiran-pikiran seperti itu hanya akan mengkerdilkan jiwa dan semangat hidup kita sendiri bahkan seperti mengingkari kuasa-NYA. Sebenarnya Tuhanlah yang memberi rezeki dan rahmat pada kita, tak bekerja di perusahaan ini bukan berarti kita tak bisa hidup lagi. Always think positive! Orang hidup yang ingin dicapai 'kan kebahagiaan. Ibaratnya kita bisa menuju kebahagiaan melewati beberapa jalur, baik yang berkelok-kelok maupun lempeng. Menujunya juga bisa pakai berbagai moda transportasi mulai jalan kaki, naik sepeda, motor, atau mesin jet.
Kalau kugambarkan, sekarang aku melewati jalur A yang jalannya agak berkelok dan sedang naik motor. Sedangkan aku sudah merasa tak bisa cepat lagi (susah beli mobil) dengan jalur yang sama. Nah, ketika samar-samar kulihat ada jalur G yang ternyata lebih besar, dan disitu aku bisa naik apapun kenapa nggak aku ambil. Toh hidup hanya sekali kalau sadar ketika tua ntar hanya bisa menyesalii saja.
Orang bilang, hidup itu dimulai ketika umur 30, "Life Begins at 30". Ya mumpung baru umur segini, anak sudah mau hampir dua. Sebenarnya akupun tak pernah puas pada kehidupanku kini. Apakah seumur hidup harus jadi jongos Nipon, hidupku hanya kuabdikan di perusahaan ini. Menjalani hidup yang biasa-biasa saja? Lalu tua sakit-sakitan bingung mikir biaya anak lalu mati dengan harapan dan utang yang belum terbayarkan? Hah... nggak lah ya, nggak gue banget! Aku merasa sudah matang untuk mulai menaklukan cita-citaku, melakukan hal yang kuinginkan. Bagiku hidup adalah tantangan, andai saja kelak harus ke Afrika atau Eropa dan meninggalkan sementara istri dan anak tak apalah, toh mereka mulai dewasa dan istri tercinta total merawatnya, dan berkumpul dengan kakek dan neneknya. Bagiku hidup adalah pilihan dan Allahpun sebenarnya telah berfirman, "Allah takkan mengubah nasib suatu kaum kalau bukan mereka sendiri yang berusaha".
Jadi masih pantaskah ada yang menyesali keputusanku ini? Hmm... semoga hari itu secepatnya tiba.
ditulis oleh: Rakhmat Wijaya dengan gejolak perubahan yang berkobar
11 Maret 2010
Sudah Siapkah Berhenti Kerja Dari Tempat Kerja Anda?
Anda masih betah di tempat kerjaan anda, syukur alhamdulillah artinya tempat kerja atau perusahaan anda masih bisa mensejahterakan secara materi dan rohani pada anda. Tapi bagi anda yang ingin keluar dari tempat kerjaan, setidaknya anda perlu melihat atau mempertimbangkan dulu, apakah hal-hal tersebut sudah masuk akal dan memenuhi beberapa faktor.
Setidaknya ada 2 faktor utama yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah hal-hal di dalam perusahaan atau tempat kerja kita yang mengusik kenyamanan bekerja kita dan mendorong niat kita untuk keluar. Dan satu lagi faktor eksternal, yaitu hal-hal dari luar yang menarik kita untuk segera keluar dari tempat kerja.
Faktor Internal, antara lain:
1. STRES BERKEPANJANGAN.
Penyebabnya bisa jadi karena lingkungan pergaulan di kantor sudah tidak lagi nyaman, pekerjaan overload dan sebagainya. Stres yang tinggi bisa memengaruhi kesehatan psikis dan fisik Anda.
2. KARIER MENTOK ATAU JALAN DITEMPAT
Anda merasa sudah tidak bisa mencapai puncak atau gagal meraih target. Maka pindah ke tempat baru adalah solusi yang masuk akal dan layak dipertimbangkan.
3. NEED MORE MONEY.
Sulit sekali meminta kenaikan gaji padahal gaji kita sudah tak sebanding dengan inflasi.
4. PERUSAHAAN BUKAN 'TAMBANG EMAS' LAGI.
Artinya keadaan perusahaan tidak sama lagi dengan masa-masa sebelumnya, dimana saat itu anda bisa bekerja dengan hasil melimpah dan gaji diatas rata-rata standar perusahaan lainnya. Termasuk banyak lembur dan fasilitas perusahaan yang sangat memadai. Keadaan perusahaan kini tak ubahnya perusahaan lain kebanyakan bahkan cenderung menurun.
5. FASILITAS PERUSAHAAN TIDAK MEMADAI ATAU DIKURANGI.
Terutama pengurangan premi atau fasilitas kesehatan, pengetatan anggaran buat telepon atau kemudahan ijin keluar, pengurangan/tidak ada bonus tahunan. Tidak ada asuransi, tunjangan dll.
6. TIDAK ADA WAKTU LUANG.
Misal, jika jam kantor Anda mengharuskan anda kerja normal eight to five, ditambah lagi ’wajib’ lembur yang kadang membuat anda pulang larut malam atau pekerjaan anda mengharuskan masuk shift. Bagi sebagian orang yang gila lembur mungkin hal ini menjadi berkah, tapi bagi orang yang berjiwa petualang atau freelance ini adalah hambatan karena tidak mempunyai waktu luang.
Faktor Eksternal, antara lain:
1. IKATAN EMOSIONAL DENGAN KELUARGA.
Penyebabnya karena situasi emosional dalam diri dan keinginan dekat dengan keluarga (anak-istri atau orang tua). Hal ini dikarenakan tempat kerja kita jauh dan mengharuskan berpisah dengan keluarga yang dicintai. Atau dalam kasus lain seorang wanita karir yang juga seorang ibu rumah tangga akhirnya memilih berperan total sebagai ibu rumah tangga karena anak sudah mulai butuh bimbingan dan penghasilan suami ternyata memadai untuk kebutuhan keluarga.
2. TUA DI JALAN
Penyebabnya adalah perjalanan dari rumah ke kantor sangat melelahkan, bisa karena macet atau jarak kantor dari rumah yang sangat jauh. Lelah fisik sudah pasti dan cepat atau lambat akan mempengaruhi kesehatan anda.
3. KESEHATAN.
Penyebabnya adalah kondisi kesehatan kita menurun dan sudah tidak kuat bekerja di perusahaan anda. Hal ini mungkin disebabkan karena tempat kerja kita mengharuskan kita punya fisik yang kuat tapi seiring bertambahnya usia, fisik pun mulai menurun.
4. TERTARIK BEKERJA PADA PERUSAHAAN LAIN
Ada tawaran yang lebih menggiurkan dari perusahaan lain yang nilainya lebih atau paling tidak sepadan dengan keinginan psikis kita.
5. INGIN BERWIRAUSAHA MANDIRI
Anda merasa inilah saat yang tepat untuk tidak tergantung lagi pada perusahaan atau keluar dari status mburuh. Maka pilihan untuk berwirausaha sendiri adalah pemicu yang tepat untuk segera keluar dari tempat kerja lama. Walaupun pada sebagian orang masih memilih jalan ’aman’ dengan menjadikan bisnisnya hanya sebagai bisnis sampingan saja dan tetap bekerja pada perusahaan/kantor. Tapi kadangkala ini adalah bumerang karena hasil yang dicapai pun tidak maksimal karena hanya dilakukan setengah-setengah saja.
Disini saya mengabaikan pada faktor yang sifatnya emosional sesaat seperti marah pada atasan atau bertengakar dengan rekan kerja dan lain-lainnya. Tapi saya rasa faktor-faktor emosional sesaat itu bukan hal yang menguatkan kita untuk keluar, sebaiknya pikir masak-masak dulu sebelum bertindak. Jadi saya kembalikan pada anda apakah sikap yang anda ambil ini hanya emosional sesaat atau sudah sangat matang?
Jadi, sudah siapkah berhenti kerja dari tempat kerja anda?
Faktor Internal, antara lain:
1. STRES BERKEPANJANGAN.
Penyebabnya bisa jadi karena lingkungan pergaulan di kantor sudah tidak lagi nyaman, pekerjaan overload dan sebagainya. Stres yang tinggi bisa memengaruhi kesehatan psikis dan fisik Anda.
2. KARIER MENTOK ATAU JALAN DITEMPAT
Anda merasa sudah tidak bisa mencapai puncak atau gagal meraih target. Maka pindah ke tempat baru adalah solusi yang masuk akal dan layak dipertimbangkan.
3. NEED MORE MONEY.
Sulit sekali meminta kenaikan gaji padahal gaji kita sudah tak sebanding dengan inflasi.
4. PERUSAHAAN BUKAN 'TAMBANG EMAS' LAGI.
Artinya keadaan perusahaan tidak sama lagi dengan masa-masa sebelumnya, dimana saat itu anda bisa bekerja dengan hasil melimpah dan gaji diatas rata-rata standar perusahaan lainnya. Termasuk banyak lembur dan fasilitas perusahaan yang sangat memadai. Keadaan perusahaan kini tak ubahnya perusahaan lain kebanyakan bahkan cenderung menurun.
5. FASILITAS PERUSAHAAN TIDAK MEMADAI ATAU DIKURANGI.
Terutama pengurangan premi atau fasilitas kesehatan, pengetatan anggaran buat telepon atau kemudahan ijin keluar, pengurangan/tidak ada bonus tahunan. Tidak ada asuransi, tunjangan dll.
6. TIDAK ADA WAKTU LUANG.
Misal, jika jam kantor Anda mengharuskan anda kerja normal eight to five, ditambah lagi ’wajib’ lembur yang kadang membuat anda pulang larut malam atau pekerjaan anda mengharuskan masuk shift. Bagi sebagian orang yang gila lembur mungkin hal ini menjadi berkah, tapi bagi orang yang berjiwa petualang atau freelance ini adalah hambatan karena tidak mempunyai waktu luang.
Faktor Eksternal, antara lain:
1. IKATAN EMOSIONAL DENGAN KELUARGA.
Penyebabnya karena situasi emosional dalam diri dan keinginan dekat dengan keluarga (anak-istri atau orang tua). Hal ini dikarenakan tempat kerja kita jauh dan mengharuskan berpisah dengan keluarga yang dicintai. Atau dalam kasus lain seorang wanita karir yang juga seorang ibu rumah tangga akhirnya memilih berperan total sebagai ibu rumah tangga karena anak sudah mulai butuh bimbingan dan penghasilan suami ternyata memadai untuk kebutuhan keluarga.
2. TUA DI JALAN
Penyebabnya adalah perjalanan dari rumah ke kantor sangat melelahkan, bisa karena macet atau jarak kantor dari rumah yang sangat jauh. Lelah fisik sudah pasti dan cepat atau lambat akan mempengaruhi kesehatan anda.
3. KESEHATAN.
Penyebabnya adalah kondisi kesehatan kita menurun dan sudah tidak kuat bekerja di perusahaan anda. Hal ini mungkin disebabkan karena tempat kerja kita mengharuskan kita punya fisik yang kuat tapi seiring bertambahnya usia, fisik pun mulai menurun.
4. TERTARIK BEKERJA PADA PERUSAHAAN LAIN
Ada tawaran yang lebih menggiurkan dari perusahaan lain yang nilainya lebih atau paling tidak sepadan dengan keinginan psikis kita.
5. INGIN BERWIRAUSAHA MANDIRI
Anda merasa inilah saat yang tepat untuk tidak tergantung lagi pada perusahaan atau keluar dari status mburuh. Maka pilihan untuk berwirausaha sendiri adalah pemicu yang tepat untuk segera keluar dari tempat kerja lama. Walaupun pada sebagian orang masih memilih jalan ’aman’ dengan menjadikan bisnisnya hanya sebagai bisnis sampingan saja dan tetap bekerja pada perusahaan/kantor. Tapi kadangkala ini adalah bumerang karena hasil yang dicapai pun tidak maksimal karena hanya dilakukan setengah-setengah saja.
Disini saya mengabaikan pada faktor yang sifatnya emosional sesaat seperti marah pada atasan atau bertengakar dengan rekan kerja dan lain-lainnya. Tapi saya rasa faktor-faktor emosional sesaat itu bukan hal yang menguatkan kita untuk keluar, sebaiknya pikir masak-masak dulu sebelum bertindak. Jadi saya kembalikan pada anda apakah sikap yang anda ambil ini hanya emosional sesaat atau sudah sangat matang?
Jadi, sudah siapkah berhenti kerja dari tempat kerja anda?
10 Maret 2010
Hujan, Siramilah...
Kesejukan melanda Batam pagi ini, cuaca dingin yang diakibatkan oleh hujan yang mengucur deras sejak jam 3 pagi tadi. Syukur Alhamdulillah, setelah beberapa bulan dilanda cuca kering yang walau tidak terlalu panas akhirnya kucuran kenikmatan itu tiba. Rupanya kenikmatan Allah yang datang dengan tiba-tiba, ternyata disambut ketidaksiapan oleh diri kita. Ya... bagaimanapun hujan yang melimpah adalah nikmat illahi karena tanaman, air tanah, sumber mata air, dan secara tidak langsung manusia juga membutuhkannya. Hanya saja, kadang kita selalu dahulukan keluhan tanpa pernah menyadarinya.
”Ahh...gara-gara hujan nih, kenapa sih pagi-pagi harus hujan, ganggu orang berangkat kerja saja mana jas hujan sudah robek pula.” kata salah seorang rekan kerja saya.
”Iya nih... jalan A genangannya tinggi, motorku mati gara-gara mesinnya kemasukan air. Wah... sampai sering berhenti, bersihin busi.
Yang agak was-was mungkin orang-orang yang rumahnya dekat saluran air besar, harap-harap cemas apa output dan input-nya balance. Bagaimanapun juga, hujan pagi ini membuat sebagian orang kalang kabut, jalanan macet dan tergenang, dan beberapa rumah bocor. Hmm... kalau lihat mendung, mungkin bakal seharian hujan.
Hmm... syukurlah masih hujan biasa, bukan tsunami atau badai. Paling tidak ini adalah sebuah reminder dari Allah, bahwa kita mesti siap menghadapi segala sesuatu.
Jadi anggap saja turunnya hujan yang tiba-tiba itu adalah suatu kenormalan. Karena segala sesuatu ada dan pasti suatu akan hadir. Sama seperti dengan bencana, siapa pula yang mau dengan adanya bencana? Saya kira tak seorang normal pun di dunia yang menginginkannya. Namun sekali lagi kita tak punya kuasa untuk menolak kehadirannya karena itu adalah kewenangan-Nya. Kita hanya bisa melakukan preventive action agar semua bencana itu tak segera meniimpa diri kita. Baik itu melalui pembicaraan dengan-Nya (doa dan ibadah) atau mengevaluasi lingkungan sekitar, serta mawas diri.
Karena pada dasarnya, kestabilan dalam perjalanan hidup yang steady/mulus itu adalah PLAN. Tapi faktor NOISE, atau bencana yang bisa merusak suatu sistem harus diimbangi dengan GAIN serta FILTER yang mampu meminimalisir riak-riak suatu SISTEM.
Jadi ketika pikiran sudah menyiapkan PLAN yang terbaik buat hidup ini, jangan lupakan MENTAL dan FISIK kita sebagai GAIN dan FILTER agar segala halangan dan rintangan ini bisa teratasi dengan sempurna. Dan menghasilkan kualitas OUTPUT yang optimal
Hmmm.... ini analisa kehidupanku dari sudut pandang Teknik Sistem Pengaturan, hehehe.
”Ahh...gara-gara hujan nih, kenapa sih pagi-pagi harus hujan, ganggu orang berangkat kerja saja mana jas hujan sudah robek pula.” kata salah seorang rekan kerja saya.
”Iya nih... jalan A genangannya tinggi, motorku mati gara-gara mesinnya kemasukan air. Wah... sampai sering berhenti, bersihin busi.
Yang agak was-was mungkin orang-orang yang rumahnya dekat saluran air besar, harap-harap cemas apa output dan input-nya balance. Bagaimanapun juga, hujan pagi ini membuat sebagian orang kalang kabut, jalanan macet dan tergenang, dan beberapa rumah bocor. Hmm... kalau lihat mendung, mungkin bakal seharian hujan.
Hmm... syukurlah masih hujan biasa, bukan tsunami atau badai. Paling tidak ini adalah sebuah reminder dari Allah, bahwa kita mesti siap menghadapi segala sesuatu.
Jadi anggap saja turunnya hujan yang tiba-tiba itu adalah suatu kenormalan. Karena segala sesuatu ada dan pasti suatu akan hadir. Sama seperti dengan bencana, siapa pula yang mau dengan adanya bencana? Saya kira tak seorang normal pun di dunia yang menginginkannya. Namun sekali lagi kita tak punya kuasa untuk menolak kehadirannya karena itu adalah kewenangan-Nya. Kita hanya bisa melakukan preventive action agar semua bencana itu tak segera meniimpa diri kita. Baik itu melalui pembicaraan dengan-Nya (doa dan ibadah) atau mengevaluasi lingkungan sekitar, serta mawas diri.
Karena pada dasarnya, kestabilan dalam perjalanan hidup yang steady/mulus itu adalah PLAN. Tapi faktor NOISE, atau bencana yang bisa merusak suatu sistem harus diimbangi dengan GAIN serta FILTER yang mampu meminimalisir riak-riak suatu SISTEM.
Jadi ketika pikiran sudah menyiapkan PLAN yang terbaik buat hidup ini, jangan lupakan MENTAL dan FISIK kita sebagai GAIN dan FILTER agar segala halangan dan rintangan ini bisa teratasi dengan sempurna. Dan menghasilkan kualitas OUTPUT yang optimal
Hmmm.... ini analisa kehidupanku dari sudut pandang Teknik Sistem Pengaturan, hehehe.
09 Maret 2010
Hmm.... Lagi Berkhayal, Seandainya Ada.....
Masih mencoba meraba dan mencari kekuatan untuk menegakkan kepala. Hah!!! sudah terlalu penat hati untuk mencoba bertahan disini. Ya... aku rindu setengah mati untuk segera pulang ke rumah ayah dan ibu.
Terserah, kalau kalian bilang aku ini anak mama atau apalah. Terserah pula kalau kalian bilang rinduku ini cuma sementara saja. Yang jelas, aku merasa ini sudah bukan hidup indah yang kudambakan. Hatikupun sudah tak tertanam lagi disini. Seorang bijak bilang, "Bekerjalah dengan hati yang ikhlas, niscaya kerja akan jadi tenang dan baik". Lalu bagaimana mungkin jika kalut selalu menyelimuti hari-hari ini. Apalagi ’tambang emas’ ini sudah mulai tak menghasilkan lebih seperti masa lalu.
Jadi buat apa aku bertahan disini sembari orang tua mulai renta memasuki masa-masa pensiun. Ditambah lagi suara-suara memelas dari keluarga di sekitar yang mengabarkan satu persatu kerabat yang seumuran mereka sedang sakit atau meninggal. Sungguh aku merasa berdosa jika aku datang terlambat saat mereka telah membujur kaku tanpa sempat bercanda dan bercerita dengan mereka. Belum puas pula mereka bermain dengan cucu-cucunya. Bayangkan, seandainya saja aku nanti seperti ini ditinggal jauh oleh anak-anakku. Apakah kelak aku bisa mati dengan bahagia?
Apalagi ada sesuatu yang membuatku berpikir untuk pulang ke kampung halaman dan hal ini harus kuakui membuatku merasa agak tenang dan lapang dalam melangkah, yakni aku tak keluar dengan percuma. Sebuah bisik-bisik yang mengacu pada pengajuan opsi rasionalisasi karyawan. Off course, take it and leave it!. Itu kan yang kita cari, pulang dengan tidak sia-sia. 'Kan lumayan bisa digunakan sebagai modal untuk mencoba jadi pengusaha sendiri. Bikin warung makan keluarga, masakan jawa dan sunda (makan warga janda). Atau menyalurkan hobi istri dan kakak ipar yang suka buat roti dengan membuatkannya gerai, semacam Villa atau Nayadam (kalau yang ini saingan sama tetangga sebelah gak enak deh).
Tapi dari semua itu, dana puluhan atau mungkin ratusan juta (sebentar itang-itung dulu) sebenarnya sangat mulya kalau kubelanjakan di jalan Allah. Pingin sih seandainya kalau memang ada '...' nantinya, hasilnya bisa buat melaksanakan rukun Islam yang ke-5 buat kedua orang tua dan ibu mertua. Kapan lagi, ini adalah kesempatan terbaik seumur hidup. Uang dan pekerjaan itu insyaAllah dapat dengan mudah kucari tapi kesempatan? Hmm... seandainya, ada... nyanyi dulu deh
Close your eyes, close your eyes
Breathe the air, out there
We are free, we can be
Wide open
For you I open my eyes
To the beauty I see
We will pray, we will stay
Wide open
Don't analyze
Don't analyze
Don't go that way
Don't lead that way
That would paralyze your evolution
Don't analyze
Don't analyze
Don't go that way
Don't lead that way
That would paralyze your evolution
La la la, this greatest moment
La la la, this strangest day
La la la, the greatest love of them all
You are Not Alone
Kesepian anda bukanlah disebabkan karean tiadanya orang di sekitar anda namun lebih dikarenakan karena tiada seseorang di hati anda.
Anda dapat kehilangan saat-saat yang berharga, yaitu ketika anda merasa enggan untuk memberikan bantuan pada orang yang membutuhkan. Padahal saat anda mengulurkan bantuan atau pertolongan, tanpa sadar anda sudah menjalin hati anda dan orang lain dengan sebuah dawai emas yang tak nampak. Dawai emas itu bernama persaudaraan. Semakin banyak anda menjalin dawai itu maka semakin jauh hati anda dari kesepian. Karena dawai-dawai itu akan mendentingkan nada yang memenuhi dan menghibur jiwanya.
Bangkit dan tebarkan uluran tangan anda pada mereka yang membutuhkan. Segaris senyum dan tatapan mata bersahabat, sudah cukup untuk membuat anda merasa tidak sendiri dan membangunkan anda dari kesendirian.
08 Maret 2010
Lama Gak Nyeruput Rupanya Tubuh Berontak Minta Kafein
Hari ini bawaannya uring-uringan melulu, bad mood dan pingin cari sesuatu yang beda. Hah, sudah masa depan kerjaan makin nggak jelas? Maklum produk penyambung nafas diundar-undur PR-nya, gara-gara desain isu. Ya sudah, tiap hari jam 5 teng langsung cabut pulang, jadi untuk kali ini lembur prei dulu lah.
Wah... nyampai rumah kok bawaannya malah gak ilang-ilang meski ketemu si anak kecil yang bandel yang suka nge-game, eh kok yo males nemani main-main. Sebentar nge-game bareng si junior, lantas ndengerin metallica eh tetep aja pikiran ini kok kusut banget. Rambut gondrong sampai nutupi mata kanan (padahal sudah sebulan yang lalu disuruh potong rambut oleh istri tetap kekeuh gak pingin potong, nunggu si junior kedua lahir alasanku) eh... ditambah muka suntuk gak karuan, makin jelek aja nih.
Akhirnya ya sudah, lepas isya' langsung ngacir pake celana sekenanya, baju kaos seadanya dan jaket. Mulanya sih mau ke angkringan (yang ini khasnya Jogja, kalau di Surabaya/Gresik semacam warung Gresikan-lah tempat arek-arek cangkruk) di kompleks sebelah tapi berhubung mood-nya lagi gak pingin kumpul menungso, akhirnya ya cuma kulewati saja walaupun kulihat ada motor Ris. Aku Langsung tancap gas menuju Nagoya (kira-kira 15 km dari rumah). Putar-puter nggak karuan liat lalu lalang mobil, berhenti sebentar ngamati situasi kota kemudian jalan lagi, tergoda lagi mampir di angkringan Nagoya halah...nggak dech maybe next time.
Yah... jadi ingat memori saat di Surabaya dulu ketika lagi bete sama teman satu kost atau eks pacar, pasti kerjaanku liat pemandangan khas Surabaya. Rute pertama adalah tempat mangkal PSK liar di sekita bambu runcing (eks. Surabaya Post) lalu menuju Jalan Diponegoro, Pasar Kembang, lalu menikmati pemandangan Dolly, hehehe... Selepas itu lantas tour lihat PSK waria di sekitar Makam Kembang Kuning lalu diteruskan menuju jalan Irian Barat (Irba), haha... kontras banget habis liat cewek beneran dibandingkan dengan cewek jadi-jadian. Nggak tahu deh, apakah nuansa khas Surabaya itu masih ada di jaman sekarang ini. Kalau di Batam, aku gak tahu maklum sudah lama gak liar lagi.
Ya... akhirnya selepas puas putar-putar kota, langsung saja pingin cari kopi pingin minum bergelas-gelas kafein. Iya... kopi di rumah habis, circle K sudah kelewatan tinggal Gelael kayaknya yang masih buka menjelang larut malam ini. Yo wis beli setoples kecil plus jajanan kesukaan si jagoan cilik.
Sampai rumah bikin segelas dua gelas terseruput, pikiran mulai tenang dan emosi normal lagi. Rupanya tubuh ini berontak pingin kafein lagi setelah dua bulan lamanya darahku tak tercemar kafein. Hmm... sweet dream esok siap bersemangat lagi walau pimpinan gak masuk -lagi ngambek sama Manajemen, katanya sst.
06 Maret 2010
Problem ini
Masak si rubah api gak bisa nampilin blogku, ah... kenapa berarti? Ntar dulu, ini coba diotak-atik mungkin ada yang problem.
Maunya sih liburan kayak gini nulis di blog, ya abis gimana lagi sebenarnya hasrat utamanya sih ngerusakin rumah tapi lagi banyak orang ngumpul, ditunda dulu lah. Si kecil juga lelap dengan tidurnya... Hmm berarti waktunya ini itu tapi oalaah, blog problem.
04 Maret 2010
Yang Menjalankan dan Yang Mengawasi Sama-Sama mengaku Benar
Mau sedikit ngomentari pidato (keluh kesah) orang nomor satu di Indonesia ini. Dalam suatu pemerintahan, mutlak diperlukan undang-undang Dasar, kemudian beranak pinak menjadi undang-undang A, B, dan lain sebagainya. Secara jelas, undang-undang yang memiliki sumber sama seharusnya tidak boleh berkonfrontasi, dan selayaknya saling mengisi. Saya memang bukan orang hukum, jadi saya tidak mau berpanjang lebar menjarah ranah hukum, takut dianggap sok pakar hukum atau politik padahal pendidikan cuma berlatar belakang Teknik Elektro, ntar disamain sama om KRMT yang suka ngupil, yang ngaku-ngaku jadi pakar telematika.
Ok, kembali ke dasar acuan keputusan, di dalam negara seharusnya lebih terarah. Contoh, ambil kasus di sebuah perusahaan, operator produksi untuk menjalankan suatu kerja dan mengambil putusan itu harus bersumber pada spesifikasi produk dan SOP (standard operating procedure). Sebuah procedure ini pun lantas diturunkan pada instruksi kerja pada perbagian-bagian dimana jelas ada instruksi kerja yang overlapping namun tidak saling berkonfrontasi hanya menegaskan dan menambahkan kekurangan poin-poin tertentu saja. Baru kemudian untuk memonitor dan mengawasi jalannya kerja dibuatlah suatu check sheet. Kelihatannya sederhana, namun ternyata bila dalam suatu kinerja didapati hal yang luar biasa terjadi jelas harus meminta bantuan dari pihak quality assurance, engineering, dan process untuk membuat suatu keputusan dengan mencari rumusan-rumusan dari acuan instruksi dan prosedur yang mendekati demi tercapainya jalan keluar.
Artinya pada suatu putusan yang sulit, pihak produksi selaku penyelenggara jalannya produksi tidak memikul beban (memutuskan) sendiri. Karena apa? Ya... itu tadi, kalau ternyata salah putusannya, evidance ada dan siapa saja yang tahu itu jelas.
Dari sini sebenarnya bisa diambil kesimpulan, kalau ternyata kasus Century itu upaya pemerintah untuk menyelamatkan diri dari krisis ekonomi di Indonesia. Lha kenapa kok sampai Pemerintahan yang notabene menteri Keuangan dan Gubernur BI berani bertindak sendiri, tanpa Presiden meminta pendapat DPR selaku pengawas jalannya pemerintahan. Kalau gini kan repot? dipanggil pansus katanya masalahnya serius, menyelamatkan negara dari krisis ekonomi, lha kok cuma kirim sms saja pada Presiden ad interim (Wapres) saat itu.
Hahahaha.... ini kan lucu, masak cara berpikir pejabat kayak gitu? Berarti aku bisa berbangga hati, karena lebih baik dari mereka. Karena selama hampir 5 tahun jadi Process Engineer, cara-cara ndeso macam gitu (yang notabene untuk nyelamatin diri) sudah nggak pernah kepake lagi.
Jadi, apapun celoteh SBY malam ini....... kebenaran dan keadilan harus ditegakkan! Usut tuntas kasus Century.
Demokrasi: Kebenaran itu ditentukan Suara Terbanyak?
Sidang terbuka DPR untuk membahas keputusan kasus century, telah dua hari digelar (Selasa & Rabu). Dan semalam, istilahnya adalah Grand Finalnya dari keputusan DPR untuk membawa kasus ini ke tingkat lebih lanjut atau tidak (yang berarti tidak ada masalah). Sebuah panggung reality show politik ditampilkan kepada public dimana seolah menampilkan inilah kami para anggota DPR sedang bekerja! Ada yang bilang bahwa ini adalah pembelajaran buat rakyat Indonesia dalam berdemokrasi, supaya rakyat Indonesia bisa mencontoh. Parlemen jalanan tak kalah serunya, desakan yang menggebu-gebu yang didengungkan para aktivis yang peduli dengan kondisi bangsa, atau yang sok peduli, dan tentunya ada juga orang-orang yang ingin memperkeruh suasana menjadi beberapa demo jalanan ini berakhir dengan anarkis. Tak kalah serunya digelarnya demo tandingan yang membela ’mati-matian’ (entah benar atau salah) pemerintahan SBY-Boediono.
Suguhan yang bisa kita saksikan di televisi, berita, dan di koran-koran seolah memeriahkan suasana. Desakan agar kasus century segera diusut karena bermasalah baik dalam proses pelaporan data keuangan maupun dalam pengucuran dana talangan (bail out) kepada century. Belum lagi ditambah koar-koar pengamat politik dan ekonomi yang makin laris bak kacang goreng untuk diminta pendapatnya ini dan itu oleh media-media.
Lalu pertunjukan ’pembelajaran’ dari Demokrasi pun ditampilkan saat voting terbuka bagian pertama dengan memilih alternatif 1 atau 2. Dimana alternatif 1 berisi hanya ada dua opsi yaitu opsi A dan opsi C, dan kedua alternatif 2 dimana ada opsi A, opsi C, dan gabungan dari opsi A dan C. Intinya Opsi A sendiri artinya bahwa keputusan pemberian dana talangan di century itu tidak ada masalah karena untuk mencegah krisis. Sedangkan opsi C artinya kebalikannya, bahwa keputusan tersebut bermasalah dan harus diusut. Yang menurut saya menjadi lucu adalah opsi A dan opsi C itu sungguh bertolak belakang bagai air dan api, lha ya kenapa kok di alternatif 2 ada gabungan opsi A dan C, edan opo piye iki? Memang ternyata yang edan nggak lebih banyak dari yang nggak edan, tercatat hanya 148 fraksi P.Demokrat ditambah Fraksi PAN, dan PKB kurangi 1, dan PPP kurangi 1.
Kemudian menindaklanjuti hasil ini, akhirnya dari alternatif 1 para anggota DPR memilih opsi A atau opsi C. Sidang yang sudah terhitung larut akhirnya membuahkan hasil dimana Fraksi P.Golkar, PDIP, PKS, P.Gerindra, P.Hanura, dan kejutan dari PPP dan 1 anggota DPR dari fraksi PKB dengan memilih opsi C, jumlah 300-an ini memenuhi jumlah korum dan jelas menumbangkan partai-partai pro-pemerintahan.
Pada intinya, saya sebagai pribadi dan bagian dari rakyat Indonesia mendukung penuh agar setiap langkah dalam wilayah abu-abu yang cenderung salah, haruslah dipermasalahkan dan berani ditegakkan, bukan malah ditutup-tutupi dan dicari pembenarannya.
Untung saja semalam suara terbanyak yang mengatakan kebenaran, coba andai saja suara yang menang adalah suara yang sumbang, suara yang mencari pembenaran berdasarkan ’sumbangsih’. Katanya suara anggota DPR adalah suara rakyat Indonesia, suara rakyat adalah suara kebenaran, suara kebenaran adalah suara Tuhan. Jadi dari premis ini berarti suara anggota DPR adalah suara Tuhan??? Walah!!! Gimana, andaikata suara anggota DPR seluruhnya mengatakan suara yang salah? Apakah itu tetap dianggap suara kebenaran dan suara Tuhan? Padahal benar atau salah itu pasti ada landasan dan dasarnya, ada kitabnya, ada acuan atau evidence-nya. Dan selama ini kita menganggap bahwa mereka (para anggota DPR) mengerti benar tentang hukum. Padahal hukum manusia itu sangat ambigu, membuat orang-orang banyak memberi penafsiran. Wajar kalau pendapat yang satu dengan yang lainnya berbeda. Itu disebabkan karena kita masih manusia yang masih punya emosi, hati dan perasaan untuk menawar dan menafsirkan lain dari suatu bentuk permasalahan. Hmm.... itulah kenapa umat Islam yang konservatif tidak percaya demokrasi dan anti demokrasi karena kebenaran yang hakiki hanya di tangan Allah dan para pemimpin yang amanah dan fathonah, bukan pada segerombolan manusia yang koar-koar atas pembelaan pada kepentingan tertentu.
01 Maret 2010
Setengah Manusia
Bulan Maret, bulan ketiga di awal tahun 2010 telah datang saya mencoba menyapanya dengan introspeksi diri. Hah... rupanya selama ini saya kok merasa jadi manusia yang tanggung, manusia yang setengah-setengah. Tak dapat dipungkiri memang walaupun jasad saya berada di Batam namun hati saya ini memendam kerinduan pada kampung halaman. Inilah yang jadi problema, hidup jadi nggak bisa lepas dan lebih berani.
Meski sudah hampir menginjak tahun kelima saya bermukim disini namun saya masih merasa, ini hanya sementara, kehidupan saya ada di Lamongan atau Surabaya. Huh... berat memang kalau punya pikiran kayak gitu.
Saya sebenarnya pingin punya pikiran kayak Cortez sang penjelajah dari Spanyol, terus terang saya kagum kalau bisa punya semangat kayak dia. Ketika dengan gagah berani dan penuh tekad, dia membakar kapalnya sendiri agar dia dan pasukannya punya niat yang kuat untuk mendapatkan hasil (emas) di tanah Indian suku Aztec pimpinan Montezuma. Hingga kelak dia bisa pulang membawa kapal yang lebih besar dengan muatan emas yang berlimpah.
Ya... terkadang jarang melihat orang berpendirian kuat seperti itu, aku sempat bermimpi bisa sepertinya tapi rasanya kini hanya sebatas mimpi semu. Ya.... hidup itulah perjuangan, impian manusia pun beda-beda. Bagi saya impian saya adalah, membawa kebahagiaan bagi sesama baik itu untuk anak istri dan orang tua.
Saya punya impian agar kami sekeluarga ini bisa berkumpul dengan kondisi yang sedemikian dekat, bukan terpisah jarak dan waktu, serta bisa hidup layak bersama mereka (orang tua). Rasanya saya sangat berdosa sekali kepada mereka kalau membiarkan mereka sendiri di saat-saat masa tua. Buat apa mencari uang sampai jauh-jauh jika tak pernah kumpul dengan keluarga (setahun cuma sekali atau dua kali saja).
Dan saya berharap tahun ini adalah tahun terakhir saya di tanah Batam ini sebelum akhirnya berkumpul lagi dengan mereka. Saya ingin membahagiakan mereka dengan menemaninya bersama cucu-cucunya. Hah... sudah terlanjur jadi setengah manusia di sini masak mau diteruskan. Beberapa kematian keluarga dekat terlewat, beberapa pernikahan saudara sepupu juga bahkan terkadang lebaran pun terlewati tanpa kebersamaan keluarga besar kami. Apakah ini yang dinamakan hidup? Manusia sebagai makhluk sosial layaknya tak begitu. Walau saya juga nggak setuju dengan falsafah orang Jawa ”Mangan gak mangan sing penting kumpul.” Yang saya setujui ya, ”Kudu iso mangan lan kudu iso kumpul!”
So, aku usahakan semoga tekadku untuk kembali cukup kuat bukan sekedar tanpa punya pertimbangan. Bagiku, dengan memaksa untuk hidup disini terus aku telah mendzolimi banyak orang. Bahkan aku merasa telah merusak sebuah keutuhan keluarga, pada beberapa orang aku merasa berdosa dimana terlalu pribadi untuk kuungkapkan disini. Apalagi aku takut terlambat, takut hanya bisa bertemu dengan mereka di saat-saat terakhir sebelum berpisah selamanya.
jadi telah kuputuskan untuk kembali pulang. Selamat tinggal Neverland, I can't stay too long anymore. I will touch the sky at another place! Jangan pernah kuatir kehilangan rezeki karena Allah selalu memberikan rezeki lewat caranya masing-masing.
(Ditulis oleh: Rakhmat ”Yo2k” Wijaya, dalam kondisi sadar)
Meski sudah hampir menginjak tahun kelima saya bermukim disini namun saya masih merasa, ini hanya sementara, kehidupan saya ada di Lamongan atau Surabaya. Huh... berat memang kalau punya pikiran kayak gitu.
Saya sebenarnya pingin punya pikiran kayak Cortez sang penjelajah dari Spanyol, terus terang saya kagum kalau bisa punya semangat kayak dia. Ketika dengan gagah berani dan penuh tekad, dia membakar kapalnya sendiri agar dia dan pasukannya punya niat yang kuat untuk mendapatkan hasil (emas) di tanah Indian suku Aztec pimpinan Montezuma. Hingga kelak dia bisa pulang membawa kapal yang lebih besar dengan muatan emas yang berlimpah.
Ya... terkadang jarang melihat orang berpendirian kuat seperti itu, aku sempat bermimpi bisa sepertinya tapi rasanya kini hanya sebatas mimpi semu. Ya.... hidup itulah perjuangan, impian manusia pun beda-beda. Bagi saya impian saya adalah, membawa kebahagiaan bagi sesama baik itu untuk anak istri dan orang tua.
Saya punya impian agar kami sekeluarga ini bisa berkumpul dengan kondisi yang sedemikian dekat, bukan terpisah jarak dan waktu, serta bisa hidup layak bersama mereka (orang tua). Rasanya saya sangat berdosa sekali kepada mereka kalau membiarkan mereka sendiri di saat-saat masa tua. Buat apa mencari uang sampai jauh-jauh jika tak pernah kumpul dengan keluarga (setahun cuma sekali atau dua kali saja).
Dan saya berharap tahun ini adalah tahun terakhir saya di tanah Batam ini sebelum akhirnya berkumpul lagi dengan mereka. Saya ingin membahagiakan mereka dengan menemaninya bersama cucu-cucunya. Hah... sudah terlanjur jadi setengah manusia di sini masak mau diteruskan. Beberapa kematian keluarga dekat terlewat, beberapa pernikahan saudara sepupu juga bahkan terkadang lebaran pun terlewati tanpa kebersamaan keluarga besar kami. Apakah ini yang dinamakan hidup? Manusia sebagai makhluk sosial layaknya tak begitu. Walau saya juga nggak setuju dengan falsafah orang Jawa ”Mangan gak mangan sing penting kumpul.” Yang saya setujui ya, ”Kudu iso mangan lan kudu iso kumpul!”
So, aku usahakan semoga tekadku untuk kembali cukup kuat bukan sekedar tanpa punya pertimbangan. Bagiku, dengan memaksa untuk hidup disini terus aku telah mendzolimi banyak orang. Bahkan aku merasa telah merusak sebuah keutuhan keluarga, pada beberapa orang aku merasa berdosa dimana terlalu pribadi untuk kuungkapkan disini. Apalagi aku takut terlambat, takut hanya bisa bertemu dengan mereka di saat-saat terakhir sebelum berpisah selamanya.
jadi telah kuputuskan untuk kembali pulang. Selamat tinggal Neverland, I can't stay too long anymore. I will touch the sky at another place! Jangan pernah kuatir kehilangan rezeki karena Allah selalu memberikan rezeki lewat caranya masing-masing.
(Ditulis oleh: Rakhmat ”Yo2k” Wijaya, dalam kondisi sadar)
Langganan:
Postingan (Atom)